Michael Dias Fernandez, T-SoM#4

Peserta T-SoM Angkatan ke-4


Michael

“Friendship bukan lagi Teman tapi Saudara”

            Pada Tanggal 7- 9 April 2024 saya mengikuti pertemuan nasional TSOM angkatan 4 yang pertama bertempat di Kantor Keuskupan Bandung Bumi Silih Asih, Bandung Friendship adalah tema pertemuan nasional pertama ini. Dari sekian banyak pengalaman yang seru, sedih, lelah dan lucu saya mengalami satu peristiwa yang paling berkesan bagi saya.

Saat hari kedua pelaksanaan pertemuan ini, kami semua dibagi kelompok, saya masuk ke dalam kelompok 3 yang menurut saya teman-temannya lemas dan kurang semangat, semangat saya juga semakin menurun walau sudah Ekaristi dan sarapan tetapi kembali merasakan kantuk. Saya dan teman-teman semua melakukan kegiatan outbound di Taman Lalulintas, sebelumnya saya harus berjalan dulu kurang lebih 3 kilometer dari Bumi Silih Asih, perjalanan yang saya lakukan terasa sepi dan biasa saja karena tidak ada suara atau semangat dari teman-teman, saya merasa greget karena mau bersemangat menjalani seluruh kegiatan ini, sekali kali saya mengajak teman teman bernyanyi bersama dan bersorak semangat.

Akhirnya saya sampai di Taman Lalulintas bersama teman-teman, kami diminta membuat yel-yel, belum nampak rasa semangat dari teman kelompok saya walau sudah terbentuk yel-yel dari kerjasama pertama kami. Kami masuk ke Taman Lalulintas dan melakukan games di setiap pos seperti kumpulkan koin dari kotak rahasia, estafet gelas, arahkan bola dengan sumpit dan terong, estafet gelas, estafet air dan tepung, juga permainan lainnya.

Akhirnya setelah melakukan games di beberapa pos kerjasama kami semakin meningkat dan terlebih pada pos berjudul sssttt, kami semua diikat, ditutup matanya, dan tidak boleh bersuara hanya mendengar orang di paling depan yang mengarahkan, saya mengarahkan dan membantu teman-teman supaya tidak merusak atau menjatuhkan rintangan yang ada.

Hal ini mengingatkan saya akan diri saya sendiri, karena dari cermin pengalaman saya, saya tahu sikap saya yang selalu tidak peduli orang di sekitar saya, malas untuk berbuat atau melakukan aksi yang bermanfaat bagi orang lain meski saya tahu hal itu baik, saya pun sadar bahwa tidak baik bersikap egois, tega, dan tidak peduli amat dan terus diam di zona nyaman saya sendiri, saya seringkali malu, merasa tak bisa, banyak alasan untuk membantu sesama di sekitar saya. Saya tidak mau lagi sikap tersebut ada dalam diri saya, saya mau untuk berkomitmen bahwa harus menerima teman, saudara, keluarga atau siapapun itu dengan apa adanya, Saya mau Friendship ini tidak hanya sebagai teman tetapi menjadi saudara yang tak terpisahkan dan saling melengkapi, tidak hanya dalam pertemuan saja tetapi dalam kehidupan sehari-hari, saya juga perlu percaya terhadap teman saya karena hidup yang saya jalani tidak dapat terlaksana apabila saya hanya seorang diri.

Saya mau menjadi lebih baik dengan mencoba dan melakukan terus menerus sebab tertulis dalam 2 Korintus 8:14

“Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.”

Saya mau menerapkan kalimat  “Cara terbaik untuk tetap hidup dalam kedamaian adalah dengan saling memahami dan menghargai, bukan membenci perbedaan.” Saya belajar bahwa dari berteman banyak orang memiliki caranya masing-masing untuk bekerja, menghargai ornaglain. Mungkin saya inginnya selalu heboh dan semangat, tetapi sebetulnya teman-teman saya semangat hanya saja semangat teman-teman saya tidak bisa dilihat di wajah ataupun teriakan. Perasaan semangat tersebut hadir dalam bentuk kehadiran, mau mendengarkan, dan terlibat memberikan diri untuk orang lain.

Tuhan Terimakasih Engkau telah menciptakan saya secara unik dan punya teman-teman yang unik pula, semoga terang-Mu mempersatukan kami semua agar dapat saling melengkapi dalam semua hal demi kemuliaan nama Mu, sebab Dikau yang kami puji kini dan sepanjang segala masa. Amin.