Eleutheria Hedva Nathania – Peserta TSOM#3 K. Pangkalpinang
Bermisi Mengubah Hidupku
Pada awal mula ketika pertama kali aku mendengar istilah “T-SOM” disitu juga aku banyak mendengar kata “BERMISI”. Jujur, aku sangat bingung karena belum mengetahui tentang apa itu T-SOM dan apa itu bermisi. Setelah aku mengenal T-SOM perasaanku yang awalnya bingung berubah menjadi takut. Persaan takut itu terjadi ketika aku mengetahui bagaimana kegiatan T-SOM ini akan dilaksanakan, yaitu aku harus menjalaninya dengan konsisten selama satu tahun dan siap sedia untuk diutus. Aku sangat bimbang, karena di satu sisi aku belum siap pergi keluar daerah sendiri tanpa orang tua. Di sisi lain, aku ingin mengetahui lebih dalam tentang apa itu misi dan bagaimana rasanya bermisi, dan itu akan menjadi pengalaman baru untuk diriku sendiri. Setelah bergulat dengan diri sendiri dan mendapatkan dukungan orang tua , keluarga dan teman-temanku yang lainnya, aku membulatkan tekad memilih mengikuti program T-SOM .
Aku bergabung menjadi anggota T-SOM dari Keuskupan Pangkalpinang. Aku mulai mempersiapkan diriku terutama membangun hidup rohani dan selalu menjaga kesehatan. Aku mengikuti pertemuan nasional T-SOM ketiga ini di Pacit, Mojokerto, Surabaya. Judul pertemuan ini adalah “Surabaya Friendship”. Kami, peserta T-SOM Indonesia III, dikumpulkan untuk saling mendekatkan diri satu dengan yang lain. Di Surabaya Friendship, kami menggunakan waktu untuk berdinamika dengan masing-masing kelompok agar kami semakin mengenal satu dengan yang lain. Kegiatan Surabaya Friendship ini membawa banyak manfaat dan pengalaman untuk diriku sendiri. Aku mendapatkan banyak teman dari berbagai keuskupan di Indonesia. Aku mendalami pelajaran tentang misi remaja Katolik dan belajar cara mengatasi tantangan lewat dinamika kelompok dan outbond. Kegiatan Surabaya telah menanamkan semangat membangun persaudaraan dan kerjasama. Aku adalah seorang misionaris; aku harus menghargai perbedaan, mengapresiasi dan mendukung orang lain untuk bertumbuh dan berkembang.
Pertemuan nasional kedua di Muntilan dengan judul “Muntilan Prayer”. Kegiataan pertemuan kedua ini lebih menekankan aspek rohani dan pengetahuan iman. Aku belajar untuk berdoa, meditasi, membaca dan merenungkan Sabda Tuhan. Aku melakukan ziarah misi dari Museum Misi Muntilan sampai Gua Maria Sendangsono. Ziarah ini mengajarkan saya untuk sejenak berjalan bersama menelusuri jejak langkah para misionaris di daerah Jawa Tengah. Selama proses pertemuan nasional kedua ini, aku mulai menyadari bahwa bermisi tidak gampang. Aku sangat terkesan dengan perjuangan para misionaris. Melalui semangat mereka, aku memutuskan untuk membuat janji dengan diriku sendiri bahwa aku akan menjadi seorang misionaris yang siap diutus kemanapun itu untuk mewartakan kerajaan Allah.
Pertemuan nasional ketiga di kota Makassar dengan judul “Makassar Action”. Fokus pertemuan ini adalah mempelajari Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan menerapkan dilapangan memalui kegiatan live in. Aku menjalankan praktek kerja di pabrik udang dengan tugas utamanya adalah melipat inner. Dari pengalaman ini aku mulai menyadari bagaimana letihnya orang-orang bekerja mendapatkan uang demi kelangsungan hidup mereka. Melalui kegiatan ini, aku berjanji mulai dari sekarang aku harus lebih menghormati kedua orang tuaku yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupku.
Pertemuan nasional keempat di pulau Mentawai dengan tajuk “Mentawai Pilgrimage”. Aku mengatakan ini pertemuan terakhir dan paling mengesankan bagiku. Jujur, pada awal ketika aku mengetahui bahwa aku akan bermisi di Mentawai, aku sangat khawatir. Banyak kisah tentang kesulitan metawai, seperti tidak adak internet, listrik, jalan jelek dan perjalanan laut dengan gelombang besar. Dan banyak kisah lain tentang Mentawai yang menciutkan nyaliku untuk bermisi. “Aku remaja misioner, anak T-SOM harus tangguh” inilah kata-kata penghiburan untuk mengutkan jiwa ragaku agar tetap ke Mentawai. Aku mau mulai dari sekarang membiasakan diriku untuk keluar dari zona nyamanku.
Aku telah melakukan perjalanan misi ke Mentawai. Kendaraan ferry mengantar aku ke Mentawai dan boat mengantar aku menelusuri pantai, tanjung, selat dan sungai di Mentawai. Boat yang aku tumpangi dihatam gelombang dan angin sakal membuat boat terombang ambing dan kami basah kuyup. Semakin jauh dari pantai cuaca malahan semakin buruk, kami-pun memutuskan untuk mendarat di sebuah pulau terlebih dahulu sambil menunggu cuaca bagus.
Ketika aku tiba di tempat tujuan, para warga telah menunggu dan menyambut kami dengan hangat. Perasaan takut dan gelisah buyar ketika sukacita dan persaudaraan para warga menjamu kami. Aku merasa mereka seperti keluargaku sendiri, begitu juga mereka memperlakukan saya dan teman-teman seperti anak, adik, kakak mereka sendiri. Kekompakan para warga juga menambah indahnya hidup bersama mereka. Aku salut dengan para warga, meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan, mereka tetap menampilkan kebahagiaan yang tiada batasnya.
Satu momen indah bagiku adalah merayakan Natal bersama mereka, melantunkan lagu malam kudus dalam kesederhanaan namun penuh kehangatan dan kekeluargaan. Kami semua saling berbagi sukacita. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena boleh mendapat kesempatan untuk mendoakan saudara-saudariku yang sedang sakit di tempat itu. Aku sangat gembira dan terharu adalah duduk makan bersama mereka, bercanda dan saling melayani. Mungkin ini hal biasa dan sederhana bagi mereka tetapi bagi saya ini peristiwa penting dan luar biasa bagi hidupku. Kebersamaan dalam peristiwa-peristiwa kecil dapat memberikan pelajaran besar bagiku untuk menata hidup untuk meraih masa depan.
Dalam setiap refleksiku, aku mulai menyadari bahwa program T-SOM telah membawa perubahan besar bagi hidupku. Aku sekarang telah tumbuh menjadi seorang remaja katolik yang cerdas, gembira, tangguh dan misioner. Aku menyadari bahwa bermisi itu sangat menyenangkan, sebab lewat misi aku belajar untuk mengerti tentang kehidupan. Aku bangga telah menjadi bagian dari T-SOM, sebab lewat T-SOM aku telah menjejaki banyak tempat belajar hal baru. Aku siap sedia bermisi karena Gereja selalu memanggilku. “Jika kita tidak mencoba, kita tidak akan tahu, maka dari itu, ayo kita mulai bermisi dari sekarang!
Quotes
“But if you never try, you’ll never know” Fix You by Coldplay