Refleksi

ZADQUEL DEO JATI NUGROHO

Peserta TSOM#3 – Keuskupan Agung Semarang

Di sini saya akan menceritakan beberapa pengalaman saya yang menarik selama berproses 1 tahun mengikuti kegiatan T SOM angkatan 3.

Pertemuan yang pertama di selenggarakan di Keuskupan Surabaya tepatnya di Wisma Aloyisius di Mojokerto dengan tema SURABAYA FREINDSHIP. Di pertemuan ini hal yang menarik bagi saya adalah dapat bertemu dengan teman-teman dari berbagai keuskupan di Indonesia. Sebetulnya saya masih canggung dan masih malu dengan teman teman. Namun ada Daniel yang mau mengajak saya untuk berkenalan dan secara kebetulan kami satu kelompok. Kami di bagi menjadi kelompok karena akan ada kegiatan outbond di luar wisma. Saya berkelompok dengan Oka dari keuskupan Sintang,Cici dari keuskupan agung Makassar, dan Daniel dari keuskupan Palangkaraya. Di kelompok itu kami di beri tugas untuk menyelesaikan pos-pos yang ada di lokasi outbond. Namun kami hanya dapat menyelesaikan 9 pos dari 12 pos yang ada. Dan pahitnya saya mendapat hadiah untuk memakan bawang putih mentah-mentah Hahaha itu pun menjadi salah satu pengalaman yang menarik di pertemuan Nasional pertama ini. Dan pada hari terakhir sekaligus kepulangan ke Keuskupan masing-masing.Kami dari Keuskupan Agung Semarang malah mampir ke taman Safari itu juga pengalaman yang berkesan karena memang saya sudah lama ingin ke taman Safari namun tidak punya mobil dan Tuhan memberi keinginan itu untuk saya.

Pertemuan yang kedua di selenggarakan di Muntilan dengan tema MUNTILAN PRAYER. Di pertemuan ini saya di ajarkan untuk lebih dekat dengan Yesus dengan membaca Kitab Suci menggunakan beberapa metode yang di ajarkan oleh Romo Yos. Di pertemuan ini pun saya bisa lebih mempelajari misi yang sebenarnya dan saya dapat mempelajari lebih dalam misi di tanah jawa. Kami semua di ajak ke museum misi untuk mengetahui lebih dalam misi yang ada di tanah jawa dengan banyak peninggalannya. Buah buah misi yang dilakukan Romo Van Lith yaitu adanya baptisan pertama yang ada di goa maria Sendang sono dengan ratusan orang yang percaya dengan Tuhan Yesus. Dan sesudah saya dapat mempelajari misi yang ada di tanah jawa ini saya lebih semangat untuk mengikuti T SOM. Karena bagi saya pribadi yang bisa menyemangati saya dan yang bisa menjadi pedoman saya untuk bermisi adalah Romo Van Lith. Dan pengalam menarik selanjutnya saya dapat sahabat baru yaitu ANDREAS SAKKE dari Keuskupan Agung Makassar. Saya baru kali ini mendapat teman yang bisa memahami saya dan bisa lebih menghargai saya. Hingga beberapa pertemuan terakhir jika kami makan dan sedang berdua sering kali di datangi oleh para dirdios hehehe mungkin para Dirdios takut jika kami kesepian.

Pertemuan yang ketiga di selenggarakan di keuskupan Agung Makassar dengan tema MAKASSAR ACTION. Di pertemuan ini saya memiliki beberapa pengalaman yang menarik. Yang pertama saya sangat senang bisa merasakan naik pesawat untuk pertama kalinya. Di makassar action ini pun saya merasa di ajarkan bagaimana cara menghargai orang tua yang mencari nasfkah. Karena di makassar action ini pun saya sendiri juga merasakan bagaimana rasanya mencari nafkah dengan bekerja. Saya kebagian jatah belajar bekerja di warung makan DIONZA. Hari selanjutnya saya memiliki pengalaman yang juga tak kalah menarik. Yaitu saya dan peserta T SOM yang lain di ajak ke Pantai Losari sekaligus misa penutup dengan Bapa Uskup Jhon Li Kuada. Dan pada hari yang terakhir saya dan teman teman keuskupan Agung Semarang di ajak ke pulau samalona dan saya merasakan bagaimana snorkeling dan menaiki banana boat.

Pertemuan yang ke empat sekaligus pertemuan yang terakhir di selenggarakan di keuskupan Padang tepatnya Di kepulauan Mentawai dengan tema MENTAWAI PILGRIMAGE. Di mentawai ini yang saya rasa menjadi pengalaman yang sangat dan paling menarik dari pertemuan yang lain. Karena di MENTAWAI PILGRIMAGE ini saya tidak natalan bersama dengan keluarga namun natalan bersama orang orang mentawi di stasi ROGDOG. Sebetulnya saya juga kangen dengan keluarga saya yang ada di Jogja namun rsa kangen itu hilang karena keluarga sauya di tempat saya menginap sangat ramah dan sangat memperhatikan saya. Perbedaan natalan di paroki saya dan di Stasi ROGDOG adalah saya sangat doi uji dengan bahasa daerah di mentawai saat di gunakan di dalam perayaan ekaristi. Yang biasanya dengan bahasa jawa tapi di sini belajqr dengan bahasa mentawai. Dan saya merasakan sukacita saat saya dan teman teman dapat mengumpulkan saya dengan anak anak di stasi ROGDOG untuk merayakan natal bersama dengan acara Natal Ceria dengan menggunakan beberapa permainan dan games. Dan banyak sekali tantangan bermisi di kepulauan mentawai ini, sebaagai contoh bahasa yang tidak di mengerti, akses internet yang terbatas termasuk listrik yang juga terbatas. Saya juga mendapat pengalaman memancing di laut di pulau masilok dan mendapatkan hasil ikan kakap merah. Saya memancing bersama Romo Wondo,kak ge,kak Joya, mas Ben dan kru yang lainnya . saya pun lalu merenung dan berfikir pertemuan T-SOM yang ke empat ini kalau saya sambungkan seperti misi yang di jalani Romo Van Lith beliau bermisi di tanah jawa dan belajar bahasa jawa serta mempelajari budaya jawa. Romo Van Lith melepas kenyamanannya di belanda dan pergi ke jawa untuk bermisi di tanah jawa. Tidak jauh beda dengan remaja remaja T SOM yang berani keluar dari keuskupan masing masing dan melepas segala kenyamanan itu dengan berbagai rintangan yang kami semua lalui.

QUOTES:
URIP IKU URUP
[ jadilah manusia pembawa terang di sekitarmu]

Tinggalkan komentar