Natanael Franco Lindung Aritonang

Peserta T-SoM#3 – KEUSKUPAN PADANG

Refleksi TSoM

Pertemuan Pertama yang Menyenangkan

17-19 Februari 2023, merupakan pertemuan pertama Tsom angkatan 3 yang dilaksanakan di Surabaya, yang tepat nya di Griya Samadhi Resi aloysii. Saya sangat senang, karena di beri kesempatan untuk lebih mendalami iman Katolik sampai ke luar kota. Jujur saja, ini juga pertama kalinya saya bisa pergi ke Surabaya. Hal itu juga yang membuat saya sangat bahagia. Namun, disaat momen bahagia itu, ada hal yang membuat saya risau. Saya takut jika teman-teman tidak mau berteman dengan saya,dan kebalikannya saya juga takut bila tidak bisa bergaul dengan mereka. Tetapi, saya memberanikan diri untuk menyapa terlebih dahulu. Karena saya percaya, Tuhan pasti selalu memberikan jalan yang terbaik. Awalnya saya menyapa Raya (peserta Tsom Keuskupan Surabaya). Raya sangatlah baik, dia mau membantu saya untuk mengarahkan tempat tidur. Saya sangat terkesan melihat dia, yang mau membantu orang yang baru saja dia kenal. Setelah para peserta Tsom 3 sudah berkumpul semua, dugaan saya salah. Seluruh peserta Tsom sangat ramah dan penyapa. Saya belum sempat menyapa, mereka langsung menanyakan nama dan Keuskupan saya. Dari pertemuan ini, hal yang paling berkesan adalah saat bisa berteman dengan orang yang seiman dengan saya yang berbeda pulau. Dimana saya juga dianggap seperti teman dekat bagi mereka, padahal kami baru berkumpul 3 hari saja. Sungguh, saya menganggap ini adalah momen yang paling luar biasa di dalam hidup saya. Karena, tidak semua orang bisa mendapatkan hal yang saya alami ini. Disini saya mulai sadar, saya sebenarnya terlalu takut untuk mencoba . Saya juga hanya takut untuk memulai duluan. Semua yang kita lakukan akan berjalan dengan baik, jika kita tetap percaya bahwa Tuhan selalu menyertaimu, dimanapun kita berada.

Apa itu Alkitab

Pada pertemuan Tsom 3 dilaksanakan pada tanggal 1-3 Juli 2023 di Muntilan. Di jaman sekarang banyak sekali anak remaja yang tidak menganggap Alkitab itu penting. Bahkan tidak sedikit anak remaja sekarang yang kesulitan dalam mencari ayat ayat tertentu. Mengapa? Karena hal tadi, disebabkan pikiran yang sudah mendukung Alkitab tidak penting sehingga membuat mereka jarang untuk membuka-Nya. Maka sebab itu, pada pertemuan yang kedua ini, kami mendalami apa peran penting Alkitab dalam kehidupan sehari hari. Awalnya saya juga bosan dalam pertemuan ini, terlebih pada pertemuan ini kami seperti sedang berada di rumah retret. Namun, saya berusaha tetap enjoy dalam mengikuti pertemuan ini, karena saya yakin pasti ini bermanfaat. Setelah saya mengikuti tiap materi yang diberikan, saya mulai tertarik, terlebih disetiap Romo Martinus memberikan tantangan untuk mencari ayat dengan cepat dan membacakannya. Walaupun saya selalu kalah dengan teman lain, saya tetap senang, karena saya sangat menyukai tantangan. Saya juga bahagia disaat ada kerja kelompok. Disitu kami disuruh berdiskusi untuk menceritakan hal yang membuat mu mau masuk Tsom. Saya sangat menyukai kerja kelompok, karena disaat itulah kita bisa saling memberikan pendapat, kita juga bisa menjalin persaudaraan, di kelompok juga kita bisa saling memerhatikan satu sama lain, itu sebabnya saya menyukai kerja kelompok. Namun, dari semua itu hal yang paling berkesan disaat saya bisa mengunjungi makam dari salah satu misionaris yang bermisi di pulau Jawa. Ia bernama Romo Van Lith. Saya sangat kagum dengan pelayanannya, ia rela dimusuhi oleh negeri nya sendiri demi memperjuangkan Indonenesia bisa hidup dengan damai. Ia juga seorang Romo yang tiada kenal takut, karena ia percaya Tuhan selalu menyertai nya. Saya harap, saya bisa meniru sikap dari Romo Van Lith. Tiada kenal takut dan pantang menyerah dalam menghadapi tiap rintangan dalam hidup nya. Karena ia selalu yakin, tiada usaha yang sia sia selagi kita masih mau berjuang.

Panggilan Untuk Bermisi

22-28 Desember 2023 merupakan pertemuan terakhir untuk Tsom 3 yang dilaksanakan di Keuskupan tempat saya tinggal,yakni Keuskupan Padang. Disni kami dibuktikan setelah menjalani 3 pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kali ini kami mendapatkan tantangan untuk bermisi layaknya seorang misionaris. Kami di kirimkan ke Stasi Stasi yang ada di Mentawai. Kami disana harus tinggal bersama keluarga angkat, menikmati hidup sederhana dan membantu kegiatan apapun yang akan dilaksanakan digereja tiap Stasi. Saya awalnya ragu, apakah Saya bisa? Dan Saya juga takut teman-teman kelompok Saya akan kecewa saat disana. Namun, Romo Nando (dirdios K.A Makassar) dan para pendamping menyemangati kami semua. Mereka mengatakan, “tiada yang mungkin jika dilakukan secara bersama-sama”. Saat Saya mendengar kata kata tersebut, Saya menjadi semangat. Saya juga menyemangati teman Saya agar tidak takut saat bermisi disana. Kami melakukan perjalanan ke Siberut pada tanggal 23 Desember 2023. Sampailah di Siberut pada sore hari. Kami langsung pergi ke Stasi masing-masing. Saya mendapatkan Stasi Saliguma. Hal yang menakutkan harus kami lewati, yakni melewati lautan hanya menggunakan speed boat. Selama perjalanan tiada hentinya kami melakukan doa. Setibanya di Stasi, kami disambut hangat oleh umat. Kami juga di berikan sambutan dengan sebuah tarian khas Mentawai. Banyak yang menunnggu kehadiran kami, sehingga rasa lelah selama perjalanan langsung terasa berkurang. Senyuman yang diberikan umat juga membuat kami semua bahagia. Selama di Stasi, banyak hal tantangan yang harus kami lewati, mulai dari harus berhemat air, menikmati air minum yang rasa yang berbeda, menjalani hari tanpa jaringan internet, menikmati listrik yang terbatas, itu semua harus kamu lewati selama live in. Awalnya kami kesusahan juga dalam mendampingi anak BIA yang ada disana, karena mereka susah memahami gerakan yang kami berikan. Namun, dengan dukungan dari Romo dan para pendamping, kami tetap semangat dalam menjalani misi ini. Ternyata semua itu bisa kami lalui. Selang beberapa hari, kami mulai enjoy tinggal di desa Saliguma. Kami sudah bisa menikmati hari tanpa jaringan dengan mengganti waktu kosong menggunakan nyanyian. Kami hampir setiap saat bernyanyi demi mengisi waktu kosong. Kami juga mulai berbaur dengan OMK yang ada disana. OMK di Stasi Saliguma sangatlah ramah, mereka selalu membimbing kami dalam melakukan pendampingan, mereka juga tidak pernah menolak jika kami meminta tolong, ini juga hal yang mulai membuat kami mulai nyaman di Stasi Saliguma. Dan hal yang paling berkesan selama saya tinggal di Stasi Saliguma adalah disaat kami bertiga Saya, Detri(peserta Tsom k. jayapura),Adri(peserta Tsom K, Tanjung Selor) disuruh untuk mengisi malam Natal dengan menjadi seorang sinter Pit. Saat kami mendengar kabar itu, hanya tawa yang bisa kami keluarkan. Karena ini perdananya kami menjadi seorang sinter pit. Awalnya kami takut untuk menjadi Sinter pit. Kami takut bukan karena dadakan, namun kami takut jika anak anak akan ada yang menangis dan orang tua ada yang memarahi kami. Namun, kami sekali lagi saling menyemangati satu sama lain. Sehingga saat kejadian, kami sangat mendalami peran tersebut. Banyak anak yang menangis, disitu kami mulai panik. Tetapi, orangtua disana tidak ada yang marah, malah mereka terhibur akan penampilan kami. Mungkin, malam itu adalah malam yang paling luar biasa bagi diri saya. Bukan hanya saja yang bahagia pada malam itu, teman saya yang menjadi Sinter pit juga ikut bahagia saat itu. Banyak hal yang saya pelajari selama tinggal di Mentawai. Mulai dari bersyukur selalu atas yang kita punya. Seperti saya biasanya selalu mengeluh jika makanan kurang nikmat, di Mentawai saja bisa makan nasi sudah bersyukur sekali. Saya juga bersyukur di tempat tinggal Saya tidak kesusahan dalam mencari air. Bukan hanya bersyukur, Saya juga belajar apa arti penting seorang keluarga. Di Mentawai, walaupun keadaan mereka hanya sederhana, namun saat mereka bersama keluarga selalu bahagia. Saya merasa, memang benar lah keluarga adalah harta yang paling penting dalam kehidupan. Banyak lagi yang Saya pelajari selama di Mentawai yang tidak bisa Saya ceritakan. Pokoknya, ini adalah Natal yang paling terbaik dalam hidup Saya. Terimakasih Mentawai.

Isi Hati Untuk T-SoM

Saya tidak tau lagi mau mengucapkan apa selain kata terimakasih untuk Tsom atas 1 tahun yang luarbiasa ini. Saya tak menyangka, Saya diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Sangat senang diri ini karena bisa berteman dengan orang yang seiman dengan Saya. Ntah apa yang saya perbuat, sehingga Tuhan memberikan Saya sebuah hadiah ini. Saya awalnya juga tidak menyangka bisa terlibat dalam keuskupan. Melalui Tsom ini juga Saya mengetahui apa itu seorang teman sejati, siapa itu seorang pendamping yang layak nya seorang orang tua, dan siapa itu Romo yang bisa menjadi seorang pemimpin bagi kehidupan. Tapi tak terasa sudah satu tahun Saya menjalani kegiatan ini. Nama sudah terganti menjadi seorang alumni. Hati ini sedih karena harus berpisah dengan teman teman. Namun, bak kata pepatah:”di setiap pertemuan pasti ada perpisahan”. Walaupun dalam keadaan sedih Saya tetap harus rela untuk berpisah dengan mereka. Saya harap, seluruh teman Tsom yang sedang berada di Keuskupan masing-masing, bisa menjadi seorang remaja yang bisa mewartakan kabar sukacita injil dengan Gembira, Cerdas, Tangguh dan Misioner. Saya juga harap, semoga Tsom bisa berkembang lebih jauh lagi, sehingga bisa lebih baik lagi dari anggkatan sebelumnya.
Thanks T-SoM .

“Jika hati ini rindu, janganlah menangis. Tataplah langit yang ada diatas dan berdoalah. Karena langit adalah saksi dari semua hal yang telah kita lakukan bersama”
~r.nando.towary

Tinggalkan komentar