Refleksi

Yohanes Paulus Dewa Made Mazmur Nusantara Raya

Peserta TSOM#3 – Keuskupan Surabaya

Refleksi Satu Tahun TSOM

Ya, tahun 2023 telah berlalu beberapa hari yang lalu. Tahun 2023 ku ini, diwarnai dengan beberapa pengalaman yang sangat menarik, yang menempaku menjadi anak yang kayak gini sekarang. Pengalaman terbaikku salah satunya adalah TSOM. Dari TSOM ini keseluruhan, aku belajar buaaaanyaaaaakkk buanget. Aku bersyukur banget, karena dikasih kesempatan yang sangat berharga ini. TSOM ini membawa perubahan besar untukku dalam kehidupanku ini. Pertemuan pertama di Surabaya, itu menurutku menjadi pertemuan paling vital untukku di TSOM ini. Di pertemuan pertama ini, aku kenalan sama teman-teman dari Keuskupan-keuskupan lain. Kenapa menurutku paling vital? Yaaaa, karena dengan kenalan sama teman-teman ini, aku bisa “survive” di TSOM ini, yang sangat membutuhkan interaksi dengan teman-teman lain. Dari sini, hal pertama yang kupelajari adalah aku mensyukuri atas perbedaan yang ada di Indonesia ini. Di TSOM ini, bisa dibilang bahwa kita merupakan Indonesia mini. Dari Sumatera sampai Papua itu ada semua. Dan teman-teman berangkat dari latar adat dan budaya yang beda sama aku kan. Kalau aku sendiri, jujur sueneng banget, karena bisa mengenal budaya-budaya dari tempat lain di Indonesia ini. Menanggapi hal ini, aku bersyukur banget, karena bisa belajar cara menghargai budaya melalui TSOM ini. Waktu itu, ndak butuh waktu lama untuk kita bisa kenal semua. Tapi, aku bersyukur juga karena ternyata anak-anaknya ramah-ramah semua. Jadi, kita itu ndak canggung buat kenalan satu sama lain. Terus dari PerNas 1 itu, aku udah mulai deket sama teman-teman lain, khususnya sama temen-temen cowok. Kita namain diri kita sendiri, yaitu “Boys TSOM”. Kalo Romo-romo bilang, kita ini kayak Boyband Korea. Aku nggak tau kenapa dibilang gitu ya, sama-sama ganteng paling, tapi ndak bisa nyanyi. Ngelawak bisanya. Nah, itu dari PerNas 1. Terus ke PerNas 2, nah disini aku mulai belajar makna dan arti dari Doa. Kalo dulu, aku ngganggap bahwa Doa itu Cuma formalitas. Disini, aku belajar kalau kita itu hidup, memang bener-bener butuh Doa. Dan Doa itu merupakan kebutuhan primer spiritual kita. Apalagi, kalau aku mau jadi Romo, itu harus banget Doa, dan butuh banget untuk Doa. Di PerNas 2, ini kan ngambil tempat di Muntilan gais. Nah, untuk kita orang Katolik di Indonesia, khususnya Jawa, itu Muntilan kan adalah jalan utama kita untuk menerima Sabda Bahagia Allah, melalui perantaraan Romo Van Lith. Orang tua ku sudah pesen sama aku sebelum berangkat, untuk Doa. Karena, Muntilan itu tempat sakral, bukan tempat sembarangan. Disana, kita diajak ke MMM, yaitu Museum Misi Muntilan. Disana, kita menyaksikan perjalanan Romo Van Lith dalam menyebarkan Iman Katolik ke orang-orang Jawa. Lah, dari situ aku mikir to. Kenapa ya, dari sekian banyak pulau di Indonesia, sekian ribu orang, kenapa kok aku gitu lho yang jadi Katolik salah satunya? Aku bersyukur banget dari situ, bahwa aku menjadi salah satu yang dipilih Tuhan untuk menjadi Katolik. Itu, di PerNas 2. Nah, terus pindahlah ke PerNas 3. PerNas 3 ini ngambil tempat di Makassar. Nah, tema utamanya di PerNas 3 ini adalah “Makassar Action”. Di PerNas 3 ini, kita diajarkan untuk bisa merasakan, apa yang dirasakan saudara-saudara kita diluar sana, yang bekerja di pekerjaan yang lebih kearah fisik. Kebetulan, aku dapet di pabrik Kasur. Aku disitu menikmati betul kerja disana, dan aku jadi tahu kalau ternyata Kasur itu buatnya kayak gitu. Dan yang aku syukuri adalah, aku dapet kesempatan untuk bisa merasakan hal tersebut. Ternyata, manusia itu semua nggak kayak kita. Ada yang harus bekerja keras untuk bisa menghidupi keluarganya. Nah, kita sebagai orang yang sudah berkecukupan, harus bersyukur dan nggak boleh ngeluh terus. Tapi, di PerNas 3 ini, aku kek kurang menikmati prosesnya. Nggak tau kenapa ya. Waktu berangkat, itu aku kena jet lag keknya. Landingnya ga mulus. Tapi Puji Tuhan-nya kita masih bisa landing dengan selamat. Tapi ya aku bersyukur sih, bisa sampai ke titik itu, yang ternyata titik terakhirku ketemu sama temen-temen semua. Karena, Keuskupan Surabaya, memutuskan untuk tidak memberangkatkan kontingennya ke PerNas 4, karena alasan kondisi. Ya, aku sebenarnya nggak papa sih nggak berangkat. Tapi aku kasian sama temen-temenku se-Keuskupan yang berharap banget pen berangkat. Tapi ya mungkin jalannya memang harus gitu. Aku bersyukur sih, karena bisa merasakan hal ini. Semua pengalamanku di TSOM ini, bukan karena aku. Tapi, karena Rahmat Tuhan yang mengijinkannya. Intinya teman-teman, kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah kita lalui selama hidup kita ini, suka maupun duka.

Quotes:
“Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!” (Yunus 2:9)

Tinggalkan komentar