Theresa Febriani Gratiani Beok
Peserta T-SoM#3 – Keuskupan Bandung
Pelayanan Misi atau Roller Coaster?
Setelah bermisi di Surabaya Friendship, Muntilan Prayer, dan makasar action, Mentawai menjadi tempat terakhir untuk saya bermisi sebagai anggota T-som angkatan ke-3. Kegiatan misi ini dilaksanakan pada tanggal 23 desember sampai 28 desember tahun 2023. Perasaan senang, sedih, takut, semua bercampur menjadi satu saat itu. Inilah kisah perjalanan mentawai pilgrimage saya.
Pelayanan misi ini diawali berjalan kaki dari keuskupan Padang ke pelabuhan, awal yang tak mudah bagi saya karena harus berjalan dengan membawa tas yang berat. setelah kurang lebih 30 menit saya dan teman teman T-som tiba di pelabuhan, perasaan tidak nyaman pun muncul di dalam diri saya karena berada diantara lautan manusia, bahkan saya terdorong beberapa kali dikarenakan berdempetan dengan banyak orang. Tibalah waktu nya kami untuk menaiki Kapal Mentawai fast, saya mulai berpikir negatif dan bertanya tanya “bagaimana kalau kapal ini tenggelam? Saya ga bisa berenang”. Namun, Puji Tuhan setelah 7 jam perjalanan laut saya sampai dengan selamat di dermaga Siberut Selatan.
Setelah sampai di Siberut, saya dan kelompok stasi bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke stasi Gotab menggunakan perahu kecil, saat itu saya berusaha melawan perasaan takut di dalam diri saya karena ini adalah pengalaman pertama saya menggunakan perahu kecil yang mudah terbalik di laut lepas. Baru 10 menit melakukan perjalan, perahu kecil kami harus putar balik dan kembali ke pelabuhan karena barang yang kami bawa terlalu banyak dan berat sehingga berpotensi untuk tenggelam.
2 jam lamanya kami menunggu di pinggir pelabuhan karena barang-barang yang kami bawa diantar terlebih dahulu ke stasi Gotab. akhirnya perahu kami datang dan kami memulai perjalanan kami ke stasi gotab. Bersama perahu kecil, ombak laut dan gelapnya malam, ditemani rasa takut, saya percayakan keselamatan jiwa saya kepada Tuhan. Saat tiba disana, kami langsung disambut dengan baik dan hangat dengan tarian khas suku Mentawai yaitu Turuk Laggai diiringi dengan tuddukat (gendang tradisional khas Mentawai).
Tak lama, kami anak anak T-som, dan kaka pendamping serta Pastor pergi ke Gereja stasi Gotab yang berada di atas bukit. Di sana kami diperkenalkan dengan pengurus gereja di sana. Kami pun memperkenalkan diri kami masing masing, setelah itu kami melakukan pembagian Rumah, dan saya akan tinggal bersama keluarga Kebbu (kaka) Eman dan Kebbu Novi.
Di malam pertama saya di stasi Gotab, saya tidak bisa tidur karena ketakutan tidur sendirian di tempat baru di temani lampu yang redup. Karena bosan, saya iseng membuka handphone saya, walau tak ada jaringan saya melihat pesan Grup Whatsapp yang belum saya buka kemarin. Ketika membuka grup lingkungan St. Carolus, saya kaget karena di dalam grup itu banyak warga yang yang mendoakan papa saya untuk lekas sembuh, saya khawatir dan bertanya tanya bagaimana keadaan papa saya sekarang, air mata mulai mengalir di pipi saya sampai saya ketiduran.
Keesokan harinya, tanggal 24 Desember 2023 saya bangun disambut dengan ayam yang berkokok, udara segar dari pohon pohon yang hijau di sana, setelah itu saya membantu kebbu Novi memasak subbet yang adalah makanan khas mentawai dari ubi dan pisang yang dicampur menjadi satu lalu di lumuri dengan parutan kelapa. Tak lama kami semua bersiap untuk misa Adven minggu ke 4, saat misa saya berdoa dan berserah untuk kesembuhan papa saya yang sedang sakit di Bandung. saya percayakan kepada Tuhan Yesus lewat ekaristi yang adalah sumber kekuatan bagi saya.
Saya melanjutkan pelayanan misi saya dengan sukacita di stasi Gotab. Malam harinya saya dan teman teman T-som melakukan pelayanan sebagai misdinar pada saat misa hari raya natal. Saat homili, Romo Maman mengatakan bahwa kami anak anak T-som tidak merayakan natal bersama keluarga, ketika itu langsung muncul perasaan sedih di dalam diri saya. Terjadi pergolakan di dalam diri saya, rasanya ingin pulang saat itu juga untuk memeluk mama papa dan adik saya. Tapi hati kecil saya mengingatkan kalau saya sedang bermisi. Saat ini saya sedang melakukan pelayanan di stasi Gotab. Biarpun rindu dengan keluarga saya, tapi saya hanya bisa mendoakan mereka semua dimalam natal ini. Setelah misa ibu-ibu di sana menghampiri saya dan mengatakan “Selamat Natal adek, jangan sedih ya, karena adek sudah kami anggap keluarga sendiri di sini”
Mendengar perkataan itu hati saya langsung tersentuh, karena walau kami baru bertemu, namun warga- warga di stasi Gotab, memberikan kasih dan kehangatan bagi saya. Saya sadari di situ bahwa di malam natal yang indah ini, saya harus bersukacita bersama dengan keluarga baru saya di Gotab. Sehingga, tergeraklah hati saya untuk lebih mengenal keluarga baru saya di Gotab.. Saya yakin mereka dapat menerima saya dengan baik karena kasih dan kepedulian yang mereka miliki. Maka, saya pun harus melakukan hal yang sama bahkan lebih. Saya berusaha untuk membantu membereskan rumah, Cuci piring, cuci baju dan memasak bersama layaknya seorang anak. Saya bersukacita dalam keluarga baru saya. Dan tidak lupa berserah dan berharap lewat perantara kasih Tuhan, Papa saya dapat pertolongan kesembuhan.
Saya bersyukur dapat melaksanakan pelayanan misi di stasi Gotab, walau perutusan misi kali ini menjadi tantangan baru yang cukup besar bagi saya, rasanya seperti naik Roller Coaster karena ada suka dan dukanya. Saya senang dapat berdinamika, hidup bersama warga – warga disana yang menyayangi saya layaknya seorang anak kandung selama 3 hari, lewat pengalaman Mentawai pilgrimage saya juga dapat lepas dari handphone dan sosial media yang biasanya saya lakukan selama ini, Kehangatan saya rasakan pula lewat kebersamaan singkat kami, banyak pula pelajaran yang saya dapatkan lewat pengalaman berharga ini, saya berusaha untuk melawan segala ketakutan saya dari ombak laut dan kegelapan di sana karena tidak ada listrik. Saya juga meneladani kehidupan sederhana di sana. Dan yang paling penting adalah saya belajar untuk lebih berserah dan percaya kepada Tuhan, atas segala masalah dan pergumulan hidup yang saya alami. Saya percaya akan kekuatan doa yang akan menyembuhan papa saya. Saya belajar dan yakin lewat pengalaman berharga ini saya akan lebih memasrahkan diri saya kepada Tuhan dan percaya pada-Nya.
Terimakasih Gotab, untuk pengalaman berharga yang tak terlupakan.
“Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan , maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar itu goyah” – MAZMUR 55:22