Cledy Costantinus Futwembun
Peserta T-SoM#3 – Keuskupan Amboina
“BERMISI ADALAH CITA CITA KU SEJAK KECIL”
Cita cita saya sejak kecil itu adalah bermisi.”Cley harus menjadi seorang pastor”, Itu adalah pesan almarhum kedua orang tua saya pada saya dan sekarang saya tinggal bersama tante dan om saya.Itulah,yang menjadi penguatan bagi saya untuk bermisi.Pertama kali saya dipanggil untuk mengikuti kegiatan T-Som saya tidak tau apa itu T-Som,tapi setelah saya mendengar kalau ini untuk bermisi maka saya setuju untuk ikut T-Som.Ketika saya pertama kali berangkat untuk mengikuti pertemuan nasional pertama di Surabaya dengan judul “Surabaya Friendship”, saya sempat sakit.Tapi itu bukan penghalang bagi saya untuk bermisi,saya bilang ke mama saya,”ma,tidak usah khawatir aku baik baik saja aku bisa jaga diri”.Dan mama saya pun setuju.Ketika saya sampai di Surabaya saya bertemu dengan seorang teman ketika saya sedang mencari kamar saya, dia bernama Lucky Ryan Triputra yang berasal dari Keuskupan Sintang saya pun berkenalan dengan nya dan kami pun berteman baik sampai sekarang dan ternyata waktu itu kita satu kamar. Dan kami mendapat penjelasan T-Som dan materi tentang “siapa diriku ini?”. Setelah itu kami Outbound dan judul dari kegiatan itu adalah ”i’m possible”. kami melakukan permainan yang sangat banyak sekali salah satu permainan yang aku masih ingat itu jaring laba laba. Di situ kita harus tetap dengan pendirian kita dan tidak boleh di ubah sama seperti kita kalau udah menjadi seorang misionaris tidak boleh mengubah lagi. Dan banyak lagi permainan lain dan di masing-masing permainan ada maknanya. Setelah Outbound kami pun memaknai kegiatan tersebut dan kami pun peneguhan proses bersama. Setelah itu kami pun kembali ke Keuskupan masing-masing dan berproses di situ. Dan itu adalah salah satu pengalaman pertama ku yang paling berkesan.
Dan pertemuan kedua yaitu di Muntilan Jawa Tengah dengan judul “Muntilan Prayer”. Dalam kegiatan ini kami lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dengan mencoba tenang dan hening selama 3 hari kegiatan. Selama itu kami hanya berdoa dan mendekat kan diri saja kepada Tuhan dan fokus untuk misi kami. Dan kami juga mendapatkan materi sesi 1 “mengapa Kitab Suci penting dalam kehidupan kita”, dan materi sesi 2 “penggunaan Kitab Suci dalam kehidupan kita”, dan materi sesi 3 “Metode TAT: seni membaca dan merenungkan Kitab Suci”. Setelah itu kami pun melakukan kunjungan juga ke museum misi Muntilan di sana kami melihat banyak sekali karya misi yang telah di lakukan di Muntilan ini setelah dari museum kami pun berkunjung ke pekuburan para misionaris yang bermisi di Muntilan dan salah satu yang kami lihat ada Romo Van Lith salah satu pastor yang membawa agama Katolik pertama kali masuk ke tanah Jawa terkhusus Jawa Tengah. Dia mengajarkan aku bagaimana seorang misionaris harus berani untuk mewartakan sabda Tuhan meskipun di tolak oleh banyak orang bahkan sampai di bunuh. Setelah dari makam para misionaris kami pun kembali dan menulis refleksi.
Dan pas saat itu juga kami mengikuti Jamnas Sekami Ke 3 tahun 2023 di Seminari Mertoyudan yang berada di Keuskupan Agung Semarang. Kami pun bertemu juga dengan teman teman lain yang berasal dari daerah daerah lain juga,perasaaan saya di situ itu sangat bahagia karena bisa mengikuti Jamnas Sekami yang memang saya sendiri mau mengikuti kegiatan Jamnas dari saya masih kecil itu adalah salah satu impian saya juga dan saya sangat bersyukur bisa ikut dalam Jamnas sekami ke 3 dan juga mendapat edukasi. Edukasi 1: Aku Bangga menjadi Anak Katolik, Edukasi 2: Panggilan Gereja Bermisi, Edukasi 3: Anak Misioner: Bersahabat, Terlibat, dan Menjadi Berkat. Setelah itu kami melakukan yang namanya “Formasi Misioner”. Dalam kegiatan itu kami melakukan kunjungan ke tempat ibadah salah satu yang kami kunjungi yaitu Klenteng Hok An Kiong. Di dalam Klenteng itu kami melihat banyak sekali patung patung dewa kepercayaan di sana, dan di sana kami juga dijelaskan banyak sekali sejarah yang ada di sana. Di situ bisa juga meramal, teman temanku pun mencobanya dan ternyata semua nya berhasil dan mendapatkan hasil yang memang sesuai dengan kenyataan. Ketika kunjungan kami ke sana ada juga orang yang datang dan berdoa menurut kepercayaan mereka. Setelah melakukan kunjungan misioner, pada malam hari kami melakukan doa malam “Doa 1000 Lilin Misi Nusantara”. Dalam doa itu kami berjalan dari lapangan depan Seminari Mertoyudan sampai di GOR Laudato Si. Di dalam doa itu kami semua berdoa Rosario misi, dalam doa itu semua sangat tenang sambil berdoa. Dan Edukasi terakhir yang kami dapat keesokan harinya itu “Diutus Menjadi Berkat” Oleh Mgr. Rubiyatmoko Uskup Keuskupan Agung Semarang. Setelah itu momen haru pun terjadi yaitu “perpisahan”. Setelah misa penutupan semuanya menangis karena tidak dapat bertemu kembali. Dan itu adalah salah satu pengalaman ku yang paling berharga di hidup ku.
Setelah itu salah satu pengalaman ku yang lain yang paling berkesan adalah ketika saya kunjungan dan live in di panti asuhan di Keuskupan saya. Ketika kami sampai di sana pas malam hari jadi setelah sepatah kata dari suster kami pun makan malam bersama. Betapa terharu nya saya ketika melihat mereka makan, makanan yang mereka makan itu sangat sederhana tapi mereka tetap mensyukuri itu. Setelah makan malam mereka ada acara seperti pentas seni,ada yang membawakan tarian dari papua, tarian kolaborasi,bahkan ada yang membawa puisi itu sangat lah bagus, meskipun dengan keadaan mereka yang seperti itu mereka tetap bisa untuk membuat pentas seni yang begitu bagus. Dan pada hari minggu kami ke gereja dan kami pun mengikuti sekali bersamaan adik adik sekali. Kami belajar bersama , bermain bersama dan lain lain. Dan antusias adik adik panti asuhan pada saat sekali itu sungguh luar biasa, di sini Tuhan yesus mau mengajarkan saya bahwa seorang misionaris harus peka dan peduli pada sesama di sekitarnya dan juga harus menolong mereka. Itu adalah pengalaman yang paling berharga juga bagi saya.
Kegiatan pertemuan nasional ke 3 di Makassar yaitu “Makassar Action”. Di sana kami lebih cenderung ke “Action” atau aksi, yang kami lakukan di sana yaitu belajar untuk bermisi dan melihat keadaan para pekerja pekerjaa di perusahaan tertentu, terlibat bersama mereka, merasakan bagaimana bekerja sama seperti mereka dan lain lain. Tapi sebelum itu kami mendapatkan materi tentang “ASG” atau Ajaran Sosial Gereja. Di situ di jelaskan bahwa gereja Katolik tidak hanya soal berdoa saja tapi juga memperhatikan masalah masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat, gereja Katolik sangat memperhatikan hal itu. Dan setelah mendapatkan materi, kami pun mulai bermisi. Saya live in di salah satu perusahaan di sana yaitu PT. Wahyu Pradana Binamulia. Di sana adalah tempat untuk mengekspor seafood ke luar negri seperti udang, kepiting, lobster dan lain lain. Pengalaman yang paling berharga bagi saya yaitu bisa merasakan bagaimana bekerja demi mencari nafkah bagi keluarga dan berusaha untuk bekerja sebaik mungkin dan di sana kami melipat sebuah kardus yang namanya Inner Karton. Menurut kami itu biasa saja hanya melipat sebuah kardus tapi saat kami mencoba itu sangat susah untuk di lakukan dan untuk melipat kardus itu saja butuh ketelitian yang baik agar tidak salah. Dan di situ saya bisa mengerti bahwa orang tua kita itu susah payah bekerja untuk kita tapi kita terus menjadi anak yang selalu manja dan tidak mau mendengar perkataan orang tua. Setelah live in itu kami pun berkunjung ke benteng “Somba Opu” yang ada di sana dan kami juga ke Pantai Losari pantai yang terkenal karena keindahan nya. Dan inilah salah satu pengalaman yang paling seru dan menyenangkan menurut ku.
Dan pertemuan nasional terakhir yang menurutku paling berkesan dan membekas di hatiku yaitu, di padang dengan judul “Mentawai Pilgrimage”. Dalam pertemuan terakhir ini kami berproses dan di sini kami betul betul menjadi seorang misionaris cilik. Kami live in di kepulauan mentawai kepulauan yang terkenal dengan tato tertua yang ada di dunia dan juga tradisi yang masih ada di sana. Sebelum kami melakukan live in kami melihat sebentar alur proses mentawai Pilgrimage ini dan kami juga melihat panorama Mentawai yang dibawa kan oleh Romo Wondo pastor dari paroki Saibi. Setelah itu keesokan harinya kami berjalan menuju pelabuhan untuk segera berangkat ke pulau Mentawai. Dan setelah itu kami berangkat, kami singgah sebentar di pelabuhan Sikabaluan dan stasi Sirisurak pun turun di situ bersama dengan romo Wondo untuk ke paroki Saibi. Dan kami pun melanjutkan perjalanan dan kami pun tiba di muara Siberut dan pergi ke stasi Mailepet dan saya melanjutkan perjalanan ke stasi. Saya live in di stasi yang bernama stasi Tiop. Kami pun menuju ke stasi Tiop dengan menggunakan pong pong, perjalanan di tempuh cukup jauh dan tibalah kami di stasi Tiop. Kami di sambut dengan hangat oleh warga di sana setelah itu kami pun di antar menuju ke gereja di sana, dan selama live in di sana saya tinggal dengan keluarga bapak Imanuel, di sana saya punya nama baru yaitu Bom Bom. Selama saya tinggal di situ saya merasakan kesederhanaan dari keluarga yang saya tinggal, mereka sangat bersyukur dengan rezeki yang mereka dapat di situ pun saya sadar bahwa saya harus selalu bersyukur dengan apa yang ada. Di sana semua orang itu sangat ramah dan sederhana tidak ada yang istimewa di sana. Pengalaman yang paling berharga bagi saya yaitu saya bisa merasakan bagaimana mereka di sana merayakan perayaan Natal, ternyata perayaan Natal di sana tidak sama seperti kita di kota di sana itu sangat sederhana, dan saya sangat terkejut dengan suatu hal mereka pada saat Natal itu pakaian yang mereka pakai itu sangat bagus dan rapih dan mereka tau cara membedakan antara ke gereja ataupun di rumah itu yang sangat berkesan bagi saya. Dan saya juga bersyukur bisa merayakan Natal dengan anak anak di sana dan membagi sukacita bersama mereka. Kami pun menjalankan live in seperti biasa dan pada saat kami pulang itu saya sangat terharu, karena mereka mengantar kami sampai kami naik ke pong pong dan kami pun pulang, itu adalah momen yang sangat haru bagi saya. Setelah itu kami pergi ke pulau Masilok untuk bermain bersama itu adalah pengalaman yang sangat menarik juga bagi saya. Dan tibalah kami pada hari kelulusan kami di situ kami tidak menyangka bahwa kami semua akan lulus dan di situ saya sadar bahwa kita akan berpisah. Dan setelah kami pulang ke padang kami semua menangis sejadi jadinya kami di situ saya juga menangis dan kami pun berfoto bersama setelah menangis. Dari semua pengalaman itu saya menarik sebuah kesimpulan,yaitu setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan dan pasti juga ada pertemuan dan dalam kegiatan selama 1 tahun ini Tuhan yesus mau berbicara dan mengajarkan kepada saya untuk menjadi seorang misionaris yang sejati dan pantang menyerah. Meskipun keadaan kita sedang susah maupun kita sedang terpuruk Tuhan pasti akan membantu kita dan saya menyadari itu. Pada saat orang tua saya meninggal dunia saya pada saat itu sangat terpuruk dan putus asa, tapi Tuhan menunjukan bahwa Tuhan masih membutuhkan saya untuk menjadi alat nya mewartakan kasih nya ke seluruh dunia dan saya sadar ternyata saya sudah di pakai untuk mewartakan sabda Allah kepada sesama saya. Dengan semangat 2D 2K: Doa, Derma, Kurban, Kesaksian. Dan memang Tuhan sungguh luar biasa baik bagi saya. Terima kasih T som atas semua ini semoga kita dapat bertemu kembali di lain waktu.