Refleksi

Skolastika Areta Valda Tranquilina

Peserta T-SOM#3 – Keuskupan Agung Semarang

T-SOM Memberikan Warna dalam Hidupku

Perkenalkan nama saya Skolastika Areta Valda Tranquilina dan sering dipanggil Areta, saya masih berusia 12 tahun dan sekarang duduk di kelas 1 SMP. Saya berasal dari Keuskupan Agung Semarang dan tinggal di Magelang. Saya mengikuti kegiatan T-SOM saat masih kelas 6 SD, awalnya saya belum mengetahui kegiatan T-SOM ini apa. Maka pada pertemuan pertama saya dengan peserta, pendamping dijelaskan oleh Dirdios di Museum Misi Muntilan. Dipertemuan pertama itu kami saling memperkenalkan diri, mulai dari nama, paroki, tempat tinggal, dan disertakan umurnya. Setelah berkenalan, Dirdios kami Romo Yuyun mulai membicarakan maksud dan tujuan kegiatan T-SOM ini. Awalnya saya masih ragu, takut, dan bimbang untuk mengikuti T-SOM karena saya orang yang pemalu dan sulit bergaul, namun saya tetap berusaha agar tetap mengikuti T-SOM dengan yakin dan semangat.

Dalam agenda T-SOM selama 1 tahun itu dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu:

1. Pertemuan rutin setiap bulan tingkat keuskupan

Dalam pertemuan ini kami diadakan setiap 1 bulan sekali dan tempat bergantian. Banyak hal yang aku dapatkan di pertemuan ini, kami diajarkan dan dijelaskan tentang ajaran sosial gereja, kitab suci, hidup menggereja, doa-doa, dan refleksi, dan semua materi itu belum pernah saya dapatkan sehingga dengan adanya pertemuan rutin ini saya diajarkan banyak hal oleh Romo, Diakon, Frater, dan pendamping.

2. Kedua pertemuan nasional

Selain pertemuan ditingkat keuskupan, kegiatan T-SOM juga diadakan tingkat nasional dan pesertanya dari beberapa utusan Keuskupan se Indonesia. Pertemuan ditingkat nasional ini diadakan 5 kali dalam 1 tahun dan tempatnya bergantian, yang pertama kali di Surabaya, kedua di Muntilan, ketiga di Mertoyudan, keempat Makassar, dan yang terakhir di Padang. Pada kesempatan ini saya akan sharing pengalaman saya disetiap pertemuan nasional.

a. Pertemuan T-SOM Surabaya

Dengan tema Surabaya Friendship, pertemuan nasional pertama dilaksanakan di rumah retreat Resi Aloysii. Dipertemuan petama itu kami berkumpul bersama dengan teman-teman dari berbagai keuskupan di Indonesia untuk saling berkenalan. Setelah berkenalan itu kami beristirahat di kamar-kamar yang sudah disiapkan. Kegiatan esok nya setelah ibadat pagi kami bermain main (outbound) bersama teman sekelompok yang sudah dibagikan.

Games nya ada banyak yaitu spider web, be the light, balance life, hole in one, ladang ranjau, this is me, waterbender & sandbender, human chain, pick the bowl, nama Yesus, i’m samson, what a day, what a letter, say a little prayer, worry box, pay it forward, true or false, season of gifting, dan game penutup. Dari pertemuan ini saya mendapat banyak pengalaman dan pengetahuan, di Surabaya Friendship ini kita diajak untuk mengenal dan menilai diri kita sendiri, kita juga diajak untuk selalu belajar lewat kegiatan dan pengalaman.

b. Pertemuan T-SOM Muntilan

Pertemuan T-SOM Nasional kedua ini dilaksanakan di Muntilan pada tanggal 1-3 Juli 2023, dengan tema “Muntilan Prayer”. Kami diajarkan tentang berdoa dengan suasana hening dan khusyuk dan tentang pentingnya kitab suci dalam hidup kita untuk menjadi pedoman hidup. Pada tanggal 1 Juli 2023 adalah hari pertama saya bertemu lagi dengan teman-teman peserta T-SOM se Indonesia. Hari itu kami banyak melakukan kegiatan bersama, seperti perayaan ekaristi, perkenalan, diberi penjelasan alur T-SOM, animasi dari teman-teman yang menyenangkan. Materi yang diberikan hari itu sangat membantu saya mengenal alkitab dimana dijeaskan mengapa kitab suci penting dalam hidup kita, karena juga memang saya sebelumnya belum paham betul secara mendalam tentang kitab suci. Jadi dari itu saya merasa bahwa kitab suci memang sangat penting di kehidupan kita, saya sadar kitab suci itu selain bisa jadi buku doa, bisa jadi pedoman hidup serta bisa menjadi tahu banyak hal. Di hari kedua kami banyak kegiatan dan materi tentang kitab suci juga yang bertemakan penggunaan kitab suci dalam hidup kita. Pada materi ini kita diajarkan banyak hal tentang gunanya kitab suci yaitu antara lain untuk memberikan dukungan dan kekuatan bagi hidup menggereja, kitab suci juga merupakan suatu peneguhan iman bagi kita semua.

Kemudian pada hari ketiga kami semua pergi ke M3 (Museum Misi Muntilan), disana kami ditampilkan video mengenai Romo Van Lith yang mana ia pergi ke Pulau Jawa untuk menjalankan misi. Setelah itu kami ke lantai atas museum yang ada banyak barang-barang peninggalan Romo yang sudah meninggal, juga sejarah-sejarah Museum Misi Muntilan.

Setelah selesai di museum kami melanjutkan perjalanan ke Boro dan Sendangsono. Di Boro kami mengunjungi makam Romo Prennthaler, kami melakukan beberapa kegiatan disana. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju Sendangsono, disana juga kami melakukan banyak kegiatan. Setelah selesai kami kembali lagi ke Susteran OSF untuk beristirahat menyiapkan untuk kegiatan Jambore Nasional.

c. Jambore Nasional (Jamnas)

Tanggal 4 setelah kegiatan T-SOM di Muntilan kami semua pergi bersama ke Seminari Mertoyudan untuk kegiatan Jambore Nasional atau Jamnas sampai tanggal 7 Juli 2023. Oh ya sebelum kegiatan Jamnas, diadakan kegiatan Pra-Jamnas selama 5 kali pertemuan ditingkat keuskupan dan kevikepan.

Kegiatan Jamnas pada hari pertama diawali dengan registrasi dan ibadat malam bersama di Gor Laudato kemudian istirahat. Kamar yang saya tempati ini ruangannya sangat besar dan banyak peserta serta pendamping dari berbagai keuskupan. Acara di kegiatan Jamnas ini banyak sekali dan sangat menyenangkan, seperti misa bersama, animasi, edukasi, bertukar cinderamata, bermain bersama, kunjungan misi, doa 1000 lilin nusantara, wawan hati, dan pertunjukan gerak lagu dari setiap daerah. Pada hari kedua ini kami diberi edukasi tentang Aku Bangga menjadi Anak Katolik. Penjelasan materi ini sangat penting bagiku untuk selalu bangga dan bersyukur menjadi anak Katolik. Kemudian edukasi kedua tentang Panggilan Gereja Misi, menjelaskan tentang kita harus bermisi dimanapun dan yang paling utama adalah di lingkungan Gereja. Aktif dalam misdinar, PIA, PIR, dan kegiatan lain dalam gereja sudah termasuk bermisi, terlebih bagi saya yang aktif dalam kegiatan PIA/PIR dan misdinar. Setelah diberi edukasi-edukasi tersebut saat waktu istirahat saya bermain bersama dengan teman sekelompok saya juga bisa saling mengenal satu sama lain. Pada sore hingga malam hari kita diberi edukasi ketiga tentang Anak Misioner: Bersahabat,Terlibat, dan Menjadi Berkat. Disitu dijelaskan bahwa kita sebagai remaja misioner harus mau bersahabat dengan siapapun mau itu seiman atau tidak, dan terlibat dalam segala perutusan atau kegiatan, serta menjadi berkat kebaikan dan kedamaian dimanapun kita berada. Setelah itu kita makan malam dan menonton pentas seni dari berbagai seluruh keuskupan di Indonesia yang sangat keren dan seru sekali, ada pertunjukan drama, tarian daerah, lagu, dan banyak lagi. Sayangnya pada hari kedua ini sampai hari keempat saya sedang sakit demam, namun saya tetap mengikuti kegiatan Jamnas dengan dibantu oleh teman saya yang bisa saya panggil abang yang selalu menemani, menghibur, menjaga, dan merawat saya selama Jamnas berlangsung. Tetapi selain abang, teman-teman dan kakak Angelus di bawil saya juga selalu membantu saya jika saya sedang kesusahan.

Esok harinya setelah misa pagi dan sarapan kami bawil 10 dan beberapa bawil pergi kunjungan misi di Vihara tempat ibadah orang beragama Buddha. Disana kami banyak sekali dijelaskan tentang agamanya, kegiatannya apa saja, ibadahnya bagaimana, dan banyak lagi, kami juga makan snack bersama di Vihara itu dan setelah selesai makan, setiap bawil di tempat itu memberikan cinderamata dan foto bersama dengan biksu yang memandu kami. Setelahnya kita kembali lagi ke Seminari untuk makan siang lagi dan refleksi/istirahat.

Kemudian kami semua berkumpul di GOR untuk sharing refleksi melalui video pendek yang sudah diedit dan siap untuk ditayangkan. Selesai sharing refleksi itu kami doa 1000 lilin misi nusantara dari lapangan volly jalan sampai ke dalam GOR nya, dan setelah selesai kami tidur malam. Pada hari keempat dan juga hari terakhir Jamnas, kami diberi edukasi tentang Diutus Menjadi Berkat. Setelah edukasi itu kami semua bersama-sama membersihkan seminari dan menata kamar-kamar agar rapi juga bersih. Dan penutupan Jamnas ini ditutup dengan misa penutup Jamnas dan tetesan air mata perpisahan, sedih rasanya akhirnya berpisah yang padahal baru beberapa hari bertemu dan dekat dengan teman-teman dari berbagai keuskupan di Indonesia. Saya juga sedih karena setelahnya tidak berkumpul lagi seperti di Jamnas. Setelah bersedih-sedih dan misa akhirnya kita berpisah dan kembali ke tempat asal kami.

d. Pertemuan T-SOM Makassar

Pada pertemuan T-SOM keempat diadakan di Makassar dengan tema “Makassar Action” pada tanggal 28 September sampai 1 Oktober 2023. Pada hari pertama setelah misa pembukaan kita mulai sesi 1 tentang ASG (ajaran sosial gereja) sebagai pembekalan kita untuk kegiatan live in. Esok harinya di tempat live in saya di PT. Berjaya Makmur ternyata kami disuruh untuk bersih-bersih tempatnya. Saya dan teman saya berbagi tugas, ada yang menyapu, mengepel, dan mengelap barang-barang disana. Kemudian kami kembali di lokasi pertemuan untuk istirahat dan melanjutkan editing video untuk ditampilkan. Ternyata saat kembali hp saya yang digunakan untuk dokumentasi kegiatan live in dan editing rusak dan tidak bisa menyala, dan waktu untuk editing butuh waktu yang lama. Setelah beberapa menit hp nya bisa nyala dengan kondisi baterai hampir habis, saat ingin saya cas sore itu mati listrik dan akhirnya hp saya mati lagi. Setelah beberapa menit, listrik menyala dan saya gunakan untuk cas hp dan lanjut editing meskipun kegiatan sharing mau dimulai. Dengan kondisi baterai yang hampir habis dan hp yang masih error saya paksakan untuk lanjut editing karena video sudah harus cepat dikirim. Saat malam hari niat saya akan melanjutkan untuk mengedit setelah hp saya cas, namun ternyata hp saya error lagi dan tidak bisa menyala. Hingga keesokan harinya hp saya masih tidak bisa menyala dan pada akhirnya saya memberitahu ke pendamping kelompok saya dan katanya mau bagaimanapun secepatnya video harus cepat selesai dan cepat dikirim. Saya bingung dan panik karena tidak ada yang bisa menolong dan juga dengan perasaan kesal karena hanya saya yang disuruh selesaikan sendiri, saya otak-atik sendiri dan masih belum bisa menyala. Namun, Puji Tuhan beberapa menit kemudian hp saya bisa menyala dan dengan tergesa-gesa saya lanjutkan lagi editingnya dan penambahan audio, akhirnya video sudah selesai dan sudah dikirim meskipun agak terlambat, dan kegiatan sharing nya berjalan dengar lancar. Setelah sharing kami pergi outing ke 3 tempat di Kota Makassar yaitu di Benteng Sombaopu, Benteng Roterdam, dan Anjungan Pantai Losari.

Kemudian kita pergi menuju aula Keuskupan Agung Makassar untuk misa bersama Bapak Uskup KAMS dan berbagai kegiatan di aula dan kembali lagi ke wisma untuk packing dan istirahat. Hari keempat kami berpisah dan kembali ke tempat asal kami. Namun sebelum pulang saya, Jojo, Deo, Romo Yuyun, dan Kak Yolen pergi jalan-jalan ke Pulau Samalona untuk bermain bersama dan setelah dari Pulau Samalona kita pergi membeli oleh-oleh dan kembali ke wisma untuk persiapan flight pulang.

e. Pertemuan T-SOM Padang

Pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhir T-SOM angkatan 3 tahun ini, yang diadakan di Padang-Mentawai, dengan tema “Mentawai Pilgrimage” dari tanggal 21-29 Desember 2023. Pada tanggal 21 tiba di Padang kami diantar ke Villa Lubuk Minturun untuk registrasi dan menginap selama 1 hari. Selama di Villa kami diberitahu tentang Kepulauan Mentawai dan penjelasan tentang tempat di beberapa stasi. Selain itu juga diberi penjelasan tujuan dan maksud tujuan kita live in di Mentawai, yaitu untuk merayakan natal bersama umat dibeberapa stasi di Pulau Mentawai. Tanggal 22 Desember 2023 kita menginap di Wisma Keuskupan Padang dan pada tanggal 23 nya kita berangkat dari wisma ke pelabuhan untuk pergi ke Mentawai dengan menaiki kapal selama kurang lebih 5 jam, tim saya turun di Sikabaluan dan singgah di Paroki Saibi. Dari Sikabaluan kita naik boot ke Saibi, sebelum sampai di Saibi kita istirahat sebentar untuk makan siang di pulau kemudian lanjut lagi menuju Paroki Saibi. Saat sampai di Paroki, kita berganti baju atau mandi karena baju sebelumnya sudah basah sebab air laut nya sedang tinggi, dari paroki kita lanjut lagi ke stasi Sirisurak dan tinggal disana selama 3 hari.

Saat sampai kita disambut dengan baik sama umat-umat disana yang ramah-ramah bahkan tas kita yang berat dan banyak dibawakan sama remaja disana. Kemudian kita saling memperkenalkan diri dan pembagian tempat tinggal, saya tinggal di salah satu rumah milik orang tua dari Kak Lani. Saya diantar oleh bapak dari Kak Lani menaiki motor menuju rumah yang ternyata rumah yang paling jauh se-tim T-SOM. Saat sampai di rumah saya diberi teh manis dan beberapa makanan ringan sambil berbincang-bincang dengan keluarga, dalam satu rumah itu ada banyak anggota keluarga, ada bapak, mama, Kak Lani(1), abang(2), abang Yogi(3), tante, dan adek Dini(anak dari tante). Disitu saya memperkenalkan diri dan sedikit berbincang-bincang sebelum akhirnya pergi ke Gereja untuk misa minggu advent IV bersama umat-umat di Sirisura’ yang dipimpin oleh Romo Cleo tim T-SOM. Setelah misa kami diajak untuk memperkenalkan diri dan menentukan tugas misa, karena ternyata kegiatan live in ini tim T-SOM juga diminta untuk ikut bertugas saat misa. Saya dan Osqar dari K.A Palembang mendapat tugas tari persembahan dengan 2 remaja dari Sirisura’ yaitu Kak Lani dan Kurniawan.

Jadi pada malam itu kami berlatih bersama gerakan tarinya, kami berlatih selama 3 kali dan dilanjut lagi 3 kali juga. Kemudian kita kembali ke rumah masing-masing dan tidur, sebelum tidur saya di rumah makan malam bersama keluarga dan untuk pertama kali saya memakan ulat sagu, rasanya enak tetapi saya memang tidak menyukainya, akhirnya saya tetap makan beberapa ulat sagu karena saya tidak enak dengan tuan rumah yang sudah menyiapkan makanan banyak untuk saya, setelah makan saat saya ingin membantu mencuci piring ternyata kata mama piring itu dicuci saat pagi hari karena pagi hari itu disana tidak makan makanan berat dan akhinya saya pergi tidur bersama dengan Kak Lani. Keesokan harinya setelah membantu mama mencuci piring dan selesai sarapan saya diantar oleh Kak Lani ke rumah yang ditempati oleh Kak Wayan untuk bersiap-siap mengenakan pakaian adat Mentawai untuk tari persembahan saat misa natal nanti.

Singkat nya setelah misa kami tim T-SOM mengadakan Natal Ceria bersama BIA dan BIR di Sirisura’, kegiatannya itu ada doa bersama, bermain bersama, menari dan bernyanyi, dan kita juga memberikan bingkisan untuk BIA dan BIR. Setelah acara Natal Ceria kita makan bersama di rumah yang di tempati oleh Kak Hedva dan Kak Diansa, kata Kak Lani biasanya memang setelah acara perayaan seperti natal, paskah, atau perayaan lain mereka pergi makan bersama di rumah-rumah tetangga. Setelah itu sekitar jam 1 siang tim T-SOM pergi mengunjungi 3 rumah warga untuk mendoakan karena sedang sakit. Setelah itu kita kembali ke rumah masing-masing dan saya diajak Kak Lani ke rumah salah satu warga untuk latihan nari yang akan ditampilkan saat acara Malam Gembira, saya beberapa kali ikutan menari karena diajakin ikutan dan gerekannya itu asik sekali, setelah beberapa menit saya dan Kak Lani kembali ke rumah untuk mandi/ganti baju untuk pergi menuju gereja melanjutkan kegiatan Malam Gembira. Pada malam itu sangat menyenangkan karena banyak tampilan-tampilan gerakan, drama, nyanyian, dan banyak lagi dari anak-anak sampai bapak ibu di Sirisura’. Ternyata jika disana kegiatan seperti itu untuk merayakan natal dan tahun baru dari malam sekitar jam 8 sampai jam 6 pagi kurang lebih. Sangat meriah disana dengan banyak anak-anak, remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu yang ikut meramaikan acara malam natal dan tahun baru. Saat jam sudah pukul 01 saya dan tim T-SOM pulang duluan karena sudah mengantuk dan capek, akhirnya saya numpang tidur di rumah yang di tempati oleh Kak Wayan karena orang di rumah yang saya tempati masih berada di gereja sampai pagi. Dan setelahnya kami berkumpul di rumah yang ditempati Kak Hedva dan Kak Diansa untuk pergi jalan-jalan ke ladang yang ada di kampung sebelah. Saat sampai untuk pertama kali saya mencoba tebu yang ternyata rasanya seperti teh manis. Kami mengobrol bersama disana sambil menunggu Kak Roli dan Kak Lani mengambil buah di ladang. Setelah itu kita kembali ke rumah untuk mengambil barang bawaan untuk persiapan pergi ke Siberut, dengan rasa sedih kami bersalaman dengan umat disana terlebih sama keluarga yang telah menyiapkan tempat untuk saya tempati selama 3 hari itu.

Perjalanan kita dari Sirisura’ ke Paroki Saibi lalu ke paroki di Siberut berkumpul lagi dengan semua peserta T-SOM.

Yang paling berkesan bagi saya saat di Siberut adalah saat kita semua pergi ke Pulau Masilok dan bermain-main disana. Disana juga saya mendapat teman baru bernama Kacik yang berasal dari Taileleu dan di Pulau Masilok untuk menemani dan yang membantu pulang pergi dari Siberut ke P. Masilok. Tanggal 28 itu kita kembali ke Padang dari Siberut dengan naik kapal, tanggal 29 kita sudah berpisah dan mungkin tidak berkumpul lagi seperti diacara T-SOM. Selama di Mentawai ini saya sedikit kurang beruntung karena di hari pertama di Mentawai hp saya rusak dan error lagi selama 6 hari dan bisa digunakan saat sudah di Padang.

Di Mentawai saya mendapat banyak pelajaran, diantaranya saya dilatih kemandirian karena jauh dari orangtua dan harus bisa melakukan apa-apa sendiri tidak bergantung pada orang lain, bersyukur atas segala rezeki dan rahmat Tuhan yang selalu menyertai saya, dan menghargai segala perbedaan dan tidak membanding-bandingkan satu dengan yang lain.

Demikianlah pengalaman singkat saya mengikuti T-SOM angkatan 3 yang dilaksanakan selama 1 tahun.

“Sebelum segala sesuatu itu dicoba janganlah berpikir yang negatif tetapi jalanilah dengan mengikuti proses serta keyakinan yang teguh”

“Engkau hadir memberikan warna, warna yang selalu menghias dan mengukir diriku, terimakasih atas warnamu yang selalu menghiasi hidupku semoga kita dipertemukan kembali untuk menghiasi warna-warni kehidupan”

Tinggalkan komentar