Refleksi

Benedikta I Horokubun

Pendamping TSOM#3 – Keuskupan Amboina

REFLEKSI KEGIATAN T SOM

Puji dan syukur kepada Tuhan atas rahmat dan kasih-Nya yang dilimpahkan bagi saya sehingga telah menyelesaikan pendampingan bagi peserta T SOM angkatan ketiga, selama tahun 2023. Suatu suka cita tersendiri bagi saya dalam mengikuti kegiatan ini. Bayak hal yang saya pelajari yang paling intinya adalah selalu menulis refleksi, ini merupakan peremungan tersendiri bagi saya untuk merenung dan merefleksikan segala kegiatan yang saya jalani dengan senantiasa bersyukur kepada Tuhan atas rahmat dan kasih-Nya bagi saya.

Pada awal ditunjuk menjadi pendamping T SOM, saya merasa keberatan karena harus meninggalkan tugas sebagai seorang guru dan juga saya tidak mengerti apa itu T SOM. Saya awalnya menolak namun karena teman-teman Tim KKI berhalangan maka saya bersedia ikut mendampingi peserta dari keuskupan. Awal kegiatan saya ikut pertemuan di Jakarta bersama dengan para dirdios dan dirnas, saya kaget ketika tiba di Jakarta karena yang hadir semua adalah para dirdios yang tidak hanya saya, namun dari penjelasan Romo Dirnas perlahan-lahan saya mengerti apa itu T SOM. Selanjutnya dalam pertemuan ditentukan empat kali pertemuan nasional. Dan sudah disepakati keuskupan yang menjadi tuan rumah pelaksanaan T Som yaitu Keuskupan Surabaya, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Agung Makasar dan Keuskupan Padang.

1. Pertemuan pertama: Surabaya Friendship – Tema: Bersahabat, Terlibat Menjadi Berkat

Pada bulan Pebruari pertemuan pertama di Surabaya yang dikenal dengan : Surabaya Friendship. Dalam kegiatan tersebut kami para pendamping dibagi dalam beberapa kelompok, dimana kami juga terlibat dalam mendapatkan materi-materi yang menjadi awal dalam kegiatan tersebut. Dan ketika lanjutan kegiatan dengan outboand, kami pendamping juga terlibat dalam games-games yang disediakan. sebuah suka cita karena biasa bertemu dengan peserta dan para pendamping dari keuskupan lain. Bukan saja peserta T SOM, tapi kami para pendamping juga belajar untuk mengenal diri sendir dan orang lain melalui games yang sudah disiapkan panitia. Sangat mengesankan untuk pertemuan pertama. Selanjutnya pada pertemuan tingkat keuskupan saya dan peserta T SOM selain memberikan kepada peserta materi yang sudah disiapkan setiap bulan, dalam aksinya kamipun melakukan berbagai kunjungan baik di rumah sakit, turut mendoakan mereka yang sakit maupun , bahkan kami live in di panti asuhan, dimanna kami makan , tidur bersama mereka, dari situ saya merenung sangat beruntung anak yang hidup bersama orang tua mereka punya kebutuhan hidup bisa dipenuhi oleh orang tua, sementara mereka yang dipanti asuhan tentunya banyak keinginan yang tidak bisa dipenuhi. Saya sangat terharu karena melihat kehidupan mereka yang yang haus akan kasih sayang orang tua.

2. PERTEMUAN KEDUA : MUNTILAN PLAYER – TEMA: “ HATIKU BERKOBAR-KOBAR MENDENGARKAN SABDA TUHAN”

Sebuah pengalaman iman yang sangat luar biasa, mulai dari hari pertama pertemuan di Muntilan. Suasana suka cita terpancar dari raut wajah peserta, pendamping dan para dirdios, dimana kurang lebih empat bulan tidak berjumpa setelah pertemuan 1 di Surabaya suasana keakraban dan persaudaraan sangat nampak. Saling menyapa bersenda gurau sampai menceritakan berbagai pengalaman. Kegiatan diawali dengan misa pembukaan dan dilanjutkan dengan berbagai kegiatan, yang sangat berkesan ketika materi Kitab Suci melalui TAT: Teks, Amanat, Tanggapan, di mana selama ini saya hanya membaca dan memaknai teks Kitab Suci yang dibacakan tetapi ketika mendapat materi ini saya sangat bersyukur karena teks yang dibacakan bukan hanya dihayati dan dimaknai dalam hidup tetapi bagaimana kita membaca teks, kemudian amanat melalui keheningan serta merenungkan dalam hati makna atau arti kata , kalimat atau ungkapan yang telah kita pilih dari perikop bacaan yang kita bacakan. Kemudian bagaimana kita menanggapinya! Tanggapanya adalah membaca teks sekali lagi, hening lagi, kemudia doakan dalam hati sesuai dengan amanat teks yang kita pilih.

Kemudian pada hari ketiga dilanjutkan dengan kegiatan jejak langkah misi Museum Muntilan, pekuburan para Misionaris dan outing Sendang Sono dan Boro. Beberapa pengalaman iman dalam diri saya yang dirasakan sebagai sebuah berkat terindah dalam hidupku, adalah ketika pertama di Museum di mana saya secara tidak langsung mengenal sejarah agama Katolik masuk di tanah Jawa khusus di Muntilan oleh Pater Van Lith, beliau dijuluki Bapa Jawa, beliau belajar bahasa Jawa, mengenal budaya dan beberapa bidang yang diperjuangkan yakni dalam bidang pendidikan dan kesehatan, sangat luar biasa perjuangan Pater Van Lith di tanah Jawa. Selanjutnya kita ke pekuburan Para Misionaris, yaitu Romo Sanjaya, dimana beliau juga berkorban demi perkembangan gereja Katolik namun karna perawakannya yang tinggi oleh tentara Belanda dianggap orang Eropa maka beliau dan beberapa bruder diculik dan dibunuh, dan sampai sekarang beliau seorang beata.

Perjalana misi kami berlanjut ke Boro yaitu tempat Ziarah di situ seorang misionaris yang dikenal dengan julukan Bapa Boro, yakni Pater Penthatellar, ketika beliau tiba di Boro maka lonceng gereja pertama berbunyi di sana. Pater Penthatellar ini yang memesan lonceng Maria diberi Kabar yang tersimpan di Museum Muntilan. Ketika kami sampai dan sibapak menjelaskan tentang lonceng gereja Maria diberi kabar yang dipesan oleh beliau saat itupun lonceng Gereja dibunyikan tepat Pukul 12 siang, saat doa Anggelus didoakan air mata ku menetes merasa terharu, merasa sukacita ditempat suci ini pada waktu yang tepat lonceng gereja dibunyikan inilah berkat terindah yang aku rasakan kehadiran Tuhan di Boro. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke Sendang Sono, tempat ziarah yang sangat mengagumkan ketika kami tiba di sana suasana sangat menyejukan tempat doa, goa Maria dan banyak orang dari berbagai tempat datang berdoa di situ. Kami beristirahat sejenak kemudian berdoa Rosario dan setelah itu mengintari tempat Ziarah dan langsung rombongan pulang ke Muntilan. Ketika malam hari kami diberikan kesempatan untuk merefleksikan perjalanan misi yang telah dilakukan dan tentunya meninggalkan kesan iman yang sangat mendalam bagi kami peserta dimana diajarkan untuk keluar bermisi di keuskupan kami masing-masing. Semoga kesan ini tidak hanya sebatas khayalan tetapi benar-benar kami lakukan di keuskupan masing-masing.

3. PERTEMUAN KETIGA : MAKASAR ACITION

Pada pertemuan ketiga ini, dikenal dengan Makasar Action, kami tiba di Burage kare, disambut hangat oleh ka Novi dan teman” panitia dgn penuh suka cita, kemudian bertemu dengan peserta t som dari beberapa keuskupan beserta pendamping, kami bersalaman dan berbagi keceriahan karna sdh 3 bulan tdk jumpa setelah dari muntilan n jamnas 2023.. Pukul 16 wita ada animasi dari keuskupan makasar dilanjutkan dengan misa pembukaan pukul 17 Wita.
Setelah misa arahan umum dari diridios Keuskupan Agung Makasar kaitan dengan kegiatan selama 3 hari ke depan, setelah itu semua peserta berkumpul di aula untuk materi pertama.
Setelah mendapat materi dari pastor Junarto ttg ASG, didalamnya membahas 3 hal yaitu sejahtera, adil dan damai, maka setelah kembali dari kegiatan ini maka saya akan berusaha untuk memperlakukan orang dengan baik dan mengajarkan kepad peserta didik dan adik-adik sekami
Setelah materi pastor jun kami doa malam dan istirahat.

Pada hari jumat tgl 29 september 2023 misa pagi dilanjutkan dengan penjelasan live in oleh pastor Junarto, setelah itu sarapan pagi dan persiapan live in. Tepat jm 8 menuju tempat live in, suatu suka cifa ketika tiba d pabrik Wahyu Pradana Bina Mulia, kami bertemu dengan seorang karyawati yg tugasnya adalah melipat dos untuk packing udang, gurita dan ikan, kebetulan tempat live in itu pabrik seafood. Karyawati itu sudah 15 thn bekerja di pabrik itu bagian yang sama yaitu melipat dos, sangat lincah dan cekatan target yang harus di capai adalah 1 jm harus menghasilka dos yg sdh dilipat sebanyak 120, suatu pekerjaan yg luar biasa, mungkin menurut orang lain pekerjaan itu biasa” saja tapi bagi saya sungguh luar biasa, karena membutuhkan kesabaran, ketekunan dan ketelitian.
Pukul 16 Wita, kami diantar ke kantor induk pusat sempat foto bersama pimpinan yang begitu sederhana dan luar biasa, berkharisma.

Setelah itu kami kembali k lokasi kegiatan Baruga kare, lanjut dengan tefleksi dan pembuatan video kelompok. Setelah itu makan malam, dilanjutkan refleksi. Sabtu 30 september 2023, misa pagi dilanjutkn dengan sharing refleksi dan dilanjukan dengan pendalaman oleh pastor Junarto, dengan menjelaskan tentang bentuk-bentuk cinta.

CINTA terbagi 4
Cinta eros romantisme
Cinta avili, persahabatan pertemanan
Cinta storsj kekeluargaan, saudra bukan
Cinta agape cinta sejati pengorbanan ( kasih perasaan sayang, cinta, memberi)

Pengalaman hari ini untuk kegiatan outing hari ini kami mengunjungi 2 tempat yakni benteng somba opu, disitu kami diantar oleh ka jo k museum somba opu serta melihat beberapa rumah adat antara lain rumah adat toraja, bulukumba, sopeng. Kami dengab bis menuju pantai losari yg merupakan tempat rekreasi favorit masyarakat Makasar. Disana banyak sekali terdapat tempat” hiburan, para pedangan dengan berbagai dagangan baik minuman maupun makanan. Pada malam harinya kami menuju rumah keuskupan Makasar, di sambut oleh kaka-kaka pendamping dari makasar dimana saya sudah kenal beberapa orang karena sering mengikuti kegiatan sekami bersama mereka. Kami saling menyapa dan menanyakan kabar penuh dengan suasana suka citan dan kegrmbiraan, pada pukul 19.00 wita kami mengikuti misa penutupan bersama bapak uskup Agung Makasar, MGR Jhon Liku Ada, dalam khotbahnya Mgr mengharapkan agar baik adik-adik sekami maupun para pendamping selalu menjalankan moto dan semangat sekami, “ children Helping Chlidren, 2D, 2K. sesudah misa penutupan kami makan malam besama dan setelah itu pulang ke tempat kegiatan.

Kesan : sungguh luar biasa ketika kita melihat dan merasakan secara langsung pekerjaan yang dijalani seseorang, butuh kesabaran, pengorbanan dan kesetiaan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut, semoga saya senantiasa mensyukuri selalu pekerjaan dan tugas dan pelayanan saya.

4. PERTEMUAN KEEMPAT : MENTAWAI PILGRIMAGE

Pada pertemuan keempat ini dikenal dengan Mentawai Pilgrimage (Peziarahan). Bulan desember kita menuju kota padang dalam kegiatan pertemuan nasional keempatT SOM. Dalam perjalanan kurang lebih 6 jam kami tiga di kota padang, dan langsung ke Vila Lubuk Minturun. Kami disambut oleh panitia dengan suka cita, bertemu dengan beberapa peserta dari keuskupan yang sudah lebih duluan. Saling manyaopa degna penuh suka cita. Pada malam hari ada beberapa kegiatan dan animasi, kemuadian siang tanggal 22 Desember kami menuju rumah keuskupan, lanjut ke gereja Santo Fransiskus Asisi untuk misa pembukaan, setelah itu kembali ke rumah keuskupan. Pada pagi hari kami semua menuju ke dermaga untuk berangkat menuju kepulauan Mentawai. Dalam menempuh perjalan kurang lebih 8 jam kami tiba di kota Siberut, disambut oleh pendamping dan sekami remaja di sana. Kemudian diantar ke tempat live in masing-masing, kelompok kami ada di stasi Rogdog. Ketika bertemu dengan penduduk setempat suasana keakraban sudah Nampak. Kami di sambut oleh bajak (bpa Gereja) bersama dengan perangkat desa. Suatu suka cita yang luar biasa yang saya rasakan di mana saya harus bertemu dengan orang-orang yang belum saya kenal, makan , tidur , berjalan bersama mereka. Saya merasakan natal saat ini berat karena harus pergi jauh merayakan natal bersama keluarga di Mentawai, sementara anakku rayakan natal sendiri di rumah, memang terasa berat namun perlu disadari bahwa kebahagiaan itu kita berbagi bersama orang lain. Kepulauan Mentawai sungguh menjanjikan suatu kerinduan besar dalam pelayanan, kebetulan saya adalah seorang katekis melihat secara langsung sentuhan-sentuhan iman, kasekese yang belum masksimal diberikan kepada umat di stasi Rogdog, menimbuklan suatu kerinduan untuk saya bersama-sama dengan mereka lagi. Pengalaman menjadi seorang pendamping sekami sudah 28 tahun, membuat saya jatuh hati kepada adik-adik Bia dan Bir yang ada di stasi Rogdog. Itulah sebuah kerinduan yang saya rindukan namun tentunya tidak akan tercapai, hanya doa yang bisa saya panjatkan semoga mereka semua hidup rukun dan damai.

Tinggalkan komentar