Refleksi

Maria L. Nifanngilyau

Peserta TSOM#3 – Keuskupan Amboina

Pilihan untuk Bermisi

Bagi saya, tahun 2023 menjadi tahun paling berkesan. Karena banyak sekali hal baru yang saya alami. Tahun ini banyak hal luarbiasa yang Tuhan izinkan terjadi di hidup saya. Saya tidak menyangka bisa terpilih untuk menjadi peserta T-SOM nasional, pergi ke tempat-tempat baru, belajar banyak hal baru dan bertemu banyak teman-teman baru dari berbagai Keuskupan. Saya merasa senang karena bisa diberikan kepercayaan untuk mengikuti program ini selama satu tahun. Namun pada awalnya, saya juga merasa sedih, dan takut. Karena ini adalah pertama kalinya bagi saya, pergi keluar Ambon tanpa orang tua, dan saya juga harus mulai bersosialisasi dengan orang-orang baru, saya juga belum mengenal dengan baik arti dari T-SOM. Saya juga binggung, mengapa harus saya yang dipilih, padahal masih banyak anak yang seumuran dengan saya, yang menurut saya lebih pantas untuk berada diposisi ini. Saya sempat berdiskusi dengan orang tua, banyak pro dan kontra yang muncul saat kami berdiskusi, sehingga membuat saya sempat bimbang. Saya mulai bertanya pada diri sendiri, apakah saya benar-benar siap untuk mengikuti kegiatan ini? karena jika saya menjalani kegiatan ini dengan hati yang terbebani, maka makna dari kegiatan ini tidak dapat saya rasakan. Saya juga berdoa dan memohon petunjuk dari Tuhan. Pada akhirnya dengan persetujuan kedua orang tua, dan persiapan diri yang matang, saya memutuskan untuk mengikuti kegiatan T-SOM ini. Satu hal yang saya tahu jika Tuhan sudah menempatkan saya diposisi ini, berarti Tuhan tau saya sanggup, dan Ia akan selalu meyertai saya. Selama satu tahun ini saya mengikuti empat kali pertemuan nasional, dan setiap pertemuan membantu saya untuk membangun kepribadian sebagai seorang remaja Katolik yang siap untuk diutus mewartakan sukacita Injil melalui perkataan dan perbuatan.

Pertemuan nasional pertama adalah Surabaya Friendship, pada pertemuan pertama ini saya mulai mendapatkan penjelasan tentang T-SOM, saya juga diajarkan untuk dapat mengenal diri saya dan mau untuk menerima segala kekurangan dan kelebihan diri sebagai sebuah keunikan. Setelah dapat mengenal diri dengan baik, saya juga mulai mengenal beberapa teman baru. Kegiatan yang paling berkesan menurut saya adalah saat kegiatan Outbond, karena permainan-permainan disetiap pos yang harus kami selesikan, bukan hanya membuat kami semakin akrab, namun juga memberikan kami banyak pelajaran berharga. Salahsatu permainan yang menarik menurut saya adalah spider web, permainan ini mengajarkan saya bahwa didalam hidup ini kita akan selalu dihadapkan dengan yang namanya pilihan, kita harus belajar untuk berhati-hati dalam mengambil sebuah pilihan dan bertanggung jawab dengan pilihan yang telah kita ambil. Pada pertemuan pertama, selain dapat mengenal T-SOM, mengenal diri sendiri, dan mengenal banyak teman baru, saya juga mulai mengenal yang namanya Refleksi. Melalui refleksi, saya akhirnya dapat lebih bersyukur atas kebaikan Tuhan di dalam kehidupan saya, saya juga dapat menyadari sikap-sikap apa saja yang harus saya ubah dan kembangkan di dalam diri. Melaui refleksi, saya bisa lebih memaknai setiap peristiwa di dalam hidup.

Pertemuan nasional kedua adalah Muntilan Prayer. Setelah dapat mengenal diri dan sesama dengan baik, kali ini saya diajarkan untuk dapat lebih mengenal Tuhan dan membangun semangat bermisi dalam diriku. Materi – materi yang diberikan pada pertemuan kali ini, membuat saya menjadi lebih paham tentang pentingnya Kitab Suci dan pengunaan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari yaitu, untuk pribadi (digunakan untuk refleksi), doa, dan Ekaristi. Selain itu, saya juga diajarkan tentang metode TAT(Teks,Amanat, Tanggapan). Melalui metode ini saya akhirnya bisa lebih mengetahui pesan apa yang ingin disampaikan Tuhan kepada saya melalui ayat Kitab Suci. Saya juga pergi berkunjung ke tempat-tempat rohani(Outing). Pengalaman yang paling berkesan menurut saya adalah pada saat menyaksikan sebuah video tentang perjalanan Romo Van Lith membawa agama Katolik masuk ke tanah Jawa. Di dalam video tersebut saya tertarik dengan sebuah kalimat yang berbunyi “Bersedia untuk diutus ketempat yang tidak dikehendaki.” Kalimat ini menyadarkan saya bahwa, saat saya memutuskan untuk bermisi maka saya harus siap sedia untuk keluar dari kenyamanan diri sendiri, dan bermisi dengan hati yang berkobar-kobar.

Pertemuan nasional ketiga adalah Makassar Action. Pada pertemuan ini setelah membangun semangat bermisi kami juga mewujudkan semangat tersebut melalui sebuah tindakan nyata. Selama di Makassar saya mendapatkan materi tentang ASG. Singkatnya ASG(Ajaran Sosial Gereja) berbicara tentang Gereja yang memperhatikan masalah-masalah sosial yang bertentangan dengan pesan Injil di tengah-tengah masyarakat dan berupaya untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut dengan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur. Setelah mendapatkan materi saya dan teman-teman melakukan live in di beberapa tempat kerja yang berbeda. Pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah, saat live in di PT. Wahyu Pradana Bina Mulia, sebuah perusahaan yang berkerja di bagian pengolahan dan pembekuan hasil laut. Suasana disana sangat tenang dan selama disana kami tidak menemukan adanya masalah sosial, semua pekerja disana fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing, mereka juga saling menghargai satu sama lain. Saat berada di sana kami mendapatkan tugas untuk melipat inner box yang nantinya akan digunakan untuk menyimpan udang. Awalnya saya kira tugas ini merupakan hal yang mudah, tapi setelah dipraktikan ternyata pekerjaan ini tidak semudah yang saya bayangkan. Melalui kegiatan ini saya jadi bisa belajar untuk mulai mengembangkan sikap saling menghargai perbedaan yang ada, mau untuk saling membantu dan bekerja sama karena setiap orang memiliki keahlian dibidang masing-masing. Selain itu saya juga belajar untuk dapat lebih bersyukur, karena banyak orang diluar sana yang harus bekerja keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan satu hal lagi yaitu suatu pekerjaan yang kita lihat mudah belum tentu dapat kita lakukan dengan baik.

Pertemuan nasional terakhir adalah Mentawai Pilgrimage. Arti dari Pilgrimage sendiri adalah perjalanan ketempat yang belum kita ketahui untuk mempelajari budaya baru yang ada di suatu daerah baru atau bisa disebut juga dengan sebuah ziarah. Pada pertemuan ini kami telah merasakan sendiri bagaimana perjuangan para misionaris yang dulu pergi bermisi di kepulauan Mentawai. Selama disana kami tinggal bersama para penduduk di stasi dan merayakan Natal bersama dengan mereka. Kami juga berdinamika bersama dengan anak-anak BIA dan BIR disana. Jujur dari keempat pertemuan nasional, pertemuan yang paling seru dan berkesan bagiku adalah Mentawai Pilgrimage. Pada pertemuan ini, saya benar-benar merasakan apa arti dari bermisi, saya benar-benar keluar dari kenyamanan diri. Saya harus merayakan Natal tanpa keluarga, harus berkenalan dengan banyak orang baru, harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, belajar budaya dan bahasa baru. Disana juga susah sinyal, sehingga kebiasaan saya yang setiap hari main handphone, akhirnya terhenti selama beberapa hari. Semua hal yang saya alami disana membuat saya merasa ingin menyerah, namun hal-hal tersebut juga yang justru membuat saya menjadi lebih bersyukur. Saya akhirnya bisa lebih merasakan kasih Tuhan didalam hidup saya, saya juga belajar bahwa setiap hal itu tidak bisa saya dapatkan secara instan, perlu kerja keras untuk mencapai suatu tujuan. Saya mulai belajar untuk menghargai waktu karena saya sadar bahwa waktu saya dengan orang-orang disekitar saya berkurang karena saya terlalu fokus.pada kesenangan diri saya, dan masih banyak lagi hal-hal sederhana yang mungkin bagi orang lain itu biasa saja, namun memiliki arti penting dan memberikan pelajaran bermakna bagi saya.

Setelah pertemuan ini, saya dan teman-teman T-SOM akhirnya berpisah, dan melanjutkan kembali perjalanan bermisi kami di keuskupan masing-masing. Mengingat kembali kenangan kami selama satu tahun ini, menciptakan rasa rindu di hati, namun kenangan ini juga membuat saya bersyukur atas setiap hal indah, setiap warna yang telah T-SOM berikan bagi saya di tahun 2023. Jika pada awalnya saya memilih untuk tidak mengikuti T-SOM mungkin saya tidak akan mendapatkan pengalaman berharga ini, mungkin saya tidak akan bisa melakukan sebuah perubahan didalam diri saya.

 

“Kesadaran untuk bermisi adalah sebuah keharusan bagi seorang pengikut Kristus, namun kapan kita benar-benar ingin mulai berkomitmen untuk bermisi itu adalah sebuah pilihan”.

Maria L. Nifanngilyau

Tinggalkan komentar