Yety Tunyaman

Kak Yety

BANDUNG`FRIENDSHIP PUNYA CERITERA

Salam Misioner Teman-teman.

Kehidupan setiap orang tak henti-hentinya menerima campur tangan Tuhan yang luar biasa. Begitu juga dengan saya yang pada tanggal 12 Ferbuari, ditunjuk langsung oleh Dirdios KKI KA, Pastor Antonius Lopez Sirken untuk menjadi pendamping peserta T-SOM ke-4 Tahun 2024 lewat rapat TIM KKI melalui Zoom. Awalnya hanya bisa diam dan termenung dengan hati kecil yang bertanya, “Kenapa harus saya?. Masih banyak teman-teman TIM KKI lainnya yang lebih dari pada saya!”. Namun sejenak terbesit kalimat yang dulu pernah diucapkan oleh mendiang Ayah dan ibu, (Kalau itu pekerjaan Tuhan, berjalanlah!. Jangan pernah takut, pasti Tuhan menyertaimu). Karena itulah, dengan tidak membuang kesempatan yang ada, saya siap untuk bermisi!

Misi perjalanan ini dimulai pada hari Sabtu, 6 April 2024. Bangun di pukul 4 pagi, saya mengawali pagi dengan berdoa lalu bersiap-siap untuk berangkat. Titik kumpul tepatnya di Gereja Santo Frasiskus Xaverius Ambon, dimana saya, Dirdios, peserta dan orang tua dari peserta T-SOM akan menuju ke Bandara Pattimura. Seperti biasa, penjalanan diawali dengan doa bersama. Sesampainya di Bandara Pattimura, kami lapor dan chek-in, kemudian kami menuju ruang Tunggu. Peserta T-SOM#4 dan penumpang lain di persilakan menuju ke pesawat dengan jarak tempuh 4 jam dari Ambon – Jakarta. Selama di dalam pesawat, saya tetap bertekun dalam doa, saya berdoa Rosario Kerahim dan Rosario Salam Maria. Setelah lamanya mengudara, kami tiba di Jakarta dan langsung dijemput oleh Kak Agnes yang cantik dan baik hati. Bukan hanya kami, peserta T-SOM#4 dari keuskupan Amboina, tetapi ada juga peserta dari Keuskupan Pangkal Pinang, Keuskupan Manado dan Keuskupan Silboga. Kami di pertemukan dalam satu bus yang kemudian berangkat menuju Bandung dengan jarak tempuh 4 jam perjalanan. Saya menyadari bahwa saat pertemuan awal, suasana canggung masih meliputi satu sama lain karena kami belum saling mengenal.

Setelah perjalanan 4 jam maka tibalah kami ditepat kegiatan tepatnya di gedung Bumi Silih Asih dan disapa oleh Panitia (Ibu Lili, Kak Wiwi dan Panitia lainnya yang tidak bisa disebut satu-persatu). Dan kami darahkan oleh teman-tenma Panitia untuk melalukan registrasi sekaligus pembagian kamar yang akan ditempati selalma mengikuti kegiatan T-SOM#4 di Bandung. Saya mendapat kamar di lantai 2 dan bersama dengan Kak Putra, kami berdua dipercayakan untuk memperhatikan adik-adik peserta yang ada di lantai 2. Selepas dari itu, saya bersama pantia, juga dengan para peserta T-SOM#4 diarahkan menuju lantai 3 untuk makan bersama. Disitulah kami saling mengenal satu sama lain dan mulai membaur lewat candaan serta cerita-cerita singkat.

Dibalik semua itu, saya sadar dan benar-benar belajar untuk dapat menempatkan diri sebagai teman bagi orang lain yang saya jumpai. Apalagi dipercayakan untuk menjadi seorang pembimbing bukanlah hal yang biasa, dimana harus lebih berani membuka diri, menyapa dan membangun relasi yang baik dengan orang lain, meskipun hal itu sulit bagi saya yang orangnnya kaku dan sedikit pemalu. Namun dalam kesulitan yang ada, saya tetap mencoba menyesuaikan diri dan menikmati setiap proses yang ada.

Selesai makan siang, kami bersiap-siap untuk mengikuti Misa Pembukaan Kegiatan T-SOM#4. Misa pembukaan Bandung Friendship yang dipimpin oleh Mgs. Antonius Subianto Bunjamin, O.S.C dan juga didamping oleh para Dirdios dari 13 Keuskupan dengan jumlah pesertanya 75 orang, termasuk teman-teman panitia. Misa berjalan dengan baik dan setelah berkat penutup, kami Peserta T-SOM berfoto bersama dengan Mgr. Antonius Subianto, juga dengan para Dirdios. Suasana yang begitu harmonis kami rasakan saat itu, acara kami dibuka dengan kegiatan Animasi Persahabatan. Sesi perkenalan dipimpin oleh kaka – kaka pendamping dari Keuskupan Sintang, Keuskupan Padang dan Keuskupan Tanjung Selor. Kegiatan tersebut berjalan dengan lancar dan penuh sukacita. Selanjutnya, sebagai kegiatan akhir di hari itu, kami bersatu bersama dalam ibadah Taize yang di pimpin olah kaka Elas dan kawan- kawan dari Keuskupan Manado. Kemudian kami menuju ke kamar masing-masing untuk beristirahat dan menanti hari esok.

Menjelang pagi dengan suasana hening dan hangat, lewat doa pagi, saya mengucap syukur untuk istirahat semalam dan memohon untuk kelancaran proses pelaksanaan T-SOM#4. Kegiatan di awali dengan misa pagi dan penanggungjawab liturgi yaitu Kak Vero Buma dan adik-adik dari Keuskupan Agung Makassar. Misa selesai dan tak lupa untuk sarapan bersama, kemudian menuju Taman Lalu lintas untuk kegiatan outbond dengan bermodalkan jalan kaki. Saya ditempatkan di pos 24 dengan nama Permainan “Bola lalalalalala..”. Terdengar begitu garing dan aneh, namun sangat lucu permainan ini. Kegiatan dipenuhi canda tawa hingga selesai dan kami bersiap-siap untuk kembali ke Bumi Silih Asih. Sebelum itu, kami makan bersama di salah satu rumah makan di Bandung. Dengan perut kenyang dan perasaan puas, kami kembali ke Gedung dengan angkutan umum. Sesampai di BSA kami semua bersantai sebentar dengan sajian teh hangat di sore hari. Setelah itu, kegiatan di lanjutkan dengan menggali makna dinamika persahabatan bersama. Keadaan begitu serius namun sangat bisa dinikmati bersama. Kegiatan berjalan hingga makan malam bersama dan diakhiri dengan istirahat malam.

Pada hari yang ke-3, seperti biasanya, pagi di awali dengan ibadah, sarapan bersama dan packing karna waktunya kita harus kembali ke keuskupan asal dan melanjutkan kegiatan Misi masing-masing. Setelah misa penutup dan makan siang bersama, momen yang tak bisa di pungkiri dari sebuah pertemuan, dimana kami harus berpisah dengan keuskupan Semarang dan Bogor yang juga harus kembali ke keuskupan mereka. Perasaan sedih namun tersembunyi dibalik senyum tipis dan lambaian tangan kami. Begitulah perpisahaan…

Saya mengambil waktu luang untuk beristirahat karena di sore hari akan ada waktu untuk kami menyusuri indahnya kota Bandung. Keuskupan Amboina di jemput oleh Pastor Allo Sititi O.S.C untuk sama-sama menuju puncak Bandung. Rencana awalnya hanya ingin makan malam bersama, tapi karena tempat makan yang ingin dituju tutup, maka dengan sedikit pancingan saya berkata kepada Pastor Allo, “Kalau tidak jadi makan, setidaknya bisalah Pastor…! Kita berfoto-foto saja di puncak sambil mengikuti malam Takbiran”. Maka tak lama, kami di antar ke tempat foto yang sangat bagus, yaitu di Restoran Delulu dan sesampainya disana kami ketemu dengan owner-nya yang bernama Bapak Antonius. Disapa dengan salam hangat dan dengan sajian makan malam membuat saya merasa nyaman. “Setiap perbuatan baik pasti ada rejekinya!”, ujar saya kepada adik-adik. Dan benar demikian, bukan hanya sampai disitu, selesai makan kami di ajak ke sudut pandang, sudut cerita dan kami mendapat banyak pelajaran tentang cara merawat lingkungan yang benar dan terlebih juga menuju sudut rasa, bagian mengenai kuliner yang ada di puncak Bandung. Sehabis itu, kami kembali diantar pulang oleh Bapak Antonius menuju BSA untuk beristirahat di sana.

Paginya saya bersama yang lain harus sudah bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Setibanya di sana, kami benar-benar langsung disambut oleh Ibu Neneng dan Mas Rangga untuk makan siang. Tak hanya itu, setelah selesai kami kemudian diajak jalan-jalan di Taman Rohani PIK 1 dan 2. “Begitu bahagia merasakan suasana yang sangat menyejukan jiwa”, ujar saya dalam hati. Usai sudah perjalanan kami di tanah orang dan segera diantar ke Bandara Soekarno Hatta untuk check-in pada pukul 1 dini hari, dipersilahkan naik ke pesawat. Meskipun sudah sering melakukan perjalanan udara, masih ada rasa takut akan hal-hal yang tidak baik. Itulah mengapa, doa akan tetap menjadi pegangan saya selalu akan penjagaan Tuhan. Dalam perjalan yang cukup panjang dengan estimasi kurang lebih 4 jam, kami tiba dengan selamat di Bandara Pattimura, Kota Ambon. Dengan penuh rasa syukur kepada-Nya bahwa perjalanan kami begitu lancar adanya. Sambil menggendong beban yang berat keluar dari pesawat, hati ini berkata, “Apakah perjalanan yang indah selalu berakhir dengan membawa banyak barang berat? Haha..”. Kami langsung disambut oleh para orang tua dari peserta T-SOM beserta Kak John yang datang meraih kami semua, sungguh indah rasanya. Saya sebagai pendamping, juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada para orang tua yang telah mengizinkan anaknya untuk mengikuti kegiatan ini. Sedari itu pun saya kembali menuju rumah dan tak disangkah-sangkah, sesampainya disana saya lebih dulu disambut oleh ponakan kecil saya yang sangat lucu. Begitu legah rasa bisa melepas kerinduan dengan mereka dan merasa kembali memeluk jiwa Ibu dan Ayah di rumah tua itu.

Cerita perjalanan ini berakhir ditanggal 21 April 2024, dimana saya mengikuti Minggu Panggilan yang ke-61 di Paroki Santo Yosep Passo dan ketika datang langsung disambut hangat oleh pastor Paroki Passo, yaitu Pastor Luki. Setelah selesai misa, saya berkegiatan dengan suster TMM, para seminari dan adik-adik sekami. Selesai itu, saya bersama perserta T-SOM melakukan kunjungan ke Biara DSY Passo, bertemu juga dengan Suster Maria dan Suster Melani. Melakukan banyak tanya jawab terkait Tarekat DSY. Sebagai healing, kami berekreasi bersama di Pantai Natsepa yang juga menjadi akhir perjalanan cerita ini.

Pesan yang dapat saya kutip dari kegiatan Bandung Friendship adalah setiap perbuatan baik yang ikhlas dan tulus dilakukan akan memberi berkat yang selalu melimpah dimanapun kita berada. “Creat your own story”, sampai berjumpa lagi dicerita selanjutnya. Bye..