Plasida Alsorigussa

Plasida - K. Sanggau

Bandung Friendship is done!

Saat saya ditunjuk menjadi pendamping anak-anak dari Keuskupan Sanggau, banyak sekali kekhawatiran yang saya rasakan. Saya menyadari bahwa sifat saya yang pendiam ini membuat orang lain merasa sungkan untuk berinteraksi dengan saya. Entah orang baru tersebut
menganggap saya sombong dan sebagainya. Sebenarnya, saya ingin sekali seperti orang lain yang bisa dengan mudah punya interaksi yang sangat akrab dengan orang baru.

Pada saat perjalanan,saya merasakan bahwa anak-anak dan Dirdios kurang berinteraksi dengan saya karena sifat pendiam saya tersebut. Muncul pertanyaan dalam diri saya, apakah saya mampu mendampingi anak-anak? Apakah saya bisa berinteraksi dengan pendamping lainnya pada saat sudah di sana? Saya sangat khawatir.

Saya akhirnya berusaha untuk membuka diri. Setiap anak-anak terlihat bingung terhadap sesuatu, saya tanyakan. Saya ajak anak-anak untuk berfoto bersama supaya suasana menjadi lebih cair. Saat dengan anak-anak sudah mulai akrab, saya mulai khawatir bagaimana punya interaksi yang akrab dengan sesama pendamping.

Pendamping yang lain terlihat bisa akrab satu sama lain,saling sharing bagaimana pengalaman mereka menjadi pendamping di Parokinya, dan bagaimana pengalaman mereka mendampingi anak-anak diangkatan T-SOM sebelumnya. Sebagai pendamping yang baru saya harus berusaha bisa punya interaksi yang baik karena ini adalah pengalaman baru bagi saya.

Saat makan, saya memang cenderung lebih suka sendirian. Namun, ada beberapa pendamping yang mau duduk semeja dengan saya. Dan saya merasa bersyukur karena ada yang tidak sungkan untuk duduk makan bersama dengan saya. Kesempatan tersebut saya gunakan dengan baik. Saya bertanya bagaimana caranya supaya bisa mendampingi anak-anak dengan baik, bagaimana persiapan kita sebagai pendamping untuk menghadapi anak-anak pada saat pertemuan nasional selanjutnya. Puji Tuhan, mereka merespon saya dengan baik dan informasi yang saya dapatkan juga banyak.

Begitupun dengan teman sekamar saya. Saya membagi tempat untuk Kak Petra teman sekamar saya, baik tempat penyimpanan maupun gantungan baju, saya sisakan untuk beliau. Supaya beliau tidak merasa sungkan dengan saya. Saya ajak mengobrol, saya bertanya tentang pengalamannya selama perjalanan dari Muntilan ke Kota Bandung, saya juga bertanya bagaimana pengalamannya mendampingi anak-anak. Saya pun selalu menunggu beliau siap-siap supaya kami bisa keluar bersama menuju Aula. Selain itu, kami saling mengingatkan untuk mematikan lampu dan AC kamar. Saya sangat senang dengan respon Kak Petra sebagai teman sekamar saya.

Pepatah mengatakan “usaha tidak akan mengkhianati hasil” itulah yang saya rasakan.

Usaha saya membuka diri, membuat pendamping lain pun merespon baik terhadap saya. Saya diajak berfoto, diajak makan bersama dalam satu meja, saya senang sekali. Anak-anak pun juga merespon baik arahan dari saya dan bercerita pengalamannya selama mengikuti Bandung Friendship. Sehingga, pada saat diperjalanan pulang mereka banyak sharing dengan saya dan saya pun memberikan arahan kepada mereka tentang agenda selanjutnya yang akan kami lakukan. Puji Tuhan respon mereka baik dan mau berkomitmen selama pembelajaranT-SOM ini. Selain anak-anak, orang tua pun merespon baik maksud dan tujuan saya.

Sekarang PR saya cuma satu, bagaimana saya bisa membuka diri dengan semua orang.

Saya harus bisa mengakrabkan diri dengan anak-anak seluruh peserta T-SOM 4 dan saya harus bisa berinteraksi dengan semua pendamping supaya tidak ada kesalahpahaman dan saling membantu dalam hal pendampingan.