Refleksi

Mathilda Indah Maryati

Pendamping TSOM #3 – Keuskupan Surabaya

Hidupku; Misi-Mu Tuhan

Mengikuti kegiatan TSOM merupakan pengalaman yang luar biasa dan saya sangat bersyukur sebagai keluarga TSOM. Melalui proses persiapan hingga pelaksanaan yang dimulai dari Surabaya Friendship hingga Makassar Action, banyak Pelajaran dan pengalaman dalam dinamika yang dilalui. Setiap Perjumpaan memiliki makna dan arti yang sangat dalam bagi saya. Sebagai seorang pendamping TSOM, dalam perjalanannya, setiap hal memiliki tantangan yang harus saya lalui dengan kekuatan Roh Kudus.

Semua proses kegiatan TSOM yang dilalui sangat berkesan. Mulai dari membangun persahabatan sebagai seorang Misionaris yang dilaksanakan di Surabaya Friendship. Dilanjutkan di Muntilan Prayer dengan belajar memahami tentang sumber Iman yaitu Kitab Suci, yang bukan hanya buku biasa tetapi harus dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, di Makassar Action, diajarkan untuk bergerak keluar dalam misi menghadirkan Kasih Tuhan dalam melalui tempat Live In serta mengajarkan saya untuk bisa lihat lebih dalam Prinsip-prinsip ASG dengan memperhatikan, komunikasi yang baik, dan mewujudkan cinta dalam tindakan sebagai perpanjangan tangan Kasih Tuhan terhadap sesama.

Ada 3 hal pembelajaran yang saya peroleh yaitu: Pertama adalah Sukacita. Setiap proses yang dilalui mengajarkan saya untuk sukacita pada setiap proses TSOM dan bahkan setelah kegiatan. Sukacita menerima tugas panggilan sebagai seorang Misionaris dalam perutusan yang dimulai dari Paroki karena sudah memiliki bekal atau ilmu yang diperoleh dalam kegiatan TSOM. Sukacita dalam pewartaan

Kedua adalah tentang Kepekaan. Kegiatan TSOM ini saya belajar tentang kepekaan untuk menjaga anak-anak. Tidak hanya untuk anak remaja yang satu Keuskupan, namun dari Keuskupan yang lain juga yang menjadi satu kelompok dengan saya. Kepekaan ini sangat penting untuk anak remaja karena tidak semua anak dengan mudah bisa berbicara tentang kebutuhannya jadi sebagai pendamping harus sigap dan peka pada kebutuhan anak. Harus aktif untuk selalu bertanya tentang kondisi anak yang didampingi. Selain itu, jika ada sesuatu yang segera dibutuhkan oleh anak, maka harus cepat direspon. Hal ini sangat penting sebagai seorang pendamping. Makassar Action mengajarkan untuk peka terhadap situasi sosial dilingkungan sekitar serta bagaimana tindakan yang harus dilakukan agar berdampak baik untuk sesama.

Ketiga adalah Harapan. Seorang misionaris harus selalu berpengharapan. Apapun tantangan dan kesulitan yang dihadapi selama proses TSOM, harapan itu selalu ada dengan kekuatan Tuhan dan tuntunan Roh Kudus. Harapan akan begitu besar kasih Tuhan dalam membimbing setiap tugas pelayanan yang saya lakukan mulai dari TSOM hingga setelah kegiatan, terus ada agar semakin bertumbuh dan berbuah sebagai seorang pendamping.

Dari semua pembelajaran yang saya peroleh dari kegiatan TSOM, menjadikan saya semakin bangga menjadi orang Katolik. Sebagai seorang pendamping, menyadarkan saya bahwa apa yang sudah saya lalui adalah Panggilan dan Karya Tuhan dalam hidup saya. Saya hanya sebagai sarana untuk menyalurkan Kasih Tuhan melalui tenaga dan dedikasi yang bisa saya lakukan sebaik mungkin dalam kegiatan TSOM ini. Bukan hanya pada saat kegiatan TSOM saja, melainkan setelah kegiatan tersebut, harus tetap berbuah dalam pelayanan saya di Paroki atau ditempat kerja saya. Serta selalu siap sedia untuk menjalankan segala tugas perutusan untuk Kemuliaan nama Tuhan. Walaupun saya menyadari masih banyak kekurangan, namun kasih Tuhan pasti memampuhkan saya untuk menjalani misi Tuhan.

Terima kasih Tuhan Yesus, atas kesempatan yang telah Engkau berikan. Kasih Mu yang begitu besar dalam hidupku, menjadikanku semakin berarti dan bermakna untuk pelayanan. Inilah diriku yang kupersembahkan dalam setiap tugas pelayanan yang bisa aku lakukan.

Quotes:
Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; Jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk 1: 38)

Tinggalkan komentar