Refleksi

Agus Dewianti

Pendamping TSOM#3 – Kesuskupan Palangka Raya

PANGGILAN TUHAN MENGUBAHKU

Panggilan hidup  seorang beriman tak sebatas sebagai orang yang terpanggil secara khusus dalam lingkup Rohaniwan/ Rohaniwati atau Biarawan/ Biarawati tetapi juga terdapat pada tugas yang di berikan KKI Keuskupan kepada Kak Dewi  untuk menjadi  pendamping  T-SOM 3.sempat muncul pertanyaan  dalam hati kenapa mendapat tugas ini justru disaat sedang  berada di fase   ingin menepi dan menyendiri untuk merefleksikan diri? ,kenapa harus Kak Dewi yang di tunjuk ? namun akhirnya Kak Dewi  menerima tugas  dan sebuah kepercayaan yang  yang luar biasa yang di berikan kepada Kak Dewi disaat ada banyak  pendamping  terpanggil  dan siap tapi  justru Kak Dewi yang di pilih  ini berarti  Tuhan punya  rencana dan kehendak dalam hidup Kak Dewi.kak Dewi sadar menjawab panggilan sebagai pendamping yang mendampingi remaja selama satu tahun tentunya tentunya penuh dengan konsekuensi akan ada banyak pengorbanan waktu,tenaga,pemikiran dan juga finansial, bahkan  rintangan dan kesulitan yang muncul tapi disinilah di tuntut  sebuah komitmen diri akan tanggung jawab pribadi terhadap tugas dan panggilan membimbing dan mendukung perkembangan remaja dalam konteks pendidikan misi,namun Kak Dewi  menyerahkan semuanya dalam penyertaaan Tuhan yakin dengan niat dan harapan yang kuat untuk menjadi berkat bagi orang lain maka semua rencana kegiatan satu tahun akan di sertai.Dalam Program T-SOM ini bukan hanya peserta remaja yang belajar dan berposes  terlebih para pendamping banyak cerita  pengalaman luar biasa yang di dapat dalam setiap momen kegiatan yang di laksanakan selama satu Tahun mulai dari Surabaya Friendship,Muntilan Prayer,Makasar Action dan Mentawai Pilgrimage .

Dalam perjumpaan T-SOM yang pertama bertajuk  “Surabaya Friendship“, disinilah awal kita semua memulai perjalanan sebagai sahabat ,bertemu dengan teman teman dari berbagai keuskupan  dengan karakter masing -masing tentunya di awal terasa canggung  dan sedikit malu – malu namun berusaha menyesuiakan diri  dengan lingkungan baru. Di kegiatan “Surabaya Friendship kita menjalin relasi, komunikasi, dan persahabatan bukan hanya dengan pendamping tapi juga dengan peserta remaja, dan para Dirdios. intinya di “Surabaya Friendship Kak Dewi belajar bagaimana mencintai diri kita sebagai citra Allah sendiri yang sungguh amat baik dengan segala  kelemahan dan kelebihan diri pun demikian setiap orang di ciptakan dengan  ciri khas dan keunikan masing-masing dan bagaimana kita bisa menerimanya.setelah menjalin relasi dengan sahabat di pertemuan ke Dua  Muntilan Prayer kita di ajak untuk menjalin relasi dengan Tuhan kegiatan  isi dengan  retret selama tiga hari. Pada pertemuan ini kita  di ajak   untuk mengenal apa itu Kitab Suci, mendalami Kitab Suci, dan memahami arti penting Kitab Suci Bagi kehidupan kita?.dalam Misa pembukaan yang di pimpin langsung oleh  RD. M Nur Widipranoto selaku Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia  ada  4 Point penting yang beliau sampaikan,dan dari keempat poit tersebut ada satu yang menyentuh bagi saya yakni bersikap ramah menyambut Tuhan yang hadir, memohon Tuhan hadir seperti halnya sikap perwira dalam kisah Injil (sikap kerendahan hati)  ini berarti  bahwa  Mengabdi dan Melayani Tanpa Pamrih dimana pelayanan kepada sesama tanpa mengharapkan imbalan atau pujian,menyerahkan diri kepada Kehendak Tuhan dengan bersedia tunduk dan patuh kepada kehendak ilahi  ini tentunya membantuku berproses sebagai pendamping sekami maupun sebagai rekan kerja di sekolah, komunitas dan organisasi. Perubahan besar yang luar biasa Kak Dewi rasakan adalah bagaimana belajar mengakui keterbatasan diri dan menghargai kontribusi sekecil apapun dari orang lain, belajar mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan kepada orang lain  dengan mendengarkan tanpa menghakimi, dan berusaha memahami sudut pandang orang lain.setelah kegiatan Muntilan Prayer ini kak Dewi menjadi lebih intens untuk menjalin komunikasi dengan Tuhan, Setelah kegiatan T -SOM  Muntilan Prayer berakhir berlanjut dengan kegiatan  Jambore Nasional SEKAMI yang diadakan di Seminari Metroyudan, Magelang. Jambore  berlangsung dari tanggal 04 s.d 07 Juli dengan peserta kurang lebih 1000 orang dari 35 keuskupan, yang terdiri dari anak, remaja dan pendamping SEKAMi tidak bisa dipungkiri pungkiri menjadi peserta T-SOM  adalah Impian semua remaja dan pendamping,ketika hadir disana dengan menggunakan Atribut T-SOM tentunya membawa kesan dan kebangggan tersendiri namun kembali lagi disini kita belajar untuk menjadi pribadi yanng rendah hati dan tidak sombong.di perjalana TSOM 3 tentunya tidak semua rencana berjalan baik dan lancar  berjalan baik lancar seperti yang telah di rencanakan dalam perjalanan waktu Dirdios Keuskupan Palangka Raya Romo Shintus mengalami sakit dan tidak memungkinkan untuk berkativitas kami tentunya merasa sangat sedih akan hal ini dan mendoakan beliau lekas sembuh, disaat persiapan keberangkatan ke Makasar Action Kak Dewi kembali di hadapkan  kepada dua pilihan di satu sisi kak Dewi ingin mendampingi anak anak dalam kegiatan Makasar Action di satu sisi Kak Dewi mendapat panggilan untuk mengikuti  Program  Pendidikan Profesi Guru (PPG) ini tentunya sangat berpengarus kepada anak anak di karenakan Dirdios dan Pendamping tidak bisa berangkat namun sebagai pendamping saya berusaha menjelasakan  bahwa ketika kita bermisi akan ada banyak halangan dan rintangan di dalam perjalanan namun semangat tidak boleh pudar karena yakin tuhan beri kekuatan.Bersyukur saat itu keuskupan Palangka Raya menunjuk satu pendamping mengganti sementara.setelah Surabaya Frienship,Muntilan Prayer, dan Makasar Action Misi berlanjut ke tanah Misi kepulauan Mentawai kesukupan padang kegiatan bertajuk Mentawai Pilgrimage   di kegiatan keempat ini  tentunya sedikit berbeda dari kegiatan  sebelumnya yang karena pertemuan kali ini pelaksanaannya  justru pada saat Natal dimana biasanya keluarga berkumpul untuk merayakannya bersama sama namun   puji Tuhan keluarga tetap mendukung kak Dewi untuk berangkat .Saat  pesawat mendarat di Padang ada rasa haru yang teramat dalam yang Kak Dewi rasakan bahkan saat di mobil menuju ke paroki sempat meneteskan air mata. Bagiku semua proses pengolahan diri yang selama ini aku lewati  bukan sebuah kebetulan tapi sebuah   rancangan indah dari Tuhan.tiba di di paroki dan bertemu dengan peserta T-SOM bahagia luar biasa tentunya kedekatan yang tercipta sangat berbeda , karena satu sama lain sudah saling mengenal dan akrab seperti satu keluarga .Hari  ketiga di padang tepatnya tgl 23 Desember 2023  rasanya sudah tidak sabar untuk berlayar menuju ke Kepulauan mentawai dan live in disana dengan suasana dan keluarga baru seperti yang telah di gambarkan bahwa Stasi yang akan kami tempati sebagai tempat bermisi kurang lebih  30 Menit dari Pusat Paroki. Selesai rehat sejenak kami yang bermisi di stasi Rogdog melanjutkan perjalanan menuju stasi di antar naik mobil. ada kenangan lucu dalam perjalan bersama pak sopir karena setelah begitu jauh perjalanan tiba tiba pak sopir bertanya tempat kegiatannya di mana ? sontak saja kami semua kaget dan saling toleh karena semua yang ada dalam mobil adalah peserta yang bukan berasal dari padang atau dari stasi tersebut. Ternyata beliau juga tidak tau tempat persinggahan kami dan kami tertawa bersama merasa lucu ,mau menghubungu lewat Hp  tapi tidak ada jaringan semntara saat itu juga berada di posisi tidak berdekatan dengan rumah penduduk ini membuat sedikit panik rupanya tadi tapi untunglah  ada kakak yang mendatangi naik motor namanya kak Filipus katanya gerejanya sudah lewat akhirnya mobil  putar balik. Sesampinya disana kami sudah di tunggu  bahkan katanya sudah dari jam dua umat berkumpul tapi karena tidak kunjung datang akhirnya mereka pulang ke rumah ,tapi pengurus gereja bersama beberapa umat tetap menunggu dan sudah  sudah menyiapkan penyambutan. selesai  acara penyambutan kami di antar ke rumah tempat Live in masing -masing kebetulan tempat Kak Dewi adalah tempat Kak Tina yang juga seorang Pendamping BIR di dalam keluarga kak Tina ,Kak Dewi disambut dengan baik dan ramah ada banyak waktu untuk kami saling sharing berbagi cerita dan pengalaman baik dalam pendampingan sekami maupun dalam keluarga.selama live in di sana ibunda kak Tina sangat perhatian dan penuh kasih sayang  sudah menganggangapku seperti anak sendiri dan ini tentunya membawa haru di Saat Kak Dewi sendiri baru saja kehilangan ibunda tercinta.Ada satu kebiasaan dalam keluarga ini yaitu makan bersama Ayahanda kak Tina mengatakan bahwa mereka terbiasa makan bersama jadi tidak bisa kalau tidak makan bersama sama sempat satu kali karena kak Dewi masih kegiatan natal ceria di gereja mereka tetap menunggu kak Dewi untuk makan bersama begitu juga ketika kami peserta T SOM berkumpul bersama dan pulang malam mereka juga hampir menjemput kak Dewi bagi kak Dewi ini sebuah perhatian luar biasa, karena kebiasaan baik seperti ini sudah tidak ada lagi di keluarga kami dengan aktivitas dan kesibukan masing masing sudah tidak memungkinkan lagi untuk makan bersama di siang atau  malam hari demikian juga dengan rutinitas keseharian masing masing tidak akan mencari karena masih bisa komunikasi lewat HP ini tentunya sebuah perenungan bagi Kak Dewi  sebagai pendamping dan seorang ibu  bagaimana di tengah kesibukan sehari hari agar tetap menciptakan kebersamaan dan suasana hangat seperti yang sudah kak Dewi rasakan di tengah kak keluarga kak Tina.Bermisi di stasi Rogdog walaupun singkat tapi berkesan,banyak kegiatan yang kami laksanakan disana secara bersama mulai dari Misa malam natal dan hari Natal ,Natal ceria bersama sekami ,kunjungan orang sakit,rekreasi bersama dengan Sekami Stasi Rogdog dan kenangan indah lainnya yang tak akan terlupakan ,terima kasih untuk sebuah perjumpaan dengan Tuhan melewati saudara saudara yang ada di kepulauan mentawai.

Kak Dewi bersyukur sudah menyelesaikan  program T-SOM 3 walaupun penuh tantangan namun  mampu melewatinya. Pendampingan selama satu tahun   memberikan Kak Dewi  kekuatan dan pengalaman baru yang sangat berharga yang menjadi bekal   dalam pendampingan remaja  baik di paroki maupun stasi.  satu keyakinan bahwa hal utama yang  yang perlu Kak Dewi  lakukan adalah   menjadikan Tuhan sebagai pedoman langkah  hidup dalam menjalankan tugas dan karya pelayanan

Quote:

“Panggilan menjadi pendamping remaja adalah panggilan untuk menjadi teladan iman, membangun hubungan yang kokoh dengan Tuhan, dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda.”

Tinggalkan komentar