Refleksi

Jocelyn Nada Pramono

Salam Misioner

Mungkin anak-anak T-som 3 atau anak-anak Jamnas atau anak sekami mungkin tidak asing dengan judul ini, ya ini adalah salah satu judul lagu salam Missioner dari Keuskupan Bandung. Saat pertama kali saya dipilih menjadi T-som 3 jujur saya agak bingung karena memang saya tidak mengerti apa kegiatan T-som 3 ini apa, tetapi setelah pertemuan di Museum Misi Muntilan yang saya di pertemukan dengan teman-teman saya yang juga yang akan mewakili KAS, jujur saya saat di jelaskan oleh Dirdios kami yang bernama Fransiskus Yunarvian Dwi Putranto masih tidak terlalu paham dengan acara T-som 3 ini. Saat pertemuan kami di Surabaya yang berjudul Surabaya Friendship ini saya belom mengenal siapa-siapa tetapi saat saya mengeluarkan keberanian saya untuk berkenalan dengan teman sekamar saya yaitu Stephani Hanna Nazaretha Harahap nama panggilan dia adalah Phani dia dari Keuskupan Agung Medan dan satu lagi bernama Anna Maria Febryningsy Moda koten dari Keuskupan Jayapura mereka adalah teman pertamaku pada T-som 3 dan satu kamar. Keesokan harinya saya menambah teman lagi yaitu Margret Caterine Wondiwoy dipanggil Eta dari Keuskupan Jayapura, Anastasia Nadine Prisicilla dipanggil Nadine dari Keuskupan Agung Medan, Christin Aurelia Kasih Marpaung dipanggil Aurel dari Keuskupan Tanjung Selor. Dihari berikutnya aku berkumpul dengan kelompokku yaa, kelompokku sedikit kocak tetapi paling asikk tapi kita juga kadang kerja kelompoknya kurang apalagi disitu ada Raya sama Andre kocakk banget deh pokoknya. Malemnya sebenernya kami ada api unggun tapi karena hujan deras di Surabaya kita tidak jadi api unggun tapi kita tampil apa yang kita lakuin tadi pagi yaitu outbond, banyak pelajaran yang aku dapet dari outbond itu salah satunya kerjasama saat kita mencari post dimana post itu ada dibukit yang sangat licin dan sedikit berbahaya disitu ada pelajaran bahwa harus banyak berkerjasama, berkorban satu sama lain, dan menolong satu sama lain. Lalu kami berpisah untuk beberapa bulan sekitar 6 bulan. Juli kami bertemu kembali pada judul Muntilan Prayer jujur saya tidak terlalu kenal dengan teman-teman tetapi setelah hari berikutnya aku mulai hapal dengan nama-nama teman dan mulai akrab dengan teman-teman lainnya trus interaksinya juga mulai bagus banget dan kami satu sama lain masih sedikit canggung. Lalu kami pergi ke Museum Misi untuk melihat-lihat isi museum misi, lalu kami melanjutkan perjalanan ke gua Maria Sendangsono disana kami makan siang lalu kami membuat refleksi setengah hari. Pada hari berikutnya setelah kami makan pagi kami berangkat ke Seminari Mertoyudan untuk melanjutkan Jamnas Sekami. Disana saya mendapat banyak sekali teman dari berbagai pulau. Saya sangat senang berada di bawil saya yaitu bawil 24 Veronika. Setelah saya menjalankan 4 hari berada di Seminari Mertoyudan saya merasakan bahwa memang kita perlu belajar bagaimana cara kita berbagi, berkerjasama, dan tidak membeda-bedakan. Kadang saya merasa jengkel dengan diri saya mengapa saya harus akhrab dengan semua pada hari terakhir atau 1 hari sebelum kami semua berpisah, ya itu semua akhibat ketinggian ego diri saya mengapa saya tidak akhrab dengan yang lain dari pertaman kali kami bertemu mengapa kita harus dekat saat kita akan berpisah. Saya belajar dari kesalahan saya ini lalu kami saling menukar no kontak kami, mulai membuat grup bawil, mulai berkomunikasi lewat whatsapp walau kadang tidak ada kabar atau kadang grup itu sepi.

Lanjut T-som pada pertemuan ke 4 ini kami di pertemukan kembali di Makasar Action ya disini kami memulai kembali dan saya belajar dari kesalahan saya pada saat Jamnas Sekami saya mulai berkenalan satu dengan yang lain. Dihari pertama kami memulai pertemuan seperti biasa misa pembukaan terlebih dahulu lalu dilanjut dengan makan malam setelah itu kami animasi atau ice breaking lalu kami doa malam dilanjut refleksi dikamar masing-masing. Nah disini nih paling berkesan buat saya dihari kedua ini kami live in ditempat masing-masing kalau dikelompokku, kami live in di tempat obat, yak boleh dibilang semacam pabrik obat yang mengantar obat ke apotek-apotek. Disitu saya membantu karyawan untuk mendata obat-obat yang ada disana, teman-teman membantu membereskan dan mengemas obat-obat yang akan dikirim ke apotek. Walau kelompok kami cewek semua tapi kami tangguh-tangguh loh!!! Jujur saja bos kami sungguh baik mengajak kami makan siang diluar lalu mengajak kami keliling sebentar, mengenalkan kami seperti apa sih kota Makasar? Nah disitu kami di jelasin panjang lebar sama bos kita kayak disini loh pantai Losari seneng deh kalo sama bos kita satu ini rendah hati, tidak sombong, dan baik banget. Trus dihari ketiganya kami diajak jalan-jalan atau disebut juga outing. Kita ke tiga tempat yaitu Benteng Sombaopu, Benteng Roterdam, dan Pantai Losari. Sore harinya kami misa bersama bapak uskup untuk misa penutupan. Keesokan harinya kami sayonara atau ya kami berpisah lagi. Lalu 2 bulan lagi kami akan bertemu.

Kami berangkat dari jogja tanggal 21 Desember 2023 kami transit di Jakarta dan kami sampai di Padang sore hari yaa ini pertemuan ke 4 atau pertemuan terakhir disini kami menyebrang untuk ke Mentawai tanggal 23. Saya ditempatkan diparoki Siberut tetapi sebelum ke Siberut kami menurunkan teman kami yang diparoki Shaibi. Lalu kami pergi melanjutkan perjalanan ke Siberut. Sesampainya di paroki kami disambut dengan ceria lalu kami diberi snack, setelah memakan snack kami melanjutkan perjalanan ke stasi Tiop kami satu boot dengan stasi Toloulaggo setelah kami diturunkan di stasi kami, kami disambu dengan meriah sekali kami sangat senang disambut oleh mereka. Dihari pertama kami melakukan kegiatan disana lalu kami melakukan gladi atau semacam pembagian sesuatu untuk malam natal. Ya suasana disana sungguh meriah sekali, dihari kedua kami pagi-pagi melakukan kegiatan sekolah minggu lalu dilanjut misa. Sorenya kami ada gladi untuk malam natal. Pada saat malam natal kami semua tertidur sungguh itu kejadian paling lucu anak-anak sudah tidur lelap semuanya. Ya dihari ketiga kita merayakan natal untuk saya natal kali ini cukup beda dari biasanya. Kita memulai misa, setelah misa natal kami mengadakan natal ceria ternyata sebelum natal ceria ada kejutan berupa kedatangannya RD.Markus Nur Widipranoto yaitu Romo Nurwidi dari BN-KKI & RP. Alfons Widhiwiryawan yaitu Romo Alfons dari keuskupan Padang. Kedatangan mereka membuat anak-anak di stasi Tiop senang. Ya saya belajar dari natal ceria ini mereka bahagia dengan cara sederhana dan tidak membuat orang lain susah. Dengan senyuman anak-anak stasi Tiop dan warga lain yang menyambut dengan ramah dan tidak pernah mereka sinis kepada kami. Saya banyak belajar dimana tempat saya tinggal, dikeluarga sementara saya tinggal itu. Saya memiliki satu pengalaman luar biasa. Dihari terakhirku distasi Tiop, pagi hari saya bangun lebih awal. Yang bangun terlebih dahulu adalah ibu saya di Tiop dan saya. Saya menyerahkan cindera mata ke ibu saya, saya menahan air mata saya dimana selama 4 hari itu mereka telah merawatku dengan baik apalagi mereka memberikanku makanan tidak sembarang makanan. Setelah aku memberikan cindera mata itu saya diajak untuk ke rumah nenek atau mamah dari ibu, ternyata saat aku datang mereka sangat-sangat menghargaiku dengan baik dan saat kami hendak pulang kembali ke rumah saat saya pamit mari-mari mereka berkata “monggo-monggo” menurut saya mereka bisa menghormatiku dengan baik dan mereka mengerti bahwa aku adalah orang Jawa. Mereka amat sangat menghormatiku tanpa memandang apapun. Saat aku hendak berkumpul digereja untuk berpamitan, aku memeluk ibuku lalu saat aku melangkahkan kaki keluar rumah aku meneteskan air mata. Ya bagaimanapun itu bukan ibukandungku tetapi menurutku mereka sudah saya anggap seperti keluargaku sendiri. Mereka semua yang ada distasi Tiop sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Saat kami berpamitan di gereja saya menangis sebanyak-banyaknya. Lalu saya diboot saat perjalanan ke paroki, saya menangis dan memikirkan kapan saya bisa bertemu dengan mereka lagi? Tapi ya itu pasti hal yang tidak mudah dan belom tentu terjadi saya menangis tak berhenti sampai-sampai turun boot sampai di paroki pun saya masih menangis karna memang tidak semudah itu. Setelah kami sampai di paroki kami menurunkan barang-barang lalu kami berkemas-kemas untuk kegiatan sore hari yaitu mengucapkan janji T-som, setelah kami mengucapkan janji T-som kami dipanggil satu-persatu sesuai nama panjang kami dan kami diberikan sertifikat kelulusan T-som dan diberikan alkitab yang modern yang bernama identity:identified. Disitu saya belum merasakan kesedihan sama sekali tetapi setelah melihat video kumpulan distasi kami aku meneteskan air mata aku sangat merindukan stasi Tiop ingin rasanya kembali lagi tetapi waktu berkata lain. Setelah menyetel video kami perkeuskupan menampilkan sebuah lagu ataupun tarian dari daerah masing-masing, kalau K.A.S sih nampilinnya “yo prokonco dolanan eng jobo” yapp kas jawa kann! Keesokan paginya kami berangkat ke dermaga jam 10.00 dan pemberangkatan jam 10.40 yaa disitu saya menginjak batu sampai luka. Saya menangis tetapi bukan karna sakitnya karna saya harus meninggalkan Siberut dan stasi-stasi lainnya tetapi kaki saya masih nyeri sedikit hehe. Sesampainya di Padang aku pun digendong kembali oleh Romo Yuyun soalnya kalo aku jalan dah pincang plus ga bisa jalan. Aku disitu menangis karna kesakitan. Begitu barang-barang siap kamipun langsung keluar untuk pergi ke mobil. Sesampainya kami di paroki aku langsung di cek oleh dokter Alfon setelah dicek ternyata tidak terlalu parah tetapi bengkak saja sayapun harus minum obat dari dokter. Malam harinya kami perpisahan dan para pendamping mengucapkan kata terimakasi, jujur saya ingin menangis tapi air mata saya tidak keluar. Keesokan harinya kami berpisah satu-persatu. Kami satu pesawat dengan Keuskupan Jayapura dan Keuskupan Amboina kami satu pesawat sampai Jakarta setelah itu kami berpisah. Saya menangis di pesawat. Jujur saja saya menyesal mengapa tidak menangis pada saat masih ada teman-teman. Ternyata setelah itu kami pun sampai di Jogja, kamipun kembali ke rumah masing-masing.

Dari perjalanan T-som selama 1 tahun ini saya belajar dari sebuah ayat bacaan “ Jadilah padaku seturut kehendakMu”. Saya belajar untuk dibentuk menjadi pribadi yang tidak seperti saya biasanya. Saya belajar menerima teman apa adanya, berani, saling membantu, rendah hati, percaya diri, toleransi, percaya dengan orang lain, belajar menyesuaikan diri di mana kita ditempatkan, saling menghargai, saling peduli, dan masih banyak pelajaran dan pengalaman berharga yang saya dapatkan.

Sekian refleksi saya pada satu tahun saya mengikuti T-som
(Teen School Of Mision)
TRIMAKASI, Tuhan Yesus memberkati

Tinggalkan komentar