Refleksi

Paulina Retno Handayani

Pendamping T-SoM#3 – KEUSKUPAN PADANG

T-SOM Angkatan 3 yang Tak Terlupakan

Surabaya Friendship : Cinta Pada Pandangan Pertama

Terbang ke Surabaya dengan pengetahuan tentang T-SoM yang benar-benar nol, sungguh membuat hati tidak tenang selama perjalanan. Berbekal sedikit pelatihan fisik dan pengetahuan dasar tentang P3K di alam karena akan outbond ke tengah hutan, dengan perasaan campur aduk memaksa kaki untuk berjalan perlahan memasuki lingkungan Grya Resi Aloysii. Namun, demi melihat senyuman ramah dari Kak Ratna (yang awalnya saya sangka ibu-ibu dari team panitia acara) dan sambutan hangat dari para pendamping dan adik2 T-SoM yang sudah duluan sampai di sana, seketika perasaan campur aduk tadi lenyap dan berubah menjadi sebuah kekaguman yang luar biasa, dimana yang sebelumnya tidak pernah berjumpa dan betul-betul tidak saling kenal. Tetapi pada perjumpaan pertama ini sungguh seperti bertemu dengan teman yang sudah saling kenal dan akrab. Saling berjabat tangan sambil memperkenalkan nama dan daerah asal masing-masing. Untuk seorang yang semi introvert seperti saya, kejadian seperti itu adalah hal yang sangat luar biasa. Di saat itu juga saya bertekad untuk belajar seperti mereka, menjadi orang yang mudah bergaul dan berkenalan dengan siapa saja dan berani memulai percakapan terlebih dahulu.

Pembelajaran membuka diri dimulai dengan bertanya-tanya kepada adik-adik T-SoM yang saya temui saat di meja makan, tentang apa saja proses yang mereka lalui hingga bisa mengikuti T-SoM Nasional ini. Begitupun dengan kakak-kakak pendamping saat berada di kamar, langsung mencari informasi-informasi tentang pengalaman mereka selama menjadi pendamping T- SoM. Hal yang cukup melegakan hati adalah ternyata tidak saya saja yang ‘buta’ akan T-SoM saat itu, dan dengan kesungguhan hati berniat belajar dan mengembangkan diri demi membawa adik-adik T- SoM yang saya dampingi setahun kedepan untuk menjadi seorang remaja misionaris sejati. Semua berjalan baik selama berada di Surabaya, berproses bersama adik-adik T-SoM dan Kakak-kakak pendampingnya terutama dengan Kak Novie dari KA. Makassar, Kak Siska dari KA. Palembang, Kak Mathilda dari K. Surabaya dan Kak Yolen dari KA. Semarang. Perjumpaan selama 3 hari itu betul-betul membuat hati ini jatuh cinta pada T-SoM, membara untuk berkomitmen melanjutkan pendampingan dan tidak sabar untuk bertemu di pertemuan nasional yang kedua.

Muntilan Prayer: Penyertaan Allah yang Luar Biasa, belajar tidak akan pernah berakhir.

Tiba saatnya untuk Pertemuan Nasional ke dua di Muntilan, kembali berangkat dengan hati yang galau dan pikiran yang cukup kacau, karena kami berangkat dengan tidak didampingi oleh romo dirdios Keuskupan Padang, karena beliau sedang bertugas ke lain benua. Kegalauan karena keraguan apakah saya mampu mendampingi, membawa anak-anak ke tempat yang cukup asing bagi kami semua selama 10 hari, karena pertemuan kali ini dilanjutkan dengan Jamnas Sekami. Berbagai pertanyaan muncul di benak saya seperti bagaimana perjalanan kami nanti, dimana nanti kami akan istirahat dan makan, apakah nanti akan cukup makanan bagi mereka dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain. Namun semua saya bawa dalam doa dan permohonan kepada Allah Bapa untuk selalu menyertai dan melindungi kami semua. Beruntung ada Kak Rio yang selalu bisa menguatkan hati selama pertemuan ini, juga bersama kakak-kakak pendamping lainnya seperti Kak Dewi dari Palangkaraya, Kak Nicken dari Pangkal Pinang, Kak Kenny dari Manado, Kak Dita dari Sintang.

Terus terang, pertemuan T-SoM Nasional kedua ini terasa begitu singkat walaupun acaranya cukup padat namun betul-betul dapat membuat hati dan diri ini terasa semakin dekat dan semakin mengenal apa itu Katolik, apa itu Alkitab dan apa itu misi. Dengan bercermin pada sejarah pengembangan agama Katolik di tanah jawa, peran serta Katolik dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, membuat saya mengerti apa arti dari 100% Katolik 100% Indonesia. Pembelajaran tentang pendalaman kitab suci selama di Rumah Retret pun membawa saya mendaftarkan diri untuk mengikuti kursus kitab suci di paroki sepulang dari Muntilan. Pernas kedua pun berakhir dengan baik tanpa kurang satu apapun, percaya akan penyertaan Tuhan selalu dan belajar tidak akan pernah berakhir…

Makassar Action: Praktek Kerja Lapangan yang Berkesan

Terbang lagi ke arah timur Indonesia dengan jadwal penerbangan yang luar biasa bagi saya. Bersyukur sekali telah diikutsertakan dalam pendampingan T-SoM Nasional karena mengalami hal tersebut. Saya merefleksikan perjalanan saya adalah seperti perjalanan seorang misionaris yang pergi ke tempat yang jauh untuk melaksanakan misinya, walaupun berat dan lelah tetapi harus dijalani. Beraksi di Makassar bersama adik-adik T-SoM yang luar biasa sungguh sangat menyenangkan. Berbagai kejutan yang saya alami mulai dari pertemuan nasional pertama masih saya rasakan di pertemuan ketiga ini. Walaupun hanya mendampingi mereka dalam beraksi di dunia kerja, dunia yang akan mereka hadapi di masa depan mereka, tetapi membuat saya juga merasa ikut berkembang. Bagaimana membuat mereka memahami masalah-masalah sosial yang ada di lingkungan mereka khususnya lingkungan gereja dan lingkungan masyarakat disekitar mereka yang selama ini pasti tidak pernah mereka pedulikan karena merasa itu bukan urusan mereka. Bagaimana membuat mereka menyadari bahwa di dalam lingkungan terdekat mereka pun masalah sosial itu ada. Dan yang pasti membuat mereka tahu bagaimana mengatasi atau menjalani masalah-masalah sosial tersebut. Hal-hal ini yang membuat saya cukup berpikir keras. Semoga dengan pendampingan saya selama Makassar Action tersebut sedikit banyak bermanfaat bagi adik-adik T-SoM. Mereka betul-betul anak-anak yang hebat, memiliki kreativitas, semangat dan komitmen yang luar biasa. Puji Tuhan, saya berkesempatan bertemu dan beraksi bersama mereka. Betul-betul menginspirasi, membuat saya lebih memahami cara-cara pendampingan anak-anak remaja tidak hanya di T-SoM tetapi juga anak-anak di keuskupan saya sendiri. Semoga melalui pendampingan ini, bisa menumbuhkan panggilan-panggilan baru.

Mentawai Pilgrimage, Akhir yang Menjadi Awal

Pertemuan Nasional terakhir, dilaksanakan di Keuskupan Padang khususnya di Kepulauan Mentawai. Sudah dijadwalkan sejak awal program, tetapi ada semacam kegalauan di sepanjang tahun apakah bisa dilakukan di sana mengingat perjalanan laut dan darat yang tidak mudah dan di waktu penghujung tahun yang biasanya selalu basah, belum lagi kondisi lingkungan yang agak terbatas segala fasilitasnya. Resiko yang cukup besar. Apakah semua akan berjalan lancar, apakah anak-anak dan pendamping tetap komitmen untuk menjalani pertemuan nasional ini? Semua terjawab dengan kehadiran hampir semua peserta T-SoM Nasional angkatan 3.

Wajah-wajah gembira dan semangat walaupun masih nampak sedikit ketakutan tapi penasaran akan Mentawai. Di balik itu semua ada sebuah komitmen yang besar yang mereka pegang teguh dari awal mengikuti program T-SoM ini hingga akhir, tidak peduli seberapa besar tantangan dan halangan yang harus mereka hadapi. Komitmen yang semoga bertumbuh dan berakar di dalam diri masing-masing sehingga bisa menciptakan seorang misionaris sejati.

Sangat disayangkan dan terasa sangat menyedihkan bagi saya karena saya tidak bisa ikut berproses bersama T-SoM Nasional di Mentawai ini, karena pekerjaan yang tidak bisa saya tinggalkan. Hanya berusaha semampu yang terbaik yang bisa saya lakukan membantu panitia dan kakak-kakak pendamping T-SoM dalam mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Terharu melihat semangat dan totalitas teman-teman panitia dan kakak-kakak pendamping T-SoM dalam upaya menyukseskan pertemuan ini, ditambah sedikit rasa iri karena tidak bisa terlibat penuh dan hanya menjadi pendengar atau penonton, saat mereka menceritakan pengalaman-pengalaman hebat yang mereka alami selama di Mentawai. Namun semua perasaan pribadi ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan suksesnya pertemuan nasional keempat ini yang terlaksana tanpa kendala yang berarti. Anak-anak hebat ini telah merasakan pengalaman bermisi yang tidak akan mereka lupakan seumur hidup mereka. Pengalaman dalam pertemuan terakhir yang akan membawa mereka mengawali langkah mereka besok menjadi seorang misioner di tempat mereka masing-masing. Semoga menjadi misionaris yang sejati. Amin.

“Bapa yang maha kuasa dan kekal, tidak putus-putusnya rasa syukur dan terima kasih ini aku haturkan ke hadiratMu karena Engkau telah memberikan kesempatan yang luar biasa ini kepadaku. Bertemu dengan teman-teman dan anak-anak yang luar biasa, berproses dan berkembang bersama dalam upaya mewartakan cinta kasihMu di dunia. Berkatilah mereka semua yang telah mempersiapkan kegiatan T-SoM ini ya Bapa, khususnya Romo Dirnas, Para (Romo) Dirdios, para staf BN KKI yang telah bekerja keras untuk membentuk kami menjadi pendamping dan anak-anak T-SoM yang siap menjadi pewartaMu yang sejati. Semoga kami bisa memenuhi harapan mereka, menjadi seorang misioner yang siap diutus. Bunda Maria Pelindung Misi, doakan dan sertailah kami selalu selama kami berziarah dan bermisi di dunia ini. Amin.”

“Perlulah untuk mengatasi kelangkaan para misionaris. Banyak bagian kebun anggur Tuhan kekurangan pekerja-pekerja.”

Tinggalkan komentar