Tita Rahayu

Kak Tita

“Perjumpaan memberikan peneguhan, menghadirkan sukacita dan cinta kasih”

Saya sangat excited sekali dengan pertemuan Bandung Friendship. Disela kesibukan, saya berusaha meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan tim kami untuk hadir di acara tersebut. Keuskupan kami terdiri dari RD. Patris, sebagai Dirdios, saya sendiri sebagai pendamping, serta ke-empat anak T-SOM yaitu Abel, Angela, Eras, dan Ziov. Tugas pertama saya adalah membuat anak-anak saling akrab satu sama lain karena mereka belum pernah bertemu. Kami pun mengadakan pertemuan pertama di rumah Abel dan kami dijamu keluarganya dengan sangat baik dan hangat. Saya merasa diterima dan diberi kepercayaan oleh orang tua anak-anak serta room. Itu sangat berarti bagi saya. Long story short, anak-anak sudah akrab dan segala persiapan sudah beres hingga tiba waktunya kami berangkat menuju Bandung.

Dalam proses perjalanan menuju Bandung ada beberapa hal yang saya alami. Dari mulai sakit, lelah, lapar, bingung, dan di dalam hati ini bertanya-tanya “bagaimana ya nanti di sana?”. Saya mempunyai kekhawatiran terhadap diri saya karena saat itu saya sedang banyak pikiran. Tapi sesampai di bandara Jakarta saya sadar bahwa saya harus fokus dengan kegiatan ini dan harus meninggalkan masalah saya sejenak. Saya berdoa dan minta sama Tuhan untuk menguatkan diri saya pada saat itu. Setelah hampir 24 jam perjalanan dari Sintang-Pontianak-Jakarta-Bandung sampai juga kami di Bumi Sili Asih Bandung. Rasa capek hilang seketika saat melihat panitia menyambut kami dengan hangat.

Selama mengikuti kegiatan Bandung Friendship saya sangat excited. Di hari pertama saya dan beberapa teman dari Keuskupan Padang dan Tanjung Selor mendapatkan tugas membuka acara tersebut dengan animasi selama 1,5 jam. Ini waktu yang cukup panjang bagi kami. Setelah berdiskusi singkat akhirnya kami memutuskan untuk membuat serangkaian acara dan puji Tuhan semua berjalan baik. Dalam proses ini saya merasa menemukan saudara baru yang tak disengaja dan kami menjadi akrab satu dengan yang lainnya. Saya benar-benar bersyukur dengan prosesnya. Ada banyak sekali pengalaman yang saya rasakan terjadi di acara ini. Rasa syukur terus mengalir setiap waktunya, meskipun kadang rasa lelah dan tanggungjawab yang tetap harus dijalani. Tak terasa tiga hari berlalu begitu cepat dan kami sampai pada malam terakhir kegiatan. Tiba-tiba Bu Lili memanggil semua pendamping ke depan dan meminta kami untuk sharing. Pada saat dipanggil saya pun berdiri paling ujung. Bu Lili waktu itu berbicara jika kita semua ini adalah keluarga, harus saling menjaga dan peduli. Jangan sampai mem-bully sesama. Dan kagetnya Bu Lili meminta yang sharing dari yang paling ujung, dan saya adalah orang pertama yang harus bercerita. Pada waktu itu emosinal saya ga bisa saya tahan. Saya ceritakan betapa beruntung sekali bisa menjadi bagian dari T-SOM 4 ini. Saya merasa bahagia bisa diterima dengan baik di kegiatan ini. Jujur, beberapa waktu lalu saya mengalami hal yang berat dalam hidup saya sehingga sulit bagi saya untuk membuka diri dan mau mengenal orang baru karena itu sangat menguras energi saya. Saya tidak mudah percaya kepada orang baru dan tidak ingin berjumpa dengan orang baru. Tetapi melalui kegiatan ini, Tuhan menujukkan kepada saya bahwa Ia begitu mengasihi saya melalui perjumpaan dengan semua orang di acara Bandung Friendship. Itulah yang membuat air mata saya mengalir karena saya benar-benar bersyukur menemukan kehangatan keluarga baru di T-SOM 4 ini. Setelah itu kami semua berpelukan dan kami menutup malam dengan hati yang bahagia hingga acara selesai.

Saya sadar sebagai manusia saya mempunyai banyak kelemahan dan kekurangan, namun ternyata melalui perjumpaan ini, saya menemukan Kasih Tuhan dan kehangatan kekeluargaan yang dibalut dalam dinamika Bandung Friendship. Berbahagialah kita yang tetap percaya kepada-Nya, meskipun kita tidak melihat. Namun kita merasakan kehadiranNya lewat sesama kita. Tuhan memberkati.