Luna Gregoria Theresa Tupang
Peserta T-SoM#3 – Keuskupan Manado
“Kebahagiaan Dalam Ketakutan”
Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai jenis atau tipe yang berbeda-beda, sala h satunya adalah manusia yang lebih bebas menceritakan segala sesuatu dan mengekspresikan dirinya lewat tulisan. Maka, izinkan aku untuk menceritakan segala pengalaman suka maupun duka selama mengikuti kegiatan tsom ini. Dan apasi yang mau Tuhan sampaikan lewat pengalaman yang berharga ini.
Namun sebelum itu, kita kenalan dulu yuk!
Apasih itu T-som? Jadi, T-SOM adalah singkatan dari teens school of mission yang berarti sekolah misi remaja. T-som sendiri dibentuk pada 2016 tepatnya setelah kegiatan jambore nasional di Pontianak. Dan program ini dibentuk dengan tujuan agar para anak dan remaja bisa belajar untuk menjadi misionaris-misionaris yang siap diutus oleh Tuan Yesus, kapanpun.. dan dimanapun.
Cerita ini dimulai dari penolakan karena untuk mengikuti kegiatan ini begitu banyak hal yang perlu dipertimbangkan karena adanya beberapa faktor penghambat. Namun akhirnya dengan segala pertimbangan yang ada Luna pun bisa mengikuti kegiatan t-som angkatan yang ke-3 ini. Takut, khawatir, malu, ah.. campur aduk rasanya. Karena ini merupakan kali pertama Luna bertemu dengan Tegar, Novena, dan Michelle. Walau satu keuskupan jarak yang harus ditempuh tidak sedikit. N amun rasa takut, khawatir, serta malu hilang seketika ketika bertemu mereka, yaa.. walaupun canggung pada awalnya. Tapi ternyata kita bisa senyambung itu dalam jangka waktu yang begitu cepat. Benar kata orang bahwa kita tidak bole berekspetasi lebih tinggi terhadap sesuatu. Contonya ketika Luna menaruh harapan yang tinggi ketika akan mengikuti PerNas yang pertama yaitu Surabaya Friendship. Luna mengira bahwa untuk mencari teman di tempat yang seperti ini akan cukup mudah, namun ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Kalo kata Anggi Marito “tak segampang itu”, jadinya selama pernas 1 ini Luna sering menghabiskan waktu dengan teman-teman se-keuskupan. Tapi seiring berjalannya waktu Luna sudah mampu membiasakan diri untuk berbaur dengan teman-teman dari berbagai keuskupan. Karena disini kita diajarkan bagaimana caranya berkomunikasi dan berdinamika dengan orang-orang yang baru kita temui. Selain itu, disini Luna belajar untuk tidak terlalu fokus dengan orang lain. Dan belajar untuk mengenal, menghargai, dan mencintai diri kita sendiri.
Selanjutnya kita masuk pada PerNas yang kedua. Pertemuan kali ini cukup berbeda dengan pertemuan sebelumnya, disini kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan diam dan berfokus dalam hadirat Tuhan. Disini kami juga belajar hal yang paling penting dan terutama yaitu memperdalam kitab suci, menjaga hubungan komunikasi yang baik dengan Tuhan, lewat doa, perayaan Ekaristi dan yang lain sebagainya. Disini juga Luna melihat peralanan misi dari para misionaris-misionaris yang sangat menginspirasi.
Makassar Action, itulah yang menjadi tema pada PerNas yang ke 3 ini. Sesuai namanya, disini kami melakukan aksi nyata dengan turun dan merasakan langsung bagaimana rasanya bekerja dan bersosialisasi dengan masyarakat sambil penerapkan prinsip ASG (Ajaran Sosial Gereja).
Tak terasa kita telah tiba dipenguhujung PerNas t-som yang mengambil tema Mentawai Pilgrimage. Diantara keempat pertemuan, ini yang paling berkesan dan membekas dihati. Disini Luna belajar artinya kehidupan. Kondisi di tempat tinggal Luna yang sekarang begitu berbeda dengan situasi disana. Mereka hidup dengan segala keterbatasan, gelap gulita karena tidak ada listrik, susah berkomunikasi dengan dunia luar karena internet yang susah untuk diakses, air yang terbatas, serta hal-hal terbatas lainnya. Namun dengan segala keterbatasan yang ada mereka begitu menikmati dan bahagia dengan kehidupan mereka. Sehingga selama disana Luna terkadang merasa malu karena jika dibandingkan dengan situasi Luna saat ini Luna masi saja mengeluh dengan apa yang terjadi. Apalagi melihat mereka yang begitu antusias dan semangat dalam menyambut kelahiran sang juru selamat yaitu Yesus Kristus. Disini Luna belajar untuk selalu menikmati dan menerima segala sesuatu yang Tuhan berikan. Karena segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita tak semata-mata terjadi begitu saja, melainkan ada yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita.
Dan lewat kegiatan t-som ini Tuhan ingin menyampaikan pada Luna bahwa lewat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui, kiranya Luna dapat menjadi pribadi yang mampu menghargai diri sendiri serta orang lain, menadi pribadi yang selalu bersyukur dan bisa bergaul dengan siapa saja, dan juga mampu menjadi bintang yang bercahaya dengan cahaya Kristus yang dapat menuntun orang-orang disekitar menuju kepada terang dan misionaris sejati yaitu Yesus Kristus. Dengan ini Luna juga berkomitmen untuk ‘keluar’ dalam artian keluar dari zona nyaman dan siap diutus kapanpun dan dimana pun. Karena kita tidak perlu menunggu misionaris-misionaris dari Eropa untuk berkarya di tanah kita sendiri, karena ada kita disini yang bisa menjadi misionaris-misionaris cilik pembawa sukacita dan damai Kristus. Tidak perlu memulai dengan pergi ke pulau-pulau terpencil melainkan kita bisa mulai berkarya dalam keluarga, teman, paroki, dan keuskupan dengan hal-hal sederahana. Dan untuk melakukan ini semua ada ayat pegangan yang selama ini menjadi semangat bagi Luna pribadi. Yaitu, Filipi 4:13 : “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.
Tak terasa kegiatan Teens School Of Mission angkatan 3 telah berakhir, namun Luna percaya bahwa ini bukanlah akhir melainkan awal dari segala karya misi kita kedepannya.
“Aku Bersukacita! Sebab aku yakin dan percaya bahwa Tuhan telah menyediakan jalan yang terbaik bagiku.”