Lavenia Laiherman, T-SoM#4

Lavenia Laiherman
Saat saya berangkat ke Bandung, perasaan saya campur aduk, ada perasaan khawatir, tegang, gembira, hingga ketidaksabaran. Saya pada hari pertama khawatir saya tidak akan mengenal banyak teman di sana. Tapi saya juga tidak sabar untuk bertemu dengan teman baru di sana. Perjalanan ke Bandung estimasinya hanya 3 jam, tapi ternyata butuh sekitar 6 jam untuk sampai ke Bandung karena macet. Saya masih ingat perasaan saya yang sangat kagum saat itu. Ternyata tempatnya sangat mewah, bahkan saya saat disana masih tidak percaya saya akan beraktivitas siang dan malam di Bumi Silih Asih. Pada akhirnya saya diantar ke kamar saya, disana sudah ada 2 teman sekamar saya, Cilla dari Pangkal Pinang dan Zefa dari Amboina. Ternyata benar dugaan saya, bahwa saya akan merasa canggung awalnya dengan orang-orang yang pertama saya temui. Tapi kecanggungan itu tidak bertahan lama dengan banyaknya hubungan dan perbincangan yang kita lakukan bersama pada hari itu. Jam 4 akhirnya ada misa pembuka, dilanjutkan dengan animasi. Seru banget animasi yang kami semua lakukan. Dan saya juga merasa kalau di T-SOM ini saya bisa membuka diri seluruhnya. Di sini, baik peserta maupun pendamping rohani saling berinteraksi dengan semangat. Orang-orang yang saya temui juga sangat terbuka satu sama lain. Setelah animasi, ada materi pengenalan diri yang dipimpin oleh Suster Juliva. Materi ini tidak hanya membawa pemahaman baru tentang diri sendiri, tetapi juga mengajak untuk meninggalkan kebiasaan buruk dan merasa dihadirkan di sana oleh Tuhan, yang membuat diri ini berharga. Saat ini, saya dibawa kesadaran dan pemahaman lebih mendalam tentang diri saya sendiri. Bahkan saya akhirnya dapat mengetahui talenta yang selama ini saya miliki, padahal saya sebelumnya tidak mengetahuinya dan tidak menyadarinya. Di materi ini juga pertama kali saya berkumpul dengan kelompok saya. Ternyata kelompok saya sangat suka untuk berbagi tawa. Di situasi seriuspun, kelompok saya masih dapat bercanda. Saya senang dengan kelompok saya, mereka dapat mengubah suasana canggung menjadi suasana yang hangat.

Keesokan harinya, saya merasa lelah. Namun, semangat saya bangkit karena ada kegiatan OutBond dengan teman-teman lain di taman lalu lintas di Bandung. Meskipun perjalanannya cukup jauh, terlebih lagi dengan berjalan kaki, kami tetap bersemangat. Saat menunggu masuk ke taman, kami diminta untuk membuat yel-yel bersama kelompok. Awalnya saya merasa bingung dan lelah setelah berjalan, namun teman-teman saya memiliki pikiran yang kreatif dan saling berbagi ide sambil tertawa. Meskipun terkadang ada perbedaan pendapat, kami berhasil mencapai keputusan yang disetujui bersama. Meskipun kami baru bertemu dan mengenal sebatas nama, kami saling menghargai satu sama lain dan terasa seperti keluarga. Kelompok kami penuh dengan candaan dan lelucon yang membuat suasana menyenangkan. Namun, terkadang candaan tanpa disadari dapat melukai perasaan seseorang. Salah seorang teman terlihat biasa saja saat bercanda, namun saat makan malam, ia tidak tahan lagi dengan candaan yang membuatnya terluka dan akhirnya menangis. Saya menyadari pentingnya memperhatikan cara kita bersikap terhadap orang lain, karena perkataan dan candaan dapat memiliki dampak yang besar pada kehidupan seseorang. Ketika teman saya menangis, dia cenderung menyembunyikan wajahnya untuk tidak menunjukkan bahwa sedang bersedih. Karena dia tidak ingin merepotkan orang lain, saya mengerti bahwa dia ingin privasi dan tidak ingin menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu, saya memberikan waktu untuknya sendiri agar bisa merasa tenang. Menurut pandangan saya, saat seseorang terluka atau sedih, mereka mungkin merasa cemas. Terlalu banyak perhatian bisa membuat kecemasan semakin meningkat. Saya merasa bahwa orang yang sedang bersedih cenderung tidak ingin menunjukkan kelemahan mereka kepada orang lain. Saya sendiri tidak terlalu pandai dalam menghibur dan takut bisa menyakiti perasaan orang lain tanpa disengaja. Namun, saya menyadari bahwa terkadang seseorang butuh untuk mengekspresikan kesedihannya. Mungkin ada pengaruh dari pengalaman masa lalu yang membuat seseorang enggan untuk berbagi kesedihan. Namun, penting bagi mereka untuk menemukan orang yang tepat untuk berbagi. Menghibur seseorang sebenarnya tidak memerlukan keahlian khusus, terkadang mereka hanya butuh didengarkan. Ketika teman saya berbagi kesedihannya, dia merasa lebih baik dan lega. Pengalaman ini membuat saya menyadari betapa pentingnya menjadi orang yang terbuka dan peka terhadap perasaan orang lain.

Hari ketiga dimulai dengan sedikit keterlambatan saya dalam bangun pagi karena kurang tidur dan kelelahan dari kegiatan sebelumnya. Saat Ibadah pagi, rasa ngantuk saya masih terasa. Setelah sarapan, saya kembali ke kamar sambil menunggu teman-teman yang lain. Materi pertama pada hari itu adalah tentang public speaking, dipimpin oleh seorang Master of Ceremony bernama Nodi Rahadian. Meskipun saya merasa ngantuk saat pembahasan teori dasar, penjelasannya sangat jelas dan menarik. Setelah pembahasan teori selesai, kami diajak untuk praktek dan melatih artikulasi, yang membuat saya merasa segar kembali. Saat melihat Nodi Rahadian, saya lebih memperhatikan gerak-geriknya karena kecanggungan bahasa tubuh saya sering menjadi masalah saat berbicara di depan umum. Saya terkesan dengan kecakapan dan ketegasannya di panggung, serta kemampuannya dalam memikat perhatian penonton. Dalam pembahasan ini, saya semakin sadar bahwa kegugupan saya di depan umum sering dipicu oleh kekhawatiran akan penilaian orang lain. Saya selalu terpaku pada pikiran tentang bagaimana penonton melihat saya, dan takut melakukan kesalahan yang akan diingat orang lain. Namun, saya menyadari bahwa kesalahan seseorang tidak selalu diingat orang. Dari situ, saya memiliki target untuk tidak terlalu memikirkan sudut pandang orang lain. Pada siang hari, ada pembahasan tentang T-SOM dengan Romo Nur Widi. Awalnya pembahasan ini biasa saja, tetapi ada momen menarik ketika Romo membahas tentang hubungan antar agama, terutama mengenai pacaran beda agama. Dia menyampaikan bahwa meskipun dalam Katolik tidak diperbolehkan menikah dengan Non-Katolik, namun boleh berpacaran dengan mereka. Bahkan, dia menyarankan untuk memperkenalkan orang Non-Katolik menjadi umat Katolik. Pembahasan ini sangat menarik perhatian saya karena mencerminkan dinamika hubungan agama dalam konteks percintaan.

Tiga hari ini saya merasakan hubungan persaudaraan yang kuat. Walau bertemu hanya 3 hari, tapi saya rasanya tidak ingin pisah dengan mereka. Tiga hari yang dihabiskan untuk berkegiatan, berbagi cerita, dan saling bertukar tawa bersama dengan yang lainnya. Sungguh pengalaman ini adalah pengalaman yang sangat mengesankan bagi saya. Dari pengalaman saya di Bandung Friendship ini, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran dan juga nasihat. Secara garis besar, saya belajar untuk menjadi orang yang terbuka. Menurut saya, dengan orang terbuka dengan pemikirannya, kita dapat menerima pemikiran orang lain. Pada sesungguhnya, pemikiran atau sudut pandang orang itu masing-masing berbeda, dan itu semua unik adanya. Karena juga pada saat menjadi orang yang tertutup dan hanya memikirkan sudut pandang diri sendiri, dapat membuat suatu kesalahpahaman yang sangat besar. Saya juga sadar untuk tidak terlalu jauh untuk memikirkan pendapat atau sudut pandang yang disukai orang.

Niat :
● Belajar untuk menjadi orang yang terbuka.
● Tidak hanya mementingkan pemikiran atau pendapat diri sendiri.
● Menghargai perasaan orang lain.
● Lebih menghargai lagi kemampuan yang dimiliki.
● Tidak takut untuk membuka diri.
● Mendengarkan pendapat atau pemikiran orang lain.
● Berani untuk berdiri di depan umum.

Doa :
Ya Tuhan yang Maha Pengasih. Saya bersyukur atas anugerah yang kau berikan sehingga saya mendapatkan pengalaman yang berharga ini. Terima kasih atas setiap langkah yang telah Engkau pandu, setiap pelajaran yang telah Engkau ajarkan, dan setiap momen yang telah Engkau berikan kepada saya. Terimakasih karena Engkau telah membimbing saya melalui berbagai ujian dan cobaan, serta menguatkan saya melalui setiap tantangan yang saya hadapi. Saya juga bersyukur atas segala karunia yang Engkau limpahkan, karena Engkau telah memperkaya hidup saya dengan pengalaman yang berharga. Ya Tuhan, saya juga memohon agar Engkau terus memberkati saya dengan pengalaman-pengalaman yang mendewasakan. Bimbinglah saya untuk selalu menjalani hidup ini dengan penuh kebijaksanaan dan kasih sayang. Berilah saya kekuatan untuk terus berusaha menjadi orang yang lebih baik lagi setiap harinya. Saya memohon agar Engkau menguatkan tekad saya untuk senantiasa mengembangkan diri, memperbaiki kesalahan, dan bertumbuh dalam iman serta kasih. Bimbinglah langkah-langkah saya supaya selalu sejalan dengan kehendakMu, dan jadikanlah saya alat bagiMu untuk memberikan serta menjadi berkat bagi orang lain. NamaMu saya puji, kini dan sepanjang masa. Amin

Ayat
Yesaya bab 40 ayat 31 :
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik tinggi dengan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi letih, mereka berjalan dan tidak menjadi lesu.”