Margret Chatrine Wondiwoy
Peserta TSOM#3 – Keuskupan Jayapura
Halooo… teman-teman! Salam Misioner!
saya peserta T-SOM Angkatan ke-3.
T-SOM itu apasi? Nah T-SOM adalah Teens School Of Mission. Dalam bahasa Indonesia, ini berarti Sekolah Misi remaja. Tepat sekali, seperti namanya, program ini memang diperuntukkan bagi saya yang masih remaja dan punya komitmen untuk melatih kesediaan diutus oleh Tuhan Yesus.
Karya Kepausan Indonesia ingin agar komitmen misioner tersebut terus tumbuh dan berbuah. Dari sinilah, lalu muncul kesanggupan untuk menindaklunjuti pendampingan iman. Bentuknya, dengan penyelenggarakan Teens School of Mission (T-SOM) atau Sekolah Misi Remaja selama satu tahun. T-SOM ini memiliki visi agar kamu sebagai remaja Katolik itu memiliki kualitas iman yang mumpuni, secara apik, T-SOM merumuskan visinya demikian: “Remaja Katolik hidup dalam Kristus dengan gembira, cerdas, tangguh, dan misioner.
Disini saya akan menceritakan cerita saya selama 1 Tahun mengikuti T-SOM
Awalnya itu saya dipanggil dari kk pendamping saya untuk menawarkan mau mengikuti T-SOM atau tidak disitu saya mau menolak cuman ini adalah kesempatan emas kesempatan tidak datang dua kali, jadi saya pun mengikuti T-SOM.
Perjumpaan yang pertama ini kita diSurabaya Friendship bertemu teman-teman dan sahabat baru. Untuk menjalin komunikasi dan pertemanan kadang memang tidak mudah. Meski begitu, jangan takut untuk menjalin persahabatan. Hari pertama kita disurabaya itu kami belajar memahami apa itu T-SOM: Visi Misi dan tujuan diadakannya kegiatan T-SOM ini. Sebagai seorang kristiani yang siap diutus mewartakan sukacita Injil, kita dipanggil pertama-tama untuk mengenali diri kita sendiri. Setelah itu, kita akan saling berkenalan satu sama lain sebagai seorang sahabat. Tak kenal maka tak sayang, sudah kenal maka makin disayang. Kegiatan hari pertama akan ditutup dengan Refleksi dan doa malam sebagai wujud syukur kita atas pernyataan Tuhan.
Perjumpaan yang kedua ini di Muntilan Prayer dengan tema “Hatiku Berkobar-kobar Mendengarkan Sabda Tuhan” dimana kita lebih memahami arti penting dari Kitab Suci bagi kehidupan kita. Kitab Suci bukan hanya sebagai bahan bacaan di perayaan Ekaristi, tapi sekaligus dapat dijadikan buku doa dan renungan dan juga para remaja semakin mencintai Kitab Suci dan dapat menjadikannya sebagai bagian dari hidup mereka. Kitab Suci adalah dasar iman dan tumpuan hidup Gereja. Kitab Suci dapat dipergunakan secara pribadi, untuk dijadikan bahan doa, refleksi, mengembangkan diri, serta dapat dijadikan bahan sharing dan pewartaan.
Ada beberapa hal menarik yang secara jujur saya ini jarang membaca Kitab Suci karena lebih fokus pada gadget, tulisan pada Kitab Suci kecil-kecil dan sering kali saya tidak memahami isi Kitab Suci. Saya pun juga secara terus terang mengatakan bahwa ketika mendengar khotbah di Gereja panjang dan tidak saya pahami, akan merasa bosan.
Perjumpaan yang ketiga ini di “Makassar Action” di pertemuan kali ini kita diberikan kesempatan untuk bertemu banyak orang, para peserta T-SOM juga diajak melatih disiplin-disiplin diri untuk mengembangkan empati. Maka, di Makassar Action ini para remaja akan berjumpa dengan banyak orang. Dalam kegiatan live-in kali ini, para peserta T-SOM akan turun langsung berkegiatan dengan orang lain berbagai konteks lingkungan perkejaan berbeda. Saya pun dapat di Tokoh mama kue disitu kami pun bagi tugas, saya mendapatkan tugas untuk membuat minum dan menata kue dikotak saya pikir oh gini begini saja? Ternyata salah karna yg saya liat belum tentu bisa di saya, dari cara membuat minum untuk pelanggan itu susah bagi saya karna harus mencampur beberapa bahan’ untuk bagaimana minuman itu bisa enak terus saya pun berpikir lagi ternyata orang tua kita kerja untuk kita juga susah mereka mencari uang untuk kita membiayai kita tapi disitu saya pun tinggal minta’ uang saja, jadi begini kerja ada cape, lelah tapi bagaimana pun jg kita bermisi.
Perjumpaan kita yang keempat ini di “Mentawai Pilgrimage” disana Romo mengingatkan para remaja agar sabar selama bermisi, jika menjumpai hal-hal yang dirasakan sulit dan situasi yang tidak sesuai dengan harapan mereka dan juga Romo mengatakan bahwa perjalanan misi para remaja T-SoM ini adalah perziarahan iman di pulau Mentawai. Untuk itu para remaja diminta untuk menyiapkan diri dan hati untuk berjalan bersama Tuhan mengemban misi mereka membantu pelayanan pastoral perayaan Natal di stasi-stasi terpencil.
Natal kali ini beda dimana kita kalau Natal itu bersama keluarga, teman-teman serta sahabat kita tapi ditahun 2023 ini kita Natal bersama keluarga di mentawai pertama kali saya Natal dengan keluarga diluar walaupun ada rasa rindu sama keluarga dengan teman-teman disisi lain jg saya pun kalau Natal lebih jalan dengan teman-teman dan merindukan natal bersama keluarga di Jayapura. Saya pun merasa kalau ini bukan lah bermisi tapi healing dimana kita meninggalkan zona nyaman dan fokus dengan dunia yg sebenarnya.
TERIMAKASIH