Audrey Evocentia A.S
Peserta TSOM#3 – Keuskupan Surabaya
“Pengalaman Sukacita, keluar dari Zona nyaman”
Semua yang telah saya lalui, Pengalaman mengikuti TSOM angkatan ke-3 . Semua yang telah saya lalui merupakan pengalaman yang berarti bagi saya. Dari setiap pertemuan yang saya alami membawa pelajaran dan pesan bagi saya.
Dimulainya dari pertemuan Nasional yang pertama di Surabaya yaitu Surabaya Friendship merupakan langkah awal saya untuk mengenal teman-teman TSOM yang lain, saya belum mengenal banyak dari mereka dan pada awalnya saya merasa bahwa saya tidak akan bisa dekat dengan mereka semua. Dalam Surabaya Frienship saya berusaha untuk beradaptasi, saya berproses bersama kelompok untuk membuat yel-yel dan outbound. Pesan yang saya dapatkan pada pertemuan ini yaitu bagaimana saya pribadi belajar untuk dapat keluar dari zona nyaman, dimana saya harus bergerak dalam lingkungan yang sama sekali belum pernah saya kunjungi dan bertemu dengan semua orang baru yang juga saya belum tau sama sekali namun saya harus bisa untuk berproses bersama, darisitu juga mengingatkan saya kembali bagaimana kita juga harus memiliki hubungan yang baik dengan sesama. Saya harus mencoba bergaul dengan siapapun dan seperti harus sekamar dengan orang yang belum kita kenal sebelumnya, memahami diri sendiri dan citra Allah. Di sisi lain pertemuan ini juga mengajarkan untuk dapat memahami diri sendiri dengan cara melihat kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri saya. Menerima kekurangan bukanlah hal yang mudah, namun saya berusaha untuk menerima kekurangan saya dan berusaha mengubah untuk menjadi lebih baik. Dan mengingatkan bahwa kita juga memiliki kelebihan masing-masing yang telah Tuhan berikan, itulah hal yang harus benar-benar disyukuri dan dikembangkan sehingga kelebihan yang telah diberikan tersebut juga dapat menjadi berkat bagi orang lain di sekitar kita. Pengalaman baru juga bagi saya untuk mendaki bukit, dan pada saat itu sesuai perintah kita harus mendaki dengan berdoa rosario, menghitung biji jagung dan biji kacang hijau, jika mendengarnya mungkin terdengar aneh tetapi setelah saya jalankan dengan teman-teman yang lain, hal tersebut menjadi terdengar masuk akal. Yang saya dapatkan yaitu bagaimana kita memiliki ketakutan atau keraguan yang kita rasakan untuk melakukan suatu hal, padahal jika melakukan sesuai dengan kemampuan kita, dengan keikhlasan hati, hal tersebut sangat nyata dapat kita lalui. Selain itu juga mengajarkan bagaimana kita sebagai orang katolik juga memiliki Bunda Maria, melalui doa rosario sebagai bunda yang menemani kita dalam perjalanan atau kesulitan-kesulitan yang kita hadapi. Hasilnya yaitu bukan tentang jumlah dari biji jagung atau kacang hijau tersebut melainkan proses yang saya alami untuk dapat menyelesaikan beberapa rintangan dalam waktu yang sama, mengingatkan juga bagaimana selalu ada orang lain yang membantu dan kerjasama yang baik, makna yang saya dapatkan juga yaitu bagaimana kita juga harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak dalam menjalankan suatu perintah. Dari permainan-permainan outbound juga memberikan pesan sepert kita perlu menjalin kerjasama yang baik dengan orang lain dan berani untuk melangkah walau kita tidak tau bagaimana yang akan terjadi.
Pertemuan TSOM yang kedua yaitu pada saat muntilan prayer. Kami berangkat dari surabaya ke jogja dengan menggunakan kereta. Setelah itu kami berkumpul kembali dengan teman-teman,kakak pendamping, dan para Dirdios. Kegiatan ini diawali dengan misa. Salah satu hal yang berkesan bagi saya yaitu bagaimana saat itu harus mengumpulkan HP dan sama sekali tidak memegang selama beberapa hari, dari situ saya merasakan perbedaan bagaimana biasanya saya selalu sibuk sendiri dengan hp saya. Namun saya juga merasa lebih baik ketika hp itu tidak menganggu dan saya bisa lebih fokus dan menghabiskan waktu berinteraksi dengan sesama yang ada di sekitar saya. Mungkin terlihat seperti hal yang sederhana namun membawa pesan bagi saya dimana saya juga berani untuk meninggalkan kebiasaan yang saya lakukan biasanya, saya juga melakukan dengan membuat niat dalam diri untuk meninggalkan kebiasaan tersebut bukan karena hanya sekedar perintah, walau pasti tetap saja sulit bagi saya pada awalnya. Sesuai dengan namanya pada muntilan prayer ini kita juga banyak belajar mengenai berdoa atau membaca kitab suci. Hal yang saya dapatkan yaitu bagaimana saya bisa belajar untuk merenungkan kitab suci, biasanya saya sekedar membaca atau mendengarkan tapi saya tidak benar-benar paham sapa yang ingin disampaikan dari bacaan tersebut, membangun niat saya terutama ketika mendengarkan bacaan dalam ekaristi, saya bisa benar-benar memahami apa maksut dari bacaan nya bukan sekedar mendengar. Menyadarkan saya betapa pentingnya sabda Tuhan yang juga menjadi pedoman hidup sehari-hari. Dengan membaca kitab suci juga mengajarkan untuk dapat fokus dan hening sejenak mendengar memahami perintah Tuhan. Dalam peretmuan muntilan prayer juga membahas mengenai ‘’MISI’’. Dijelaskan bahwa misi berarti keluar, dan keluar berarti tujuan utamanya memang bermisi dengan bagaimanapun kondisi atau situasinya. Dari situ lebih menyadarkan dan mengingatkan saya jika ingin bermisi saya harus siap dan berani dan bisa menerima bagaimanapun keadaan dan kondisi yang harus dihadapi. Karena untuk mengikuti TSOM terkadang ada keraguan, rasa tidak yakin atau kecemasan, lalu bagaimana jika saya harus berada di situasi yang jauh lebih sulit. Karena ini baru dalam kegiatan yang jelas sudah terkoordinir bagaimana ketika harus bermisi keluar nantinya ?. otulah yang mengingatkan saya bahwa saya ini bermisi sehingga saya harus berani keluar dari zona nyaman, harus berani melangkah.
Makassar Action.
Tanggal 28 September – 01 Oktober merupakan saat untuk mengikuti pertemuan Nasional TSOM yang ketiga. Dimulai dengan berangkat dari bandara Juanda hingga bandara Hassanudin Makassar. Saya menyadari rahmat Tuhan sehingga saya dan teman-teman semuanya dapat sampai di wisma Kare dan berkumpul bersama kembali dengan selamat. Hal yang saya rasakan bagaimana saya mau untuk mencoba hal baru dan selalu memberanikan diri dengan alasan untuk dapat keluar dari zona nyaman. Terkadang kecemasan/ketakutan selalu datang ketika saya berada di tempat yang baru karena tidak terbiasa, namun semua itu dapat saya jalani hingga selesainya makassar Action. Yang sangat berkesan adalah saat mengikuti live in, walau pada awalnya live saya beranggapan bahwa akan sangat menyenangkan dan seru, namun ternyata berbeda dengan apa yang saya pikirkan, saat merasakan dan melakukan langsung saya merasakan bosan dan mengantuk, namun saat merasakan itu saya meyakinkan diri untuk tetap semangat menjalani dan menerima. Dari situ saya dapat menyadari dan merasakan langsung, bagaimana susahnya sesama saya yang harus melakukan pekerjaan itu setiap hari, seiring berjalan nya waktu saya kembali semangat dan terus melakukan hal yang diminta, membuat saya juga bersyukur boleh merasakan langsung dan saya menjadi senang untuk melakukan hal itu. Dengan merasakan langsung saya merasa agar saya dapat lebih mengerti dan memahami lelah / sulitnya orang untuk bekerja, apalagi ketika mereka dianggap rendah, namun yang makna yang saya dapatkan yaitu jangan menganggap rendah pekerjaan seseorang karena perannya juga penting dalam suatu perusahaan/pabrik. Di makassar action, saya juga mempelajari nilai-nilai kecil untuk sabar. Terutama menurut saya sedikit kesulitan yang saya alami yaitu mengantuk, karena juga sulit tidur, tapi saya tidak ingin menjadikan hal tersebut sebagai kendala saya, saya berusaha untuk tetap semangat dan menikmati. Dari apa yang disampaikan Romo Jun juga mengingatkan kita bagaimana kita harus pengertian dan saling memahami sesama, kita tidak boleh semena-mena menghakimi orang lain, dan hal itu betul sangat saya alami dan temui dikehidupan saya sehari-hari bahkan saat saya pulang dari makassar dan kembali, saya menemukan bagaimana orang dapat dengan mudah menyalahkan orang lain karena oleh karena pemikirannya sendiri, hal tersebut pun juga mungkin yang saya alami. Sehingga dari semua itu saya ingin berusaha dimana saya bisa lebih peduli terhadap sesama dan tidak menyamakan apa yang saya pahami dengan pemikiran orang lain.
Secara keseluruhan dari setiap pertemuan juga mengajarkan nilai-nilai yang selalu saya hadapi dalam kesehariannya, salah satunya yaitu bagaimana tentang kita harus benar-benar menghargai makanan. Sebelumnya saya benar-benar tidak begitu peduli tentang makanan, namun melalui pertemuan-pertemuan TSOM ini saya disadarkan betapa pentingnya kita untuk benar-benar menghargai makanan, untuk bawang atau hal-hal sederhana yang mungkin saya tidak suka saya akan membuang begitu saja, padahal jika kita melihat lebih jauh kebelakang banyak kerja keras atau usaha dari sesama kita untuk menghasilkan makanan-makanan tersebut, saya belajar untuk berbagi sehingga tidak ada yang terbuang. Dan belajar untuk mendoakan sesama atau hal sederhana seperti mendoakan mereka yang telah menyiapkan makanan tersebut sehingga sekarang menjadi kebiasaan saya untuk menambahkan doa untuk orang lain dalam doa saya.
Pada awalnya juga saya tidak mengenal teman-teman TSOM hingga seiring berjalannya waktu saya dapat akrab dengan mereka semua, berbagi cerita, kontak walaupun melalui online, membuat semangat dan menguatkan satu dengan yang lain dalam mencapai tujuan kita yang sama yaitu bermisi. Walaupun kita berasal dari tempat yang berebeda-beda dan dengan peretmuan yang singkat, namun kita semua dapat menjadi satu.
Dari semuanya saya juga belajar bahwa apa yang telah kita pikirkan tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan, kita tidak bisa untuk meremehkan suatu hal karena apapun yang kita pikirkan bisa saja berbalik dengan kenyataan yang akan dialami. Oleh dari itu hal yang dapat saya lakukan yaitu menggunakan semua kesempatan yang saya miliki dengan baik, dan melakukan segala hal dengan ketulusan dan niat baik dari diri sendiri dengan tujuan yang baik juga, bukan hanya untuk kepuasan diri sendiri saja. Dimana harus berani untuk jatuh namun segera bangkit kembali untuk melalukan yang lebih baik lagi dan menjadikan kegagalan sebagai semangat atau motivasi diri bukan untuk keputus asaan. Pada akhirnya saya bersyukur atas semua pengalaman yang saya alami terutama dalam kegiatan TSOM ini, memaknai setiap kegiatannya dan membuat niat dalam diri saya, sehingga saya dapat berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, terutama dapat menjadi berkat bagi sesama saya dimanapun saya berada.
“Kita tidak bisa meremehkan hal sekecil apapun, namun kita harus melakukan suatu hal semaksimal mungkin dengan ketulusan dan niat hati sehingga juga dapat menjadi berkat bagi orang lain ”