Setia Bersama Yesus
Okta – K. Bogor
Teens School of Mission atau Sekolah Misi Remaja tingkat Nasional diikuti oleh Keuskupan Bogor pada Angkatan yang ke-2 dengan mengirimkan 2 perwakilan peserta remaja. Saya bersyukur bisa terpilih dan dipercaya menjadi peserta untuk berproses bersama teman-teman dari tujuh keuskupan lain. Pengalaman pertama saya mengikuti kegiatan T-SOM Nasional ternyata dibatasi pandemi COVID-19 yang pada akhirnya membuat kegiatan T-SOM semuanya menjadi online. Namun, acara pembukaan T-SOM Nasional Angkatan 2 di Yogyakarta 2 tahun lalu masih bisa terselenggara dengan lancar dan menyenangkan. Pertemuan kami hanya 3 hari, tapi rasa kekeluargaan dalam diri kami masih ada hingga hari ini. Saya mengikuti setiap sesi dengan aktif dan gembira. Saat sesi Romo Nurwidi menjelaskan materi di kegiatan Jogja Friendship waktu itu, saya tersadarkan suatu permasalahan karena materi yang dibawakan oleh romo. Saat itu saya dihadapkan pilihan yang sulit dan cukup lama saya bergumul sampai suatu hari saya teringat dengan sabda Yesus yang berkata kalau setiap orang yang mau mengikuti-Nya harus memikul salib. Akhirnya, saya bisa mendapatkan jalan keluar dari pergumulan saya saat itu.
Tidak berhenti disitu, selama berproses di T-SOM secara online, saya sangat merasakan semangat yang naik-turun terutama karena kesibukan yang semakin banyak. Dan saya juga pernah merasa tidak siap dan lelah untuk melanjutkan misi ini. Bahkan T-SOM Nasional Angkatan 2 yang rencananya berjalan 1 tahun, ternyata diperpanjang 1 tahun lagi dengan On Going Formation. Tujuh dari delapan keuskupan yang ikut dalam T-SOM Nasional Angkatan 2, mendapatkan tugas untuk mengadakan webinar pada bulan yang sudah ditentukan dengan tema dari masing-masing keuskupan. Keuskupan Bogor mendapatkan tugas di bulan Oktober yang sekaligus sebagai acara penutupan dari rangkaian On Going Formation. Begitu pula dengan T-SOM tingkat Keuskupan Bogor Angkatan 1 yang baru sempat mengadakan satu kali pertemuan secara langsung. Dengan On Going Formation ini saya mendapatkan pengalaman pertama untuk terlibat dalam mengadakan webinar di tingkat Keuskupan Bogor dan Nasional. Dimulai bulan Mei sampai puncaknya di Oktober, setiap bulan sekali kami dari tim OGF T-SOM Keuskupan Bogor mengadakan webinar untuk teman-teman remaja di Keuskupan Bogor. Dengan pengalaman tersebut pula harapannya bisa membuat saya lebih percaya diri untuk webinar puncak di bulan Oktober. Tidak mudah untuk bisa mengadakan webinar setiap bulan dengan keterbatasan yang ada, tapi saya percaya Tuhan pasti turunkan Roh Kudus untuk membimbing kami sehingga semua yang sudah kami persiapkan bisa berjalan lancar.
Dari semua pengalaman yang saya lalui, saya bersyukur karena diberikan kesempatan dan kepercayaan menjadi peserta T-SOM Nasional Angkatan 2 yang banyak cerita dan lika liku nya tersendiri. Dengan adanya pandemi dan kemajuan teknologi, saya sadar kalau bermisi bisa dari mana saja dan kapan saja. Benar adanya bahwa Tuhan selalu membantu kita saat kita susah dengan cara-Nya sendiri. Pengalaman iman yang sudah saya lalui waktu itu selalu menjadi pengingat untuk saya bisa setia dengan Yesus apapun situasinya. Pertemanan saya dengan peserta T-SOM dari keuskupan lain juga menjadi semangat untuk saya selalu siap bermisi. Saya merasa Tuhan hadir lewat mereka dan memberikan kepercayaan untuk saya bisa mewartakan Kerajaan Allah dengan cara saya sendiri khususnya untuk terlibat di Paroki. Dari pengalaman selama 2 tahun ini, saya juga merasa banyak pemikiran dan sikap baru yang lebih baik untuk diri saya kedepannya. Salah satunya yang saya rasakan adalah saya lebih senang jika lebih banyak waktu pelayanan daripada kesibukan lainnya. Harapan saya semoga semakin banyak pula orang yang setia dengan Yesus dan melakukan ajaran-Nya di kehidupan sehari-hari.
Lewat pengalaman ini saya merasa bahwa Tuhan ingin memberikan saya kepercayaan untuk bisa melanjutkan tugas misi mewartakan Kerajaan Allah dimana pun saya berada. Saya pernag merasakan bahwa Tuhan selalu punya cara untuk membuat saya tetap berada dalam lingkup pelayanan yang tulus dan punya semangat pelayanan yang tinggi dimana pun saya berada.
Quote :
“Let your kindness spirit be higher than your parent’s hopes.”
Ayat Kitab Suci :
“Kata-Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.” (Lukas 9:23-24 )
God Always Great
Viona – K. Bogor
Jika ditanyakan, “Apa momen hidup yang paling berkesan bagimu?”, salah satunya jawaban saya adalah turut serta dalam TSOM. TSOM benar memberikan kesan yang berbeda dengan peristiwa hidup lainnya, tentunya dengan kesan yang indah. Pertama kali berkumpul bersama TSOMers keuskupan lain di Jogja, rasanya moment itu akan menjadi memori indah sepanjang masa yang tidak terlupakan. Teman baru, suasana baru, pengalaman baru, dan pengetahuan baru didapatkan di pertemuan TSOM pertama itu. Saya banyak belajar mulai dari pelayanan, membuat refleksi hingga belajar untuk lebih banyak berkomunikasi, bersosialisasi dan percaya diri. Awalnya semua berjalan sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. Kami, Saya dan Okta berangkat ke Jogja dan saat pulang kami membagikan pengalaman TSOM kami di kegiatan TSOM Keuskupan pertama. Hingga tidak lebih dari seminggu setelah kegiatan TSOM Keuskupan itu diadakan, saya mendapat informasi bahwa semua kegiatan akan dihentikan sementara dan kegiatan dilakukan dirumah saja karena Virus Covid-19 yang mulai masuk ke Indonesia.
Tahun 2020, tahun yang mengejutkan bagi dunia. Virus Covid-19 yang mulai menyebar luas sangat mempengaruhi banyak aspek kehidupan. Salah satunya dalam kehidupan sosial, dimana ditetapkannya batasan sosial untuk mencegah penyebaran virus yang baru saja muncul itu. Akibatnya interaksi antar sesama mulai minim. Hal ini membuat saya yang sudah pendiam semakin diam. Pandemi ini juga membuat TSOM yang mulanya direncanakan untuk bermisi ke daerah di keuskupan-keuskupan yang telah ditentukan ditunda dan digantikan dengan format TSOM On Going Formation dengan konsepnya bermisi melalui teknologi, media sosial. Tentunya saat mengetahui hal itu, hati merasa gelisah dan sedikit ragu untuk bisa melanjutkan kegiatan TSOM. Ditambah dengan saya yang kurang aktif dalam bermedia sosial membuat perasaan ragu dan gelisah mulai berubah kearah keputusasaan. Keuskupan Bogor mendapatkan bagian untuk mengadakan Webinar Nasional di bulan Oktober. Kami membuat beberapa webinar tingkat keuskupan untuk mempersiapkan webinar nasional. Hingga saatnya kami harus melaksanakan webinar nasional. Mulanya memang cukup sulit bagi saya untuk bisa membawakan acara di depan banyak orang. Namun berkat kebesaran Tuhan, latihan dan bantuan dari teman-teman di keuskupan kami dapat melaksanakan webinar nasional.
Momen ini menyadarkan saya bahwa Tuhan sungguh besar. Ia selalu hadir menemani saya baik saat senang maupun susah. Ia mengizinkan saya untuk dapat bertemu dengan teman-teman baru di TSOM. Saya diizinkan untuk berkegiatan bersama dan berinteraksi bersama. Saat momen bahagia bersama teman-teman TSOM, Ia mau saya untuk membagikan sukacita itu dengan teman-teman TSOM di Keuskupan Bogor. Ia pula yang mengizinkan saya untuk bisa menerima tantangan untuk beradaptasi dengan masa pandemi. Memang awalnya cukup kesal mengapa Tuhan mendatangkan pandemi saat kami sedang bersukacita setelah diutus untuk bermisi.
Namun sekarang saya menyadari banyak kebaikan yang hadir saat Tuhan memberikan saya tantangan ini. Tuhan mengizinkan saya untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang lebih memahami sesama dan mau dekat dengan sesama. Dengan bermisi melalui teknologi ini, banyak perubahan yang terjadi dalam hidup saya. Saya diizinkan Tuhan untuk bisa berdampak bagi sesama melalui pelayanan-pelayanan meskipun belum dalam lingkup yang besar. Tuhan benar selalu ada dan membantu saya dengan cara-Nya sendiri baik dalam situasi yang baik ataupun kurang menyenangkan menurut saya sekalipun .
Tuhan mengingatkan saya untuk selalu mau belajar dari peristiwa-peristiwa yang Ia ijinkan terjadi. Tuhan mau mengingatkan saya untuk tidak menilai sesuatu dari sebagian peristiwa saja. Tuhan menginginkan saya untuk bisa melihat sesuatu secara utuh. Bukan hanya TSOM saja, bukan hanya pandemi saja, namun seluruh peristiwa yang terjadi dalam kegiatan TSOM dan masa pandemi ini. Banyak kebaikan yang Ia berikan kepada saya ketika saya bisa melihat kebesaran-Nya dengan penuh percaya.
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yng terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” – Roma 8:28
God is Greater than the Highs and the Lows
TIDAK BERUBAH
Kak Inri – K. Bogor
Komitmen sebagai pendamping remaja di masa pandemic merupakan hal yang menantang dan cenderung sulit dipertahankan. Di awal program, memotivasi peserta TSOM merupakan hal yang cukup mudah, apalagi ditambah dengan reward berupa kegiatan misi di berbagai kota. Para remaja pun bersemangat, sehingga turut memberi sukacita bagi para pendamping yang menyertai perjalanan misi mereka. Namun ketika masuk ke era pandemic, maka seluruh rencana pun harus diubah. Ketiadaan tatap muka menjadikan relasi antarpeserta pun semakin renggang dan dapat melunturkan semangat bermisi. Apalagi peran pendamping pun semakin terbatas.
Dalam situasi yang serba sulit, dorongan dari Romo Dirdios dan rasa tanggung jawab para peserta TSOM Keuskupan menjadi angin segar tersendiri dalam proses pendampingan ini. Ada kalanya remaja TSOM berinisiatif bertanya terkait batas waktu pengumpulan refleksi yang menjadi tugas wajib setiap bulannya. Romo Dirdios pun kerap mengingatkan pendamping dan remaja untuk terus berproses dan menjalankan komitmen dari hari ke hari, bulan demi bulan, bahkan hingga tahapan pendampingan wajib telah dianggap tuntas.
Meski situasi tampak tak mudah dan kesulitan terkesan tak berujung, namun kegembiraan tetap dapat dihadirkan melalui diskusi bersama para remaja. Ide-ide pun bermunculan untuk tetap mempertahankan semangat dan melatih keterampilan misi remaja melalui kegiatan online. Peran aktif dalam kegiatan online menjadi tugas perutusan tersendiri bagi remaja TSOM, sekaligus menjadi tantangan bagi pendamping untuk terus menyertai pergerakan misi mereka. Komitmen yang semula kuat dan kemudian melemah, telah kembali terbarukan meski kondisi belum membaik.
Penyertaan Tuhan pun tampak ketika pelaksanaan kegiatan online, dimana antusias remaja se-Keuskupan pun meningkat untuk ikut bergabung dengan kegiatan TSOM di tingkat Keuskupan. Hal ini memberikan harapan baru terhadap perkembangan misi remaja TSOM maupun para remaja lain di Keuskupan. Tentunya, hal ini menjadi rasa syukur tersendiri bagi pendamping yang mengamati perkembangan remaja TSOM dari sejak mereka masih baru bergabung hingga dapat mengambil peran dalam proses misi di Keuskupan. Hal mengejutkan lainnya, meski dalam situasi terbatas dan proses pendampingan telah berakhir, namun remaja TSOM tetap berkarya di paroki masing-masing. Komitmen yang ditampilkan oleh para remaja memberikan kesadaran baru bagi pendamping terkait pentingnya konsistensi dalam melakukan pendampingan/pelayanan, apapun kondisinya.
Dalam peristiwa di atas, kebaikan dan penyertaan Tuhan sungguh dapat dirasakan. Tugas yang semula dianggap ringan dan menyenangkan, berubah menjadi tantangan yang cukup kompleks untuk diatasi. Apalagi kondisi pandemic merupakan hal yang berada di luar kuasa manusia. Hanya keyakinan bahwa Tuhan akan memampukan dan membantu dalam menjalankan tugas inilah yang dapat membuat bertahan. Keyakinan terhadap pertolongan Tuhan pun menghadirkan berbagai kemudahan dalam menjalankan tugas sebagai pendamping TSOM ini. Kesadaran dari dalam diri remaja, motivasi dari romo Dirdios, serta dukungan dari orangtua remaja TSOM memberi pemahaman bahwa Tuhan tak meninggalkan begitu saja. Sebagai pendamping, kita hanya perlu percaya bahwa segala sesuatu telah dipersiapkan oleh Tuhan, serta terus menjalankan tugas sesuai peran yang diberikan oleh Gereja. Bertekunlah, maka pertolongan Tuhan akan tiba pada waktunya dan memberikan sukacita atas hasil kerjamu.
Dalam Yohanes 16:20 tertulis “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”


