T-SoM Angkatan 2 – Keuskupan Surabaya

Laurensius Aditya Alan Dewantara

Bermisi di manapun dan di situasi apapun

Saat aku menjadi bagian dari TSOM angakatan 2 rasanya sangat senang, bisa mewakili paroki, bahkan mewakili keuskupan. Satu langkah yang baik untuk menjadi remaja misioner yang siap bermisi. Mulai dari pertemuan TSOM 2 di Jogja yang membuat banyak cerita, yang menjadi awal perjumpaan TSOM angkatan 2. Sampai akhirnya kita semua pulang ke tempat asal kita masing masing. Banyak bayangan muncul, soal “bagaimana acara TSOM selanjutnya?”, “bagaimana keseruannya?”. Tanpa pernah terpikir kalau pandemi Covid 19 akan membatasi kita untuk bertemu. Sakit hati? Ya kalau ditanya soal itu ya sebenernya sakit, apalagi setelah melihat TSOM angkatan 1 yang bermisi sampai luar pulau.

Kalau ditanya, patah semangat? Sebagai remaja misioner kita harus bisa bermisi dimanapun, kapanpun, dan disituasi apapun. Susah, berat, yang biasanya berkumpul langsung justru harus mulai membiasakan diri dengan yang online. Tapi kita remaja misioner, kita harus bisa terus berinovasi meskipun dengan kendala yang ada. Untuk membuat komunikasi kami, TSOM keuskupan Surabaya tetap berjalan, kami biasa berlectio divina, dan dilanjut dengan sharing dan bercerita. Dan bagiku lectio divina adalah hal yang menarik. Tempat dimana kita bisa berdoa, berbagi dan bercerita pengalaman kita masing masing. Disaat maraknya pandemi Covid 19, membuat beberapa kegiatan dan rencana yang sudah disiapkan secara matang menjadi terhambat. Lectio divina sangat berperan penting bagiku. Tempat dimana kita bisa saling mendoakan, menguatkan, dan saling bertukar cerita, berbagi ide menarik untuk terus mengembangkan kegiatan kegiatan selama masa pandemi ini.

Ini semua bukan tentang apa yang baik dan buruk, mana yang enak dan mana yang tidak enak. Disaat aku dan teman teman biasa berkumpul bernyanyi bersama, tiba tiba kita dihadapkan dengan kondisi seperti sekarang. Semua serba online, rapat rapat dilakukan via zoom dan g meet. Awalnya aku merasa tabu dan asing dengan kondisi yang seperti ini. Karena keterbatasan itu membuat aku kehilangan banyak waktu berharga dan mendapatkan pengalaman yang berharga juga. Tapi dari pengalamanku itu, aku bisa memaknai bahwa aku harus mau membuka diri untuk situasi yang baru, mau menerima keadaan yang harus terjadi dan bagaimana aku mau terus berusaha bertahan untuk tetap bisa berkumpul dengan teman teman dan berbagi cerita bersama dengan cara yang baru.

Berusaha memaknai keadaan yang membuat aku harus memikirkan bagaimana cara ku untuk terus mau berjuang untuk menghindari kemungkinan aku terjangkit virus, demi menjaga keluarga dan lingkunganku untuk selalu sehat. Aku juga harus berusaha keras untuk mau menahan keinginanku yang menyenangkan yang asik yang enak, beralih ke keadaan yang pahit, dan asing dan mungkin menghalangi kebebasan, dan keadaan itu juga membuat aku harus bisa dan berani menciptakan inovasi baru, aku harus kreatif agar tetap bisa berkarya dan melaksanakan tugas ku sebagai misionaris.

Disaat saat pandemi Covid 19 sedang marak maraknya, bukan berarti Tuhan membiarkan aku bingung dengan hal baru yang aku sendiri belum pernah sebelumnya. tapi tuhan ingin mengajarkanku bahwa seorang misionaris tidak berkarya di tempat yang mewah ditempat yang enak, tapi di tempat yang sederhana, terpencil, bahkan seperti TSOM angkatan 2 ini yang terkendala Covid 19. Tuhan tetap memberi kita semangat, tetap mempersatukan kita untuk membentuk 1 Indonesia kecil.

Quotes :

“ tidak semua tentang yang kita mau, tidak semua tentang yang kita bisa, tapi kita bisa kalau kita berdoa dan berusaha. “

“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.” (1 Korintus 10:13 TB)


Agnes Riema Puspita

JADILAH PADAKU SEPERTI YANG KAU INGINI

Mengikuti Teens school of Mission bukan sesuatu yang mudah, diawali dengan proses pemilihan yang sangat ketat, melakukan proses yang sangat panjang, hingga akhirnya berhasil dipilih dan berproses bersama. terpilih dan dipilih menjadi peserta TSOM juga merupakan suatu Rahmat yang Terbaik yang Allah berikan untuk aku, diberikan mandat yang begitu luar biasa untuk menjadi seorang misionaris-Nya merupakan hal terbaik dalam hidupku. Melalui Jamnas dan TSOM, banyak hal dalam hidupku yang ‘diubah’ salah satunya adalah, aku harus berani menjadi berbeda, harus bisa menjadi teladan, harus keluar dari kenyamanan diriku dan mempersembahkan diriku, mempersilahkan seluruh hidupku untuk menjadi alat perpanjangan tangan karya Allah buat sesamaku. Di awal awal, memang aku belum terlalu merasakan perubahan perubahan yang terjadi itu, tapi, lambat laun melalui berbagai peristiwa dan kejadian hidup, aku harus bisa merasakan, memaknai, memberikan arti serta belajar dari apapun yang terjadi. diawal berproses, semua peserta, disambut dengan adanya Pandemi Covid, yang mungkin entah sampai kapan ‘hal’ ini akan berhenti mengganggu kegiatan dan rencana banyak orang. semua peserta TSOM, tidak terkecuali aku, merasa hampir menyerah dan putus asa, banyak yang menjadi pertanyaan “kalau dalam keadaan begini, apa aku bisa bermisi?” “kalau seperti ini, bagaimana ya aku bisa untuk mewartakan sukacita Injil di sekitarku?” “apa aku sanggup kalau harus melewati ini semua?” “apa yang terjadi nanti ya kalau aku mengambil keputusan, dan resiko nya besar?” “aku sepertinya nggak bisa deh” “gimana caranya aku dirumah saja tapi aku bisa menjadi misionaris ya?” dan banyak pertanyaan lain tentunya.

Namun, ketika hal itu kami lewati bersama, dan kami bawa dalam setiap proses kami, semua bisa kami lewati. belajar memahami bahwa seorang misionaris tidak harus selalu pergi mengadakan sebuah perjalanan untuk mewartakan sukacita Injil, membuat aku sadar, banyak yang bisa aku lakukan dengan teknologi modern dan canggih yang juga sekarang ini menjadi kebutuhan yang penting bagiku dan banyak orang yaitu, gadget dan internet. ya, kami remaja TSOM pun juga memanfaatkan hal itu dengan cara semua keuskupan yang tergabung dalam TSOM diberi tugas untuk mengadakan webinar online selama kurang lebih 8 bulan. dari situ aku banyak mendapat hal hal baru, pengalaman luar biasa lewat webinar itu, yang pertama, belajar tentang bagaimana aku berusaha memiliki kreativitas yang baru, bagaimana aku harus lebih inovatif, menarik agar banyak remaja dan orang-orang yang tertarik untuk bergabung di webinar, kesulitan dan kesalahan pun banyak terjadi, namun kegiatan webinar berjalan dengan sangat lancar dan menarik, dan dari situ aku diajarkan bahwa untuk menjadi misionaris harus ‘mau belajar, terus menerus, dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.’ pengalaman itu menjadi salah satu yang menarik buatku di dalam berproses menjadi peserta TSOM ini.

Dari pengalaman mengadakan Webinar itu memiliki sebuah makna khusus bagi diriku yaitu aku yang merasa tidak bisa ketika dihadapkan pada keadaan yang memaksa untuk menjadi bisa, aku harus belajar dan berusaha agar webinar dari keuskupan ku berjalan dengan sukses dan lancar, aku harus membangun kerja sama yang baik dengan teman teman dan semua yang tergabung di webinar itu, dari pengalaman itu, aku juga belajar untuk jadi remaja yang lebih kreatif dan mampu menghasilkan ide ide baru yang menarik agar tidak monoton dan membosankan.

Dari webinar itu aku juga memaknai bahwa aku harus mau berkorban dan berkomitmen. berkorban untuk membagi waktu dan berkomitmen untuk tetap setia berlatih dan menjadi lebih baik lagi di setiap latihannya. belajar menjadi lebih baik dari latihan sebelumnya agar memberikan hasil yang memuaskan, proses nya memang panjang, lama, membutuhkan banyak kesabaran dan ketelitian, dan ya memang ada sedikit halangan, namun itu semua membuat aku gembira dalam prosesnya, mendapatkan masukan dari teman teman, dirdios dan Romo, membuat saya mau belajar untuk setiap latihan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tuhan memberikan Rahmat dan anugerah yang terbaik dan memberi kesempatan yang luar biasa untuk aku, karena Tuhan mau aku bertumbuh dan menjadi pribadi yang lebih bermanfaat untuk sesamaku, Tuhan memilih aku bergabung menjadi peserta TSOM ini agar aku mampu untuk belajar memaknai hidupku, belajar untuk tetap menjadi teladan untuk setiap orang yang ada disekitarku. aku diajarkan untuk mau dan terus berusaha untuk memperbaiki diri dari hari ke hari, mau dibimbing, dikritik, diberi masukan, dan diajar, menjadi pribadi yang terus mau belajar, bersabar dan mengenal hal-hal baru yang nanti akan menjadi kemampuan baru yang bisa dibagikan kepada sesamaku juga, karena sejatinya setiap kita manusia ini lemah, dan harus terus mau belajar untuk menjadi lebih baik lagi, menjadi berkat dan manfaat untuk sesama dan sekitarnya.

Quotes :

“Jangan pernah berhenti belajar menjadi lebih baik, karena hidup tak pernah berhenti mengajarkan Gagal memberi pelajaran, keberhasilan akan memberi kebahagiaan.”

Ayat Kitab Suci :
“Dan biarlah orang-orang kita juga belajar melakukan pekerjaan yang baik untuk dapat memenuhi keperluan hidup yang pokok, supaya hidup mereka jangan tidak berbuah.” (TB Titus 3:14)
“Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.” (TB Mazmur 119:73)


Yohanes Given Hendratno

Bisa dibilang TSOM Angkatan ke 2 ini cukup berat perjalanannya, mengapa seperti itu? Ya karena kita berjalan dimasa pandemi virus covid 19. Pandemi yang mengharuskan kita untuk menunda seluruh pertemuan nasional yang diselenggarakan secara offline. Sedih? Pasti. Kecewa? Jangan ditanya pasti kecewa. Belum lagi dengan angka kematian dan angka positif yang meningkat tajam tentu membuat ketakutan tersendiri dihati saya khususnya. Namun dibalik kengerian selama pandemi covid dan dibalik ditundanya acara-acara TSOM ada beberapa hal baik yang bisa diambil. Salah satunya adalah rasa kekeluargaan yang semakin tercipta malah karena pandemi covid 19.

Salah satu momen pada saat pandemic yang menurut saya pribadi menjadi penguat dan juga penenang disaat pandemi adalah pada saat kami TSOM Angkatan ke 2 Keuskupan Surabaya menjalankan lectio divina secara online melalui video call wa, pada awal lectio divina mungkin ya hanya sekedar membaca kitab suci merenungkan dan juga merefleksikan lalu setelah itu ya sudah selesai, hanya sebatas itu saja. Namun yang cukup mengejutkan adalah pada saat hari ke 3 atau ke 4 kalau tidak salah, setelah kami lectio divina, suasana menjadi pecah, suasana yang awalnya diibaratkan seperti es ini pecah dan kami bisa tertawa bersama dan bercanda bersama, momen kebersamaan ini terus berlanjut ke pertemuan-pertemuan lectio divina hari-hari berikutnya, dan itu membuat rasa kekeluargaan kami menguat, kami bisa saling menguatkan dimasa pandemi, bisa saling mendukung dimasa pandemi. Tentunya momen kebersamaan ini tidak berhenti sampai disitu saja, momen kebersamaan ini terus berlanjut sampai pada persiapan acara on going formation dimana setiap keuskupan ditugaskan untuk membuat sebuah webinar. Kami TSOM Keuskupan Surabaya mempersiapkan webinar ini seluruhnya secara online, kami tidak bertemu secara offline karena pada bulan tersebut kasus covid di Surabaya masih pada level yang tinggi, namun dari sini saya sadar, bahwa saling menguatkan, saling menghibur, itu bisa dilakukan dimana saja apalagi di zaman modern ini, kitab isa bergurau bersama, mengobrol bersama, tanpa terbatas jarak dan waktu.

Dari momen-momen kebersamaan ditengah kengerian pandemi saya sadar ada makna yang luar biasa dari peristiwa ini. Salah satunya adalah tidak ada alasan bagi kita saat ini di zaman modern untuk bermisi dan mewartakan Injil, semua fasilitas sudah tersedia, zoom, google meet, bahkan video call bisa kita manfaatkan sebagai sarana untuk menjadi berkat bagi sesame, bisa kita gunakan untuk menolong orang lain, bisa kita gunakan untuk menghibur orang lain dan menumbuhkan rasa kekeluargaan tanpa terbatas jarak dan waktu. Namun saya juga sadar, bahwa semua itu juga tergantung kepada diri kita masing-masing, tergantung pada pribadi kita, mau atau tidak kita keluar dari zona nyaman, mau atau tidak kita menggunakan hp yang biasanya kita pakai untuk nge-game, nonton Netflix, nonton drakor, kita alihkan untuk menjadi berkat bagi sesama.

Ada satu kata-kata dari seseorang yang saya anggap special, yaitu dirdios saya sendiri, kak Ratna. Kak Ratna pernah berkata kepada kami para anggota TSOM Keuskupan Surabaya, bahwa menjadi misionaris harus berani keras pada diri sendiri, kata-kata ini saya ingat dan saya jadikan pegangan dalam menjalani hidup sehari-hari. Menurut saya keras pada diri sendiri sangat penting agar kita dapat keluar dari zona aman dan zona nyaman untuk beralih ke zona iman. Kata-kata ini juga berlaku untuk saya pribadi agar saya menggunakan hp dan seluruh fasilitas/fitur didalam hp ini agar bisa menjadi berkat, bukan hanya untuk sekedar bermain game, scroll Instagram, nonton Netflix, namun hp ini harus bisa juga menjadi berkat bagi sesama, hal paling sederhana adalah lectio divina yang pernah kami lakukan melalui sambungan video call seperti yang sudah saya tuturkan diatas. Keras pada diri sendiri diperlukan agar kita, anda dan juga saya menjadi pribadi yang tangguh seperti yang dikatakan dalam visi TSOM ada kata tangguh disana, kalua kita tidak keras pada diri sendiri, kita tidak mau berproses, maka kita tidak akan bisa menjadi pribadi-pribadi yang tangguh, selamanya kita akan terbelenggu didalam zona nyaman dan zona aman kita, kita tidak ada bisa bertumbuh dan berkembang. Seluruh proses menuntut kita untuk keras pada diri sendiri, proses pastilah sakit, proses pastilah memakan energi, namun dibalik rasa sakit dan rasa lelah ada hasil yang luar biasa.

Dari semua proses yang saya alami selama masa pandemi, saya menyadari bahwa semua itu bukanlah sebuah kebetulan, melainkan sebuah rencana yang datangnya dari Tuhan untuk memproses diri saya menjadi lebih baik di masa depan. Saya percaya bertemu dengan kak Ratna dan romo Pepi, bertemu dengan para dirdios-dirdios lain yang luar biasa, dan juga bertemu dengan teman-teman di TSOM Nasional juga bukan sebuah kebetulan, saya yakin dan saya percaya bahwa orang-orang hebat ini adalah utusan Tuhan yang memang dipertemukan dengan saya untuk membantu saya berproses. Saya percaya bahwa semua hal yang saya alami, semua masalah yang Tuhan izinkan untuk saya alami adalah untuk membetuk pribadi saya menjadi pribadi yang tangguh dan pribadi yang bernai keluar dari zona nyaman dan zona aman.

2 Tawarikh 15:7 “Kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!” ayat ini merupakan ayat yang tiba-tiba saja lewat di FYP tik-tok saya. Menurut saya juga bukan sebuah kebetulan ayat tersebut lewat di FYP saya namun sebuah rencana yang datangnya dari Tuhan sendiri untuk menguatkan saya disaat saya berproses. Akhir kata saya tekankan kembali dalam refleksi saya bahwa setiap proses pasti sakit, setiap proses pasti melelahkan, tidak ada salahnya beristirahat sebentar namun jangan sampai berhenti berproses karena ada hasil yang luar biasa dari proses panjang tersebut. Trimakasih dan berkah dalem.

Tinggalkan komentar