Alvin Mozart Sitompul
Peserta TSOM#3 – Keuskupan Agung Medan
Awal Mula Saya Bermisi
Pertama kali saya mendengar kata T-SOM adalah dari orang tua saya. T-SOM itu masih asing bagi saya, karena saat pertemuan di keuskupan saya dan orang tua saya tidak ikut pertemuan. Dari awal bukan saya yang diutus dari keuskupan agung Medan, melainkan teman saya yang bernama Philip. Setelah mendengarkan paparan kegiatan T-SOM, orang tuanya langsung mengundurkan diri. Saya pun tidak bernah berpikir akan menjadi anggota T_SOM. Lalu saya dihunjuk untuk menggatikannya. Pertama-pertama saya tidak mau ikut kegiatan T-SOM ini karena saat itu pikiran saya hanya ingin main di rumah dan tidak mau pergi jauh. Namun, karena orang tua saya mengatakan bahwa saya akan pergi berkeliling kota naik pesawat dan naik kapal, bertemu dengan kawan-kawan dari berbagai provinsi, dan kamu akan mendapat banyak pengalaman, maka saya mau ikut kegiatan T-SOM ini. Itulah awal mengapa saya bisa ikut kegiatan T-SOM ini. Jujur saya merasa senang karena bisa pergi ke luar kota dengan pesawat. Saya belum pernah naik pesawat. Hari keberangkatan pertama ke Surabaya semakin dekat saya pun merasa gelisah, takut, dan cemas karena inilah pertama kalinya saya berpisah jauh dengan keluarga saya. Sempat muncul dalam pikiran untuk tidak ikut dalam kegiatan T-SOM. Lalu orang tua saya memberi pejelasan tentang kegiatan dan selalu mendukung saya untuk mengikuti kegiatan T-SOM ini. Bertkat dukungan dari orang tua saya, maka saya pun memutuskan untuk berangkat mengikuti kegiatan T-SOM, walau harus jauh dari keluarga.
Jadwal pertemuan pertama T-SOM III pun dilaksanakan di Surabaya dengan judul “Surabaya Friendship”. Di sini untuk pertama kalinya semua peserta T-SOM angkatan III bertemu. Kami berkenalan dan mulai saling mengenal satu dengan yang lain. Di Surabaya Friendship ini kami dibagi menjadi masing-masing kelompok agar kami semakin mengenal dengan yang lainnya. Di Surabaya Friendship ini juga, kami diberikan tugas untuk bekerja sama menyelesaikan suatu permainan yang terdiri dari beberapa macam permainan. Kami harus menyelesaikan puzzle, berjalan di atas bambu untuk menyebrangi kolam, dan banyak hal lain lagi yang sangat seru kami lakukan bersama. Di Surabaya Friendship ini kami harus saling bekerjasama dan saling menolong untuk mencapai suatu tujuan, kami juga merasakan susah dan senang bersama-sama. Selama di Surabaya Friendship ini, saya semakin merasa berani dan tidak takut lagi dengan hal-hal yang membuat saya takut. Disaat kami ingin berpisah, kami merasa sedih karena akan berpisah dengan teman-teman yang lainnya. Namun, kami tahu kami akan dipertemukan lagi di pertemuan selanjutnya.
Kemudian, kami bertemu kembali di pertemuan T-SOM Nasional III yang kedua yang berjudul “Muntilan Prayer”. Di sini kami semua pergi ke museum misi untuk melihat para misionaris yang sangat berjasa. Karena perjuangan mereka, didirikanlah sekolah misi dengan nama seorang misioner itu “Van Lith”. Kami juga di sini belajar untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, belajar TAT dan belajar kitab suci. Selama di sana, kami tinggal dalam keheningan agar meresapi apa yang telah kami dapat. Dan saya mulai mengerti saat kita bermisi, kita harus berani meninggalkan apa yang berharga bagi kita dan juga harus rela berkorban demi misi yang kita tujukan. Saya takjub dengan mereka yang berani mengambil risiko yang besar. Karena melihat semangat juang yang dimiliki para misionaris itu, saya memutuskan untuk setia mengikuti kegiatan T-SOM ini sampai selesai.
Setelah pertemuan Nasional III kedua, berlanjut ke pertemuan T-SOM Nasional III ketiga dengan judul “Makassar Action”. Di sini kami belajar ASG (Ajaran Sosial Gereja) dan kami mendapatkan tugas live in bersama kelompok yang sudah ditentukan. Tentunya, semua kelompok tempatnya berbeda-beda, ada yang di tempat makan, restoran, toko kue, pabrik dll. Kebetulan kelompok saya bertugas tugas live in di pabrik udang yang bernama PT. Wahyu Pradana Bina Mulia dan rupanya kami mendapat tugas untuk melipat inner, padahal awalnya saya mengira akan bekerja di dalam pabriknya, tetapi karena pakaiannya belum siap, kami jadi mendapatkan tugas untuk melipat inner. Pada awal ketika karyawan disana mencontohkan cara melipat inner tersebut, saya menganggap mudah tetapi. Tetapi, ini berbanding balik dengan kata mudah. Saat melipat inner, saya merasa sangatlah susah karena belum terbiasa dengan pekerjaan ini. Namun, setelah beberapa saat kemudian pekerjaan ini menjadi lebih gampang dari sebelumnya. Kami harus bisa melipat 2.000 inner untuk menyelesaikan tugas kami. Pekerjaan ini tentunya membuat saya lelah, karena harus terus-menerus duduk dan melipat inner tersebut, tetapi kami juga diberi asupan makanan sehingga saya dapat bekerja dengan semangat lagi. Dari rasa lelah saya tadi, saya pun langsung bilang kepada diri saya sendiri “Ternyata ,inilah yang dinamakan kerja.” sungguh lelah yang dirasakan oleh orang-orang yang sudah bekerja selama ini. Saya juga membayangkan bagaimana selama ini orang tua saya yang sudah susah payah bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya. Dari kegiatan live in saya selama di “Makasar Action” ini, saya selalu berusaha untuk meringankan pekerjaan orang tua saya dan menghargai semua usaha dan kerja keras yang telah dilakukan oleh Orang Tua saya.
Setelah pertemuan T-SOM Nasional III ketiga, akan dilanjutkan kembali ke pertemuan keempat. Tepatnya pada bulan Desember di Pulau Mentawai, dengan judul “Mentawai Pilgrimate”. Ini merupakan pertemuan terakhir T-SOM dan saya cukup sedih saat mengetahui ini pertemuan terakhir, tetapi di sini, saya mulai mengerti bagaimana misi sesungguhnya. Pertama-tama saya seperti biasa saja saat tahu akan bermisi ke pulau Mentawai, tetapi saya senang bisa pergi ke pulau yang banyak dikagumi oleh banyak orang. Saya juga tentunya sangat senang bisa bertemu dengan teman-teman saya lagi. Namun, ketika kami akan berpisah karena harus pergi ke stasi yang sudah di tentukan, kami merasa sedih karena harus berpisah lagi walaupun tidak terlalu lama. Kelompok saya pergi ke stasi dengan menaiki boat kecil. Saat berada di boat kecil itu kami diterjag ombak sehingga kami jadi basah kuyup. Walau pakaian kami basah kuyup, kami sangat senang. Ini merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan. Sekita rasa senang saya mulai hilang karena kami sudah tiba di pulau yang kami tuju. Itu artinya kami aka berpencar/ berpisah dengan teman-teman dengan jarak yang cukup jauh. Akhirnyasaya pun tiba di rumah keluarga tempat saya live in. Saat memasuki rumah, saya merasa tegang karena ini pertama kalinya masuk ke keluarga yang belum kenal sama sekali. Namun saya tetap mencoba untuk menjalaninya demi misi. Puji Tuhan setelah 1-2 hari saya mulai terbiasa tinggal di pulau ini, karena keluarga yang mengasuh saya juga sangat ramahdan baik. Di pulau ini juga kami bermisi di gereja untuk mengadakan acara natal gembira bersama BIR dan BIA. Saya merasa senang karena bisa membantu mereka. Namun tidak banyak yang bisa kami perbuat karena keterbatasan waktu. Tidak terasa sudah beberapa hari saya di pulau ini. Saat saya sudah mulai nyaman di pulau ini, saya harus berpisah dengan mereka karena waktu live in kami sudah berakhir. Kami harus berpamitan kepada penduduk di pulau ini. Ketika akan berpamitan saya merasa sedih karena harus berpisah lagi dengan orang-orang baik seperti mereka. Rasa sedih bercampur senang karenaakan bertemu kembali dengan teman-teman T-SOM angkatan III. Itulah pengalaman yang saya rasakan selama di Mentawai Pilgrimate.
Demikian rangkaian kegiatan T-SOM saya selama ini, dan saya menyadari bahwa bermisi itu sangat menyenangkan dan saya ingin lebih aktif lagi di gereja saya, sehingga saya memutuskan untuk mulai menjadi misdinar di gereja, membantu pekerjaan rumah dan orang tua saya serta yang lainnya. Saya juga kemudian berpikir, bahwa bermisi bukan hanya untuk sekedar berjalan-jalan keluar kota, tetapi bermisi itu ketika saya menyadari bagaimana kita melaksanakan misi yang telah Tuhan berikan. Tuhan telah mengutus saya untuk menjadi misionaris, dan demikianlah saya akan menjadi misionaris yang siap diutus oleh-Nya.
Mulai dari sekarang, saya adalah seorang Misionaris cilik dan saya akan berjanji akan selalu siap kemanapun saya akan diutus bermisi.
Quotes
“Be your self, everyone else is alredy taken” by Oscar Wilde