Halo-Halo Bandung
Yeayy….Pertemuan Nasional TSOM#4 akhirnya datang juga. Pada saat pertama kali mendapatkan informasi dari Dirdios bahwa pertemuan nasional TSOM#4 akan segera dilakukan saya sangat antusias. Rasa antusias saya bercampur dengan kekhawatiran, bahkan saya berpikir “Apakah saya mampu untuk mendampingi adik-adik saat TSOM ?”. Hmmm…..bahkan saat perjalanan menuju Bandung saya merasa gemetar dan berdebar. Pikiran saya berkecamuk, “Bisakah saya berkomunikasi tanpa rasa akward ?, Bisakah saya mencairkan suasana ?. Yah…semua pikiran itu pun akhirnya sirna dengan sendirinya. Bandung Friendship, tiga hari berdinamika bersama adik-adik dan para pendamping dari 13 Keuskupan di Indonesia.
Pertama kali tiba di Bumi Silih Asih saya terkagum-kagum, wow…ternyata menjadi pendamping TSOM tidak semenakutkan yang ku pikirkan. Adik-adik pasti betah disini, tempatnya dingin, nyaman dan semua fasilitas ada. Hari pertamaku setelah Perayaan Ekaristi kuhabiskan dengan banyak berkenalan dengan para pendamping dari keuskupan lain. Wah, ternyata banyak pendamping-pendamping muda bersemangat yang kutemui. Kami pun saling bertukar akun IG dan menyimpan nomor WA. Saat hari pertama acara di Bandung sebenarnya saya berkeinginan mengikuti semua kegiatan yang juga diikuti oleh peserta TSOM, supaya saya bisa berkomunikasi dengan adik-adik tentang bagaimana perasaan mereka mengikuti sesi itu. Ternyata hal ini tidak dapat saya lakukan, para pendamping ternyata mempunyai tugas juga dalam kegiatan outbond jadi kami harus mempersiapkannya secara terpisah.
Hari kedua dan ketiga di Bandung, saya merasa sudah mendapatkan bonding dengan adik-adik peserta TSOM. Kami dapat berkomunikasi dengan baik dan kami berbagi cerita seru selama menghabiskan waktu tiga hari di Bandung. Selain dengan adik-adik saya pun mulai dekat dengan para pendamping, kami bekerja sama dan saling berbagi pengalaman sebagai pendamping dalam kegiatan TSOM. Ya, mungkin dikarenakan perbedaan generasi saya terkadang merasa sebagai seorang pendamping masih kurang dapat memberikan pendampingan yang baik kepada adik-adik, khususnya untuk keuskupan saya sendiri. Dari pertemuan Bandung Frienship ini saya belajar bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan adik-adik dan pendamping yang berbeda generasi dengan saya. Ternyata berkomunikasi dengan adik-adik tidak sesulit yang kubayangkan, kemukakan saja pendapatmu dengan jujur, lalu biarkan adik-adik bercerita apa yang mereka alami, saya cukup jadi pendengar yang baik dan sesekali menyimpulkan kumpulan cerita-cerita mereka. Selain itu saya belajar banyak gerak dan lagu serta games-games, pembelajaran yang saya dapatkan ini sangat berharga karena selama ini saya merasa menjadi pendamping yang kurang dapat menampilkan gerak dan lagu yang ceria. Dari pertemuan di Bandung saya juga banyak menyadari ternyata saya bisa menjadi teman sekaligus pendamping yang dapat berkomunikasi baik dengan adik-adik yang terpaut jauh usianya dengan saya. Melalui teman-teman pendamping muda dari keuskupan lain, saya juga menyadari ternyata saya bisa lho menjadi pendamping yang dapat mencairkan suasana menjadi seru. Bandung Frienship kali ini sungguh banyak menyadarkan saya, menjadi pendamping bukan hanya pencitraan saja, menjadi seorang pendamping itu adalah salah satu ekspresi cintaku kepada Tuhan.
Dari pertemuan ini saya memiliki niat untuk tidak terlarut dengan pemikiran sendiri, mau saling berbagi cerita dan pengalaman dengan adik-adik dan juga pendamping lainnya serta menjadi pendamping yang selalu mendengarkan adik-adik.
Ayat :
Keluaran 4 : 11-12
Tetapi Tuhan berfirman kepadanya : “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni Tuhan ? oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.”
Doa :
Allah Bapa yang bertahta di Kerajaan Surga, puji dan syukur saya haturkan kehadiratMu atas segala berkat dan perlindunganMu yang telah Engkau berikan kepadaku. Ya Bapa saya bersyukur atas segala pengalaman baru yang saya dapatkan. Bapa terima kasih kuucapkan atas segala pelajaran, teman dan rasa bahagia juga sedih yang saya dapatkan di saat pertemuan ini. Bapa saya percaya segala pengalaman yang saya dapatkan ini untuk kebaikan dan kemajuan saya. Bapa bimbinglah selalu saya agar menjadi pribadi yang dapat engkau pakai untuk menjadi berkat bagi sesama. Ya Bapa doa ini saya haturkan melalui PutraMu Yesus kristus Tuhan dan juru Selamat kami. Amin.
